Kantongi Puluhan Juta Dalam Sebulan, Wasit Liga 1 Ini Pantang Lakukan Match Fixing

INDOSPORT.COM - Praktik match fixing yang terhampar di dunia sepak bola, memang cukup pelik untuk diungkap. Meski pada intinya, aksi pengaturan skor pertandingan itu selalu berujung pada keterlibatan gelimang uang yang menjadi tujuan utamanya.

Iwan Sukoco pun mengakui, bahwa profesinya sebagai wasit memang sangat rentan terhadap hal itu. Wasit berperan sangat sentral dalam setiap keputusannya di tengah lapangan, dan mengawal jalannya pertandingan hingga menuju hasil akhir.

"Karena wasit juga bertugas menafkahi keluarga dengan cara yang baik. Dan saya tidak ingin mencederai sepak bola Indonesia," ungkapnya dalam diskusi akrab dengan INDOSPORT.

Ia sendiri menegaskan akan menolak mentah-mentah jika suatu hari ada pihak yang menawarinya melakukan match fixing. Pasalnya, menerima tawaran itu adalah bentuk pelanggaran terbesar dalam korps baju hitam yang menjadi profesinya.

Apalagi, Iwan juga merupakan anggota TNI Angkatan Darat yang sehari-hari bertugas di Komando Rayon Militer (Koramil) di Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. 

"Tidak akan pernah saya terima. Dan sejauh ini, belum ada tawaran-tawaran seperti itu," tandas tentara berpangkat Pembantu Letnan Dua pada kesatuannya tersebut.

1. Gaji Wasit Liga Indonesia

Iwan Sukoco pun sangat menyayangkan jika memang ada koleganya yang akhirnya terlibat pada praktik match fixing. Pasalnya, semua kebutuhan finansial soal gaji sudah terhitung lebih dari cukup yang diberikan PSSI melalui Komite Wasit.

Bahkan, seorang wasit yang memimpin kompetisi Liga 1 bisa mengantongi penghasilan puluhan juta, memimpin minimal 10 pertandingan selama satu bulan.

"Soal gaji, apa yang saya terima selama ini, sudah lebih dari cukup. Satu pertandingan saya diberi Rp5 juta," ungkapnya.

"Saya juga masih dapat (gaji) dari kantor (Koramil). Jadi, ya untuk apa menerima tawaran-tawaran (melakukan match fixing) seperti itu," pungkas Iwan.