x

4 Klub Indonesia yang Sempat Berjaya Lalu Menghilang

Jumat, 23 Februari 2018 20:22 WIB
Penulis: Alfia Nurul Fadilla | Editor: Isman Fadil

Sepakbola telah banyak menghadirkan klub-klub hebat di masa-masa lampau. Seiring berjalannya waktu, sepakbola telah banyak menghadirkan kisah-kisah yang tak terduga. Bahkan, pemain hebat terus lahir setiap musimnya dan juga redup setiap musimnya. Begitu pun dengan klub.

Indonesia merupakan salah satu negara yang fanatik sepakbola. Terbukti, antusias masyarakat Indonesia terhadap olahraga bal-balan dengan adanya dukungan bagi tim-tim lokal yang membeludak.

Tim-tim besar di Indonesia juga sudah terlahir sejak lama. Hal itu membuat sejarah tim menjadi hal yang patut diingat bagi semua fans. Banyak tim-tim di Indonesia yang memiliki kejayaan sejak awal berdiri, namun kondisi finansial tim yang tak memungkinkan membuat banyak tim mengubah-ubah nama karena pindah kepemilikan.

Baca Juga

Ada juga yang bertahan sampai saat ini setelah mengalami jungkir balik dalam dunia sepakbola. Seperti Pelita Jayayang pernah mengalami perubahan itu demi bisa bertahan di tengah kerasnya industri sepakbola di Tanah Air. Kini Pelita Jaya berubah nama menjadi Madura United FC setelah beberapa kali berpindah kepemilikan.

Foto Skuad Pelita Jaya

Selain Pelita Jaya dalam sejarah sepakbola di Indonesia, ada beberapa nama tim lain yang berjaya di masa lalu, namun kini namanya. Berikut INDOSPORT merangkum empat klub legendaris Indonesia yang kini namanya sudah hilang bak ditelan bumi.


1. Warna Agung

Warna Agung

Warna Agung lahir pada tahun 1970. Nama Warna Agung memang tak asing bagi para pecinta sepakbola di era tahun 1970 sampai 1980. Di tahun itu, Warna Agung menjadi kekuatan besar sepakbola di era awal berdirinya beberapa tim sepakbola di Indonesia.

Klub ini didirikan oleh seorang pengusaha bernama Benny Mulyono pada tahun 1971. Warna Agung begitu dikenal masyarakat Indonesia kala itu karena tim ini merupakan juara edisi perdana Liga Sepakbola Utama alias Galatama tahun 1979.

Nama pelatih Bali United, Widodo Cahyono Putro sempat menjadi pemain yang bela klub ini. Jadi juara edisi perdana liga membuat klub ini makin terkenal. Namun setelah itu Warna Agung mengalami masalah internal klub. Kabarnya, pelatih tim saat itu, Endang Witarsa, menolak suap pada era Galatama. Idealisme pelatih yang akrab disapa Dokter itu membuatnya tak tahan dengan bandar judi yang beredar saat itu dan memilih untuk keluar dari Warna Agung.

Setelah musim perdana Galatama, Warna Agung lenyap dari pesepakbolaan Indonesia, namun namanya masih ada di lembar sejarah pesepakbolaan Tanah Air.


2. Krama Yudha Tiga Berlian

Zulkarnaen Lubis (kiri) saat menghadapi Pelita 86

Klub ini didirikan oleh Sjarnoebi Said yang merupakan tokoh penggila bola. Sayangnya arsip resmi yang menuliskan kapan berdirinya klub bernama Krama Tiga Berlian Palembang (KTB Palembang) ini belum diketahui pasti.

Awalnya klub ini bermarkas di Palembang, namuhn seiring berjalannya waktu, klub pindah markas ke Bekasi, Jawa Barat (Kini menjadi Stadion Patriot Candrabhaga).

Di kompetisi Galatama, KTB pernah dua kali menjadi juara, yaitu pada musim 1985/86 dan 1986/87. Nama legenda Indonesia seperti Bambang Nurdiansyah pernah membela KTB dan menjadi top skor di Liga pada tahun 1985.

Singkat cerita, karena masalah finansial KTB memilih mundur dari ajang Piala Winners Asia tahun 1991. Saat itu pemilik bahkan sampai mengadu ke PSSI untuk mendapat bantuan. Akhirnya setelah gaji para pemain dilunasi, KTB membubarkan diri ditahun 1991/92.


3. Arseto Solo

Arseto

Nama klub ini sangat begitu tergiang di klub para pecinta sepakbola Indonesia era tahun 1990-an. Klub ini didirikan oleh putra mantan Presiden Soeharto, Ari Sigit Haryodanto.

Awalnya tim ini bermarkas di Jakarta, namun pada tahun 1983, tim ini pindah ke stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah. Alhasil masyarakat Solo langsung menyukai kedatangannya. Pasalnya diwaktu yang sama, Persis Solo sudah lama tenggelam usai kejayaan mereka di tahun 1940-an. Arseto bubar pada tahun 1998, setelah liga yang mereka ikuti berhenti karena kerusuhan.

Nama-nama legenda Tanah Air seperti Miro Baldo Bento, Eduard Tjong, Tonggo Tambunan, Nasrul Kotto, hingga Agus Setyabudi pernah menjadi bagian dari klub ini.


4. Niac Mitra

Niac Mitra vs Arsenal tahun 1983

Niac Mitra atau New International Amusement Center adalah klub legendaris asal Surabaya, Jawa Timur. Niac menjadi klub yang bersama-sama memajukan nma Jawa Timur bersama Persebaya Surabaya. Niac Mitra juga merupakan salah satu klub yang mendirikan Galatama bersama klub lainya seperti, Pardedetex, Jayakarta, Indonesia Muda dan Warna Agung.

Nama pesepakbola asing dari Singapura seperti Fandi Achmad dan David Lee menjadi andalan Niac Mitra saat itu. Niac Mitra sendiri adalah klub milik salah seorang pengusaha industri bioskop bernama, Alexander Wenas.

Niac Mitra sendiri sudah tiga kali menjuarai Galatama, yaitu di musim 1981/82, 1982/83, dan 1986/87. Bahkan pada tahun 1983 Niac pernah bertanding melawan Arsenal di Stadion 10 November pada tahun 1983 silam.

Niac Mitra vs Arsenal

Niac memilih bubarkan timnya karena aturan-aturan di liga yang menurutnya merugikan. Pemilik klub menilai liga menerapkan langkah yang salah. Kerugian akibat harus bermain dengan klub-klub divisi dua membuat Niac sepi penonton dan merugi.

Sang pemilik klub pun memilih untuk membubarkan Niac di tahun 1991. Bantuan sempat datang dari mantan Menteri BUMN era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Dahlan Iskan. Dahlah yang merupakan raja media dari daerah Sidoarjo ingin mengambil alih klub tersebut. Namun Wenas tak setuju, dan Dahlan pun meninggalkan klub tersebut.

Nama New International Amusement Center ternyata diambil dari nama gedung bioskop milik Alexander Wenas. Kini Niac Mitra berubah nama menjadi Mitra Kukar FC yang bermarkas di Tenggarong, Kalimantan Timur.

Mitra KukarLiga Indonesia

Berita Terkini