x

Kerja di Man City, Orang Indonesia Ini Bagikan Tips dan Ceritanya

Sabtu, 12 Mei 2018 20:53 WIB
Penulis: Alfia Nurul Fadilla | Editor: Ivan Reinhard Manurung

Berawal dari kecintaannya terhadap dunia sepakbola, Hanif Thamrin, pemuda asli Paya Kumbuh, Sumatera Barat itu kini berhasil raih mimpinya untuk bekerja di salah satu klub raksasa Liga Primer Inggris.

Meski sejatinya klub yang disukai dari pria kelahiran 31 Maret 1986 ini adalah Juventus, namun dua tahun bersama tim Manchester Biru ini membuatnya sudah merasa bagian dari klub.

Untuk mencapai kesuksesannya ini, pria yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Media PSSI itu tak mendapatkan hasilnya dengan instan. Ia harus jatuh bangun, bahkan sampai menjadi tukang cuci piring demi meraih mimpinya ini.

Baca Juga

Ia juga sudah berhasil menerbitkan kisahnya di dalam sebuah bukun yang berjudul "Pemburu di Manchester Biru". Bahkan di tahun ini, bukunya itu akan segera di film-kan. Kepada INDOSPORT, Hanif berbagi cerita soal sedikit kehidupannya di London dan memberikan tips untuk anak muda di Indonesia jika ingin menjadi sepertinya. 


1. Bekerja di Klub Inggris

Hanif Thamrin Tim Media Manchester City.

Hanif Thamrin menjadi salah satu orang Indonesia yang bekerja di klub Liga Primer Inggris. Ia juga sudah membuktikannya sendiri karena ketika dirinya diundang oleh Twitter untuk pertemuan media, tak ada lagi orang Indonesia yang ia temui.

"Pernah diundang sama Twitter untuk conference, jadi semua PIC di klub lain rata-rata bule. Jadi mereka content creatornya itu dengan cara translate. Tidak ada yang beri kesempatan buat  orang Indonesia dipekerjakan. Dikasih kontrak, dikasih kewajiban, dikasih tanggung jawab, dikasih jabatan, itu baru di City," katanya bercerita kepada INDOSPORT, Jumat (12/05/18).

"Kalau mereka menciptakan content untuk Indonesia itu pake translator disana. Jadi mereka nunjuk satu kontraktor, kalo gue kan dikasih kebebasan untuk mengatur editorialnya, semuanya, jadi itu yang menurut gue beda."


2. Tips Agar Bisa Ikuti Jejaknya

Hanif Thamrin.

Kepada INDOSPORT ia juga membagikan tipsnya untuk para anak muda Indonesia yang ingin ikuti jejanknya, bekerja di salah satu klub sepakbola favoritnya semua bisa dilakukan. Namun tentunya dibarengi dengan niat, usaha, serta kerja keras yang dilakukan.

"Mungkin, saran ya mulai lah platformnya buat sekolah dulu. Karena misalnya gue kan orang yang realistis. Ketika saya udah lulus S1, terus langsungkerja disana rasanya agak susah," kata pria yang mempunyai gelar Master of TV Journalist di salah satu Universitas di London itu.

"Caranya seperti apa, ya dengan sekolah. Mungkin dengan beasiswa. Ketika udah deket-deket tugas akhir dan skripsi, itu mulai banyak sekali opportunity untuk bisa stay. Cari yang cocok dengan kita, jangan cari yang ada tapi cari yang suka."

"Saya kebetulan dapet yang saya suka, kerja di bola, dapet di premiere league. Alhamdulillah dibayar dengan manusiawi. Sisanya usaha yang gigih aja. Ya, cara dengan menuju ke sana ya sekolah aja."


3. Yang orang Jarang Tahu

Fasilitas baru sedang dibangun di Etihad Stadium

"Saya tinggal disana dua tahun lebih, saya tahu ya Manchester itu biru di hari pertandingan. Ya mohon maaf, karena kita stadionnya di City Central. Bukan di pinggir kota kayak Old Trafford."

"Jadi setiap hari pertandingan saya tahu itu ramenya seperti apa, mungkin buat temen-temen yang bilang Man City nggak ada fans-nya belum pernah kesana. Se-simple itu aja," tutur pria berbehel itu.

"Saya selalu lihat kursi di stadion selalu penuh, mungkin kalau di Liga Champions atau Piala FA mungkin karena orang kan udah beli tiket musiman. Dan itu kan jadi tiga hari sekali, bayangin Anda harus tiga hari sekali ke stadion itu kan effort ya, rata-rata juga kick offnya malem."

"Ketika 55 ribu orang keluar stadion keluar stadion bersamaan pasti macet. Gatau kan chaos-nya kayak gimana. Itu suporter yang pulang di menit ke-80, di menit ke-70 karena mereka takut bakal kena macet."

"Saya merasakan ketika selesai pertandingan saya buat naik kereta ke city central itu sampai berdiri tiga jam buat naik tram (Manchester Metrolink/kereta trem listrik). Mungkin orang-orang tidak kenapa ya ada satu section atau sedikit section dipojok ada kosong ya karena itu, orang ngejar waktu pulang."

"Mungkin kita lihat ya infrastruktur di London ada Tube (kereta bawah tanah), ada tram, ada bus. Kalo London ya mau macet aja impossible, beda sama Manchester."

"Adanya cuma tram satu dan itu jalurnya satu, kalo di Tube bisa naik di stasiun yang berbeda dengan jarak berdekatan. Atau kalo penuh bisa naik bus, atau taxi. Kalo di Manchester tidak bisa, cuma ada bus sama tram."

"Kalau bus tuh lewatnya setengah jam sekali. Setiap minggu saya kalo udah di Etihad itu kalo bubaran pertandingan udah penuh, saya lebih milih stay dikantor 2-3 jam nyelesain kerjaan baru pulang," tutupnya.

Manchester CityLiga InggrisHanif Thamrin

Berita Terkini