x

Membayangkan Justinus Lhaksana Jadi Pelatih Timnas Indonesia

Kamis, 29 November 2018 17:30 WIB
Penulis: Coro Mountana | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
Justinus Lhaksana.

INDOSPORT.COM - Banyak kontroversi yang mengiringi tidak adanya Luis Milla di kursi kepelatihan Timnas sepak bola Indonesia pada ajang sepak bola paling bergengsi di Asia Tenggara, Piala AFF 2018.

Banyak yang tidak setuju atas pemecatan Luis Milla, tetapi tidak sedikit juga yang setuju dan salah satu orang itu adalah Justinus Lhaksana.

Pria yang merupakan lulusan KNVB (PSSI-nya Belanda) pada tahun 2004 sekaligus cendikiawan di salah satu televisi swasta itu menggangap bahwa permainan yang dikembangkan Luis Milla tetap menggunakan cara lama.

Ketika pemain Timnas Indonesia ditekan, selalu jurus long ball dipergunakan.

Baca Juga

Long ball seakan menjadi identitas permainan Timnas Indonesia di era Milla karena jarak antar pemain terlalu jauh sehingga opsi operan terbatas.

Hal inilah yang menjadi argumentasi seorang Justinus Lhaksana soal kelayakan Luis Milla melatih Timnas Indonesia.

“Milla tidak bermain sesuai kapasitas pemain kita. Seharusnya pelatih di Negara berkembang dengan kualitas pemain yang rendah, pelatih tidak bisa memaksa pemain ngikutin strategi pelatih, harus pelatih yang adaptasi,” ungkap Justinus Lhaksana dalam sebuah akun YouTube pribadinya.

Baca Juga

Sebaliknya menurut mantan pelatih Timnas futsal Indonesia itu, Bima Sakti dinilai sempat membawa Timnas Indonesia bermain baik melawan Thailand di 25 menit pertama.

Itu artinya strategi yang dijalankan sudah berjalan dengan baik, masalah ada pada pemain yang tidak mampu mempertahankan konsistensi.

Lebih lanjut, permasalahan Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2018 kemarin ada pada komposisi pemain yang mayoritas diisi pemain muda. Padahal 4-5 pemain senior sangat dibutuhkan guna mengangkat moral tim secara keseluruhan.


1. Langkah-langkah Justinus Lhaksana jika Menjadi Pelatih Timnas Indonesia

Justinus Lhaksana.

Tak bisa dipungkiri kelemahan dari pemain Indonesia adalah pada ketidak mampuan untuk memberikan umpan silang, umpan-umpan jauh dan sangat sedikit pemain yang bisa menang untuk duel udara.

Kelebihan yang ada pada Timnas Indonesia adalah lari jarak pendek 10-15 meter dan umpan-umpan pendek nan cepat.

“Kalau saya jadi pelatih yang dilakukan adalah jarak antar pemain tidak boleh terlalu jauh,” lanjut pengamat yang juga penggemar Arsenal itu.

Jarak antar pemain yang rapat akan memudahkan pemain Timnas Indonesia untuk bermain dengan operan-operan pendek dari kaki ke kaki.

Dengan jarak antar pemain yang sangat dekat juga, fisik dan stamina yang selama ini menjadi kelemahan, tidak akan telalu cepat habis karena tidak harus berlari hingga puluhan meter.

Baca Juga

Untuk masalah fisik pemain Indonesia yang kecil-kecil, Justin menganggap kalau itu ada solusinya karena Barcelona sekalipun pemainnya rata-rata kecil masih bisa juara.

Caranya di setiap klub harus memperbesar massa otot para pemainnya dengan makanan berprotein dan gym secara rutin.

Kembali lagi itu adalah yang akan dilakukan oleh Justinus Lhaksana jika sebagai pelatih Timnas Indonesia. Tapi tentu saja itu hanya bentuk pengandaian yang ditujukan siapapun pelatih Timnas untuk melakukan hal tersebut demi kemajuan sepak bola Indonesia.

Terus Ikuti Berita Sepak Bola Liga Indonesia Lainnya Hanya di INDOSPORT