x

Setidaknya Anak Jepang Punya Cita-cita Jadi Captain Tsubatsa, Bagaimana dengan Anak Indonesia?

Kamis, 5 Juli 2018 20:19 WIB
Editor: Irfan Fikri
Captain Tsubasa.

Tak ada penyesalan yang berlebihan dari para pemain Jepang di Rostov Arena, Selasa (03/07/2018) saat mereka takluk 2-3 dari Belgia di babak 16 Besar Piala Dunia Rusia 2018.

Dengan wajah tegak, Takashi Inui dkk justru melakukan aksi gagah saat memberi penghormatan ke tribun pendukung mereka yang sempat senang saat Jepang unggul dua bola lebih dulu.

Rasa sedih pasti ada. Sangat manusiawi bagi siapapun yang kalah pasti kecewa. Namun para Samurai Biru nampaknya tak mau patah hati berkepanjangan.

Dengan besar hati, mereka bahkan meninggalkan pesan kecil  bertuliskan "terima kasih" dalam bahasa Rusia di tengah-tengah ruang ganti.

Jiwa besar ini juga tertular ke para pendukung mereka. Meski tim jagoan mereka kalah, para suporter Jepang tak bertindak anarkis. Mereka justru menjadi sorotan saat membersihkan sampah di tribune stadion Rostov Arena.  


1. Tsubasa Effect

Tsubasa.

Jepang  menjadi salah satu negara Asia yang tak pernah absen masuk putaran final Piala Dunia sejak  Piala Dunia 1998 Prancis, meski langkah mereka terjauh hanya di babak 16 besar.

Sepakbola sejatinya bukanlah olahraga populer di Jepang. Akhir 80-an, baseball atau bisbol menjadi satu-satunya olahraga favorit di Jepang. Main bola kasti ini lebih diminati anak-anak muda Jepang kala itu.

Hingga akhirnya pada era 80-an, Asosiasi Sepakbola Jepang, JFA mulai membangun pondasi sepakbola Jepang dengan berbagai cara. Salah satunya pembuatan manga dan anime kartun Captain Tsubasa agar sepakbola di bisa populer di kalangan anak-anak.

Pencipta Captain Tsubasa, Yoichi Takahashi pernah bercerita bahwa ia menciptakan manga Tsubasa karena terinsipirasi Piala Dunia 1978 di Argentina.

Baca Juga

"Pada saat itu, sepakbola semi-profesional di Jepang beserta timnya benar-benar miskin. Dan ternyata dii Eropa, sepak bola jauh lebih populer daripada bisbol,” ucap Takahashi seperti dilansir dari Nippon.com.

Kampanye lewat manga atau memang kerap dilakukan pemerintah Jepang, tidak hanya soal sepakbola, untuk sosialisasi pemilu mereka pernah pakai media manga dan anime.

Capitain Tsubasa ternyata mampu dan berhasil memperluas pengaruh sepakbola di Jepang. Captain Tsubasa berhasil menarik gelombang anak-anak Jepang ke dalam sepakbola. Pengaruh Tsubasa menjadi sangat kuat, apalagi saat Jepang berhasil lolos ke putaran final Piala Dunia 1998 di Prancis.

Asosiasi Sepakbola Jepang akhirnya menuai hasilnya ketika mereka terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 bersama Korea Selatan. Ketika itu semua pembaca Tsubasa sudah tumbuh dewasa.

Jepang saat ini panen atas yang mereka tunai, termasuk liga sepakbola yang sepenuhnya profesional. Bersama Captain Tsubasa, Jepang pun menargetkan juara Piala Dunia pada 2050 mendatang.  


2. Anak Muda Jepang Ingin Jadi Tsubasa, Anak-anak Indonesia?

Caption

Kepopuleran Captain Tsubasa memang tak selalu membawa efek positif. Saking fanatiknya, Jepang justru krisis pemain yang berposisi sebagai penyerang murni lantaran Tsubasa berposisi tepat di belakang penyerang atau playmaker.

Sebut saja Shinji Kagawa, Hidetoshi Nakata, Shunsuke Nakamura, Keisuke Honda, hingga Shinji Okazaki yang nyaman di posisi di belakang penyerang murni.

Namun setidaknya, dampak negatif dari sepakbola Jepang yang mempengaruhi anak-anak di sana, tak ironi seperti di banyak negara. Anak-anak zaman now punya cita-cita ‘aneh’.

Seperti dilansir dari Dailymail, hasil survey dari lembaga First Choice menyatakan bahwa 34 persen dari 1.000 anak anak-anak sekarang malah mau jadi Youtubers atau Vloggers.  

Maka jangan kaget ketika Presiden Joko Widodo terkejut  saat Hari Anak Nasional 2017 di Pekan Baru saat bocah SD dengan lugas menjawab kalau cita-citanya bakal menjadi Youtubers.

Baca Juga

Tonton Video Dokter Sport: Resep Jitu Orang Indonesia Main di Liga Inggris

Jadi, jangan terlalu aneh jika nantinya bakal banyak anak-anak muda seperti Bowo Alpenliebe. Bocah 13 tahun yang tenar dari aplikasi Tik Tok. Fenomena Bowo yang membuat Tik Tok akhirnya diblokir oleh pemerintah.

Bisa jadi anak-anak muda Tanah Air nantinya justru lebih senang dengan goyang-goyang jari di depan hape sesekali lipsync, ketimbang gerah-gerah bermain bola ke lapangan.

Tentunya kondisi ini harus menjadi perhatian sejumlah pihak bagaimana membuat Generasi Z lebih memilih cita-cita jadi atlet atau pesepakbola.

Atau kekhawatiran Ketua PSSI Edy Rahmayadi tentang minimnya jumlah pesepakbola di Indonesia yang minim sepertinya bakal makin parah, karena Generasi Z lebih memilih jadi Youtubers, Gamers atau bahkan Tik Tokers.

Berikut Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018 Babak 8 Besar 

Terus ikuti berita terbaru INDOSPORT dengan topik: PIALA DUNIA 2018 RUSIA

JepangCaptain TsubasaSerba-Serbi Piala Dunia 2018

Berita Terkini