x

Profil Zimbabwe: Negara Bangkrut yang Siap Tantang Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034

Kamis, 28 Maret 2019 15:43 WIB
Editor: Juni Adi
Zimbabwe salah satu negara di benua Afrik mengajukan ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034

INDOSPORT.COM - Sebuah kabar mengejutkan datang dari dunia sepak bola internasional, yaitu keseriusan salah satu negara benua Afrika, Zimbabwe untuk menggelar Piala Dunia pada tahun 2034 mendatang.

Hal tersebut disampaikan oleh pemerintah Zimbabwe, melalui Menteri Industri Pariwisata dan Perhotelan, Walter Mzembi. Ia mengatakan, negaranya tengah bersiap untuk melakukan bidding calon tuan rumah Piala Dunia 2034 kepada FIFA.

Zimbabwe tidak sendiri, mereka akan bersaing dengan beberapa negara lainnya, salah satunya adalah dua negara Asia Tenggara yang ingin menjadi tuan rumah bersama, Indonesia-Thailand.

Baca Juga

Mzembi tidak main-main, dirinya bahkan siap melakukan aksi nyata agar pesta sepak bola terbesar di dunia itu bisa bergulir di negaranya, dengan cara mencari dukungan dari kabinet pemerintahan Zimbabwe dan organisasi pariwisata di Afrika.

"Tidak ada yang bisa menghentikan kami untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2034, dan kami akan mengajukan tawaran untuk menyelenggarakannya, apa pun yang terjadi," ujar Walter Mzembi.

Baca Juga

Pencalonan diri Zimbabwe untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 sendiri bisa dibilang sebuah keputusan berani, ditengah kondisi ekonomi negaranya yang saat ini belum pulih pasca krisis ekonomi.

Maklum saja, keinginan tersebut dikarenakan Zimbabwe belum pernah menggelar event olahraga sekalipun di sana. Kesempatan mereka ketika menjadi tuan rumah Piala Afrika tahun 2000 gagal karena kurang persiapan.

Lantas apa saja fakta-fakta menarik dari negara Zimbabwe sang penantang Indonesia-Thailand jadi tuan rumah Piala Dunia 2034? Berikut ulasannya:


1. Negara Bangkrut

Lingkungan masyarakat zimbabwe.

Merdeka pada tahun 1980, Zimbabwe pertama kali dipimpin oleh Presiden Robert Mugabe yang pernah menghabiskan waktu bertahun-tahun di penjara.

Sosoknya banyak dipuji karena dinilai seperti Nelson Mandala, yang mampu memimpin negaranya dari cengkraman kolonial. 

Di awal masa kepemimpinannya, bangsa ini pernah mengalami kejayaan, seperti tumbuhnya ekspor produk manufaktur dan bangkitnya sektor agraris. Zimbabwe terkenal dengan produksi tembakaunya, karena cuaca di sana sangat mendukung untuk pertanian.

Baca Juga

Memasuki tahun 1990-an, kekuasaan Mugabe perlahan mulai goyang, dan terus dihujani kritik karena dianggap melakukan kebijakan salah dalam sektor pertanian, dengan menerbitkan Undang-Undang Pembebasan Lahan pada 1992.

Undang-undang tersebut berisi kewajiban setiap masyrakatnya menyerahkan lahan kepada pemerintah untuk dikelola. Mugabe bahkan mengancam akan mengusir pemilik tanah yang keberatan, dan akhirnya menjadi malapetaka.

Seiring berjalannya waktu, kekuasaan Robert Mugabe akhirnya benar-benar runtuh, hingga puncaknya pada tahun 2000-an Zimbabwe mengalami krisis ekonomi.

Hasil produksi pertanian di Zimbabwe tumbang dalam satu malam, diiringi masa panen yang buruk dalam dua tahun akibat musim kering. 

Akibatnya, seluruh rakyat Zimbabwe mulai dilanda kelaparan, menjadikannya negara dengan tingkat kelaparan terburuk dalam 60 tahun terakhir.

Di tengah kekurangan stok pangan, bank sentral menggenjot mesin cetak uangnya untuk membiayai impor. Hasilnya, inflasi merajalela.

Barang-barang mengalami kenaikan dua kali lipat setiap 24 jam. Hingga puncaknya pada tahun 2008, ekonomi Zimbabwe menyusut 18 persen. Pengangguran melonjak, dan fasilitas layanan publik bangkrut.

Untuk mengatasi krisis tersebut, pemerintah Zimbabwe meminjang uang dari beberapa negara salah satunya adalah China, sebesar 40 juta dollar AS.

Namun sayang, mereka tidak mampu membayar utangnya kepada China tepat waktu, dan pada tahun 2009 mereka mendeklarasi kebangkrutannya. Selain itu, seluruh rakyat Zimbabwe juga berdemo meminta Mugabe mundur dari jabatannya.


2. Sektor Pariwisata Jadi Unggulan

Ilustrasi peta dan bendera Zimbabwe.

Kini, Zimbabwe mencoba untuk bangkit dari keterpurukan, salah satunya dengan cara mengajukan diri jadi calon tuan rumah Piala Dunia 2034.

Sebab, dengan menyelenggarakan turnamen empat tahunan itu bisa berdampak besar terhadap ekomoni mereka terutama di sektor pariwisata, yang ingin ditonjolkan oleh pemerintah Zimbawe untuk bangkit pasca krisis.

"Jika kita menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2034, ini adalah waktu yang tepat untuk mulai memasarkan negara kita sebagai tujuan wisata yang aman," kata Menteri Pariwisata dan Perhotelan Industri Walter Mzembi.

Baca Juga

Lebih lanjut, ia juga mengatakan Zimbabwe diberkahi dengan banyak sumber daya alam dan monumen yang belum banyak diketahui sebagai tujuan wisata oleh publik dunia.

“Kami memiliki banyak bangunan tua yang layak menjadi bagian dari tempat-tempat wisata di Zimbabwe, tetapi bangunan tersebut dibiarkan menganggur karena pemerintah banyak memfokuskan pada tempat pariwisata yang sudah ada," ujarnya.

"Saya mengimbau Kementerian Pariwisata untuk pindah dari Harare dan mengangkat daerah-daerah lain di seluruh negeri untuk mempromosikan pariwisata domestik," sambungnya.


3. Didukung FIFA

Sepp Blatter.

Upaya pemerintah Zimbabwe untuk menyelenggarakan Piala Dunia di negaranya, juga pernah didukung oleh mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter.

Blatter pernah mengatakan kepada menteri Walter Mzembi, kalau negaranya mungkin menjadi tuan rumah acara besar tersebut pada suatu saat nanti.

Baca Juga

"Saya berbicara dengan presiden FIFA, Sepp Blatter selama Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Dan dia mengatakan kepada saya, bahwa Zimbabwe mungkin menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2034 selama kita terus memiliki mimpi dan visi yang besar," ungkap Walter Mzemb.


4. Butuh Biaya Besar

Trofi Piala Dunia.

Setiap negara boleh-boleh saja bermimpi untuk menyelenggarakan Piala Dunia, seperti Zimbabwe yang bahkan berencana untuk bersaing melakukan bidding host Piala Dunia 2034 nanti.

Namun hal tersebut juga harus diimbangi oleh kekuatan finansial mereka, lantaran event akbar ini pasti akan menghabiskan banyak biaya untuk membangun infrastruktur yang memadai salah satunya stadion, dan tempat berlatih.

Piala Dunia 2014 misalnya, pemerintah Brasil harus menggelontorkan biaya sebesar US$ 14 miliar, yang digunakan untuk untuk mambangun tujuh stadion bertaraf internasional, hotel, transportasi, dan layanan keamanan.

Baca Juga

Zimbabwe bisa saja mampu menggelar Piala Dunia, jika berkaca dari kesuksesan Afrika Selatan yang merupakan negara pertama Benua Hitam dalam menyelenggarakan Piala Dunia pada tahun 2010.

Pemerintah Afrika Selatan total menghabiskan dana sekitar US$ 4 miliar, untuk membangun sejumlah infrastruktur, stadion adalah salah satunya.

Piala DuniaIndonesiaTimnas IndonesiaBola InternasionalPiala Dunia 2034TRIVIASepak Bola

Berita Terkini