x

Selain False Nine, Berikut 3 Posisi Aneh Tak Lazim di Sepakbola Modern

Jumat, 9 Maret 2018 12:17 WIB
Editor: Gerry Crisandy
Posisi-posisi unik di sepakbola modern

Tak dapat dipungkiri, sepakbola selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Semakin besarnya minat dan perhatian publik pada olahraga kulit bundar ini menuntut seluruh lapisan penggelut olahraga yang telah menjadi industri hiburan ini menemukan inovasi-inovasi baru.

Ide-ide baru ini juga bermunculan di atas lapangan. Taktik dan strategi sepakbola tidak lagi sesederhana menempatkan 11 pemain di atas lapangan dan berusaha mencetak lebih banyak gol dibandingkan lawan hingga wasit meniup peluit akhir pertandingan.

Pelatih sepakbola kini menginstruksikan detail-detail penting kepada setiap pemainnya, sesuai dengan kebutuhan tim dan karakteristik pemain itu sendiri. False nine, misalnya -- sebuah gagasan yang kembali dipopulerkan oleh Vicente del Bosque saat menukangi Spanyol di Piala eropa 2012.

Cesc Fabregas saat membela timnas Spanyol.

Menggunakan Cesc Fabregas -- yang posisi aslinya adalah seorang gelandang -- di lini depan, Del Bosque mengejutkan dunia dengan membawa Spanyol menjadi jawara turnamen benua biru tersebut, bahkan mengalahkan Italia empat gol tanpa balas di partai pamungkas.

Secara sederhana, false nine merupakan seorang pemain yang ditempatkan di posisi penyerang tengah, namun bertugas untuk meninggalkan posnya untuk turun, membingungkan dan menarik pemain-pemain bertahan lawan untuk keluar dari posisinya. 

False nine hanyalah salah satu contoh dari posisi-posisi sepakbola yang menetas dari kreativitas para peracik-peracik taktik sepakbola di pinggir lapangan. 


1. Defensive Forward

Roberto Firmino.

Filosofi total-football dari Belanda begitu berpengaruh pada sepakbola modern. Seluruh tim ikut menyerang dan seluruh tim ikut bertahan -- idealisme yang menjadi basis utama kesuksesan tim seperti Barcelona dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Mendengar sebutan defensive forward sendiri membuat pendengar bertanya-tanya: 'Pemain depan bertahan?'. Tapi itu lah terjemahan kasar dari posisi tersebut -- seorang pemain depan yang memiliki tugas untuk mengambil alih kekuasaan bola.

Merebut bola di daerah pertahanan lawan merupakan salah satu kondisi paling menguntungkan dalam sepakbola. Tidak hanya hal tersebut mereduksi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai gawang lawan, tapi juga membuat lawan kesulitan untuk membangun serangan dari belakang.

Penyerang Liverpool, Roberto Firmino dalam sepakbola gegenpressing ala Jurgen Klopp dan Shinji Okazaki di Leicester City merupakan beberapa contoh pemain dengan peran ini. Kedua pemain ini mampu berlari mengejar bola di daerah pertahanan lawan sepanjang pertandingan, membuat pemain bertahan -- yang biasanya tidak begitu nyaman memainkan bola di kakinya -- kesulitan untuk mengalirkan bola.


2. False 10

Eden Hazard, pemain megabintang Chelsea.

False 10, Inverted Winger, Central Winger -- apapun kalian menyebutnya -- adalah satu posisi yang sama. Secara sederhananya seorang false 10 merupakan gelandang serang kreatif yang ditempatkan di posisi yang seharusnya diisi oleh seorang sayap.

Seorang false 10 biasanya diberi kebebasan untuk menjelajahi lapangan, menemukan posisi yang tepat untuk melepaskan umpan-umpan mematikan. 

Salah satu alasan munculnya posisi ini adalah semakin maraknya penggunaan gelandang bertahan atau gelandang jangkar yang ditempatkan di depan para pemain bertahan, khusus untuk mematikan gelandang serang.

Dengan menempatkan pemain-pemain kreatifnya di sisi lapangan, gelandang-gelandang bertahan akan kesulitan untuk terus menempel pemain-pemain kreatif ini.

Beberapa pemain di posisi ini adalah Eden Hazard di Chelsea, Philippe Coutinho di Liverpool dan Barcelona, Mesut Ozil di Arsenal dan James Rodriguez di Real Madrid dan Bayern Munchen.


3. Wide Target Man

Mario Mandzukic.

Seorang penyerang bertubuh besar yang jelas superior dalam duel-duel bola udara biasanya ditempatkan sedekat mungkin dengan gawang lawan. Dapat dimengerti alasannya, sebab biasanya pemain-pemain bertipe target-man seperti ini cenderung tidak memilki kecepatan dan kelincahan yang dibutuhkan.

Tapi dalam beberapa kasus, seorang pelatih memilih menggunakan pemain-pemain jangkung ini di posisi sayap. Penyerang Juventus, Mario Mandzukic, di bawah asuhan Massimiliano Allegri merupakan salah satu pemain yang paling mendapat sorotan di tugas ini.

Di pertandingan final Liga Champions Eropa 2016/17, Mandzukic yang ditempatkan di sayap kiri merepotkan pertahanan Barcelona, bahkan mencetak gol bicycle kick spektakuler. Meskipun Juventus gagal menang di pertandingan tersebut, penempatan Mandzukic di posisi ini membuka mata dunia terhadap stereotip pemain sayap yang biasanya dianggap harus cepat dan lincah.

Penyerang Persija, Addison Alves, di pertandingan melawan Song Lam Nghe An di Piala AFC, memainkan peran ini -- meskipun dengan tidak begitu baik.

SpanyolMario MandzukicVicente del BosqueEden HazardMesut OzilCesc FabregasJames RodriguezShinji OkazakiRoberto Firmino

Berita Terkini