Rekam Jejak Kontroversial Iwan Budianto, dari Cap Pengkhianat hingga Kasus Suap
INDOSPORT.COM - Iwan Budianto ditunjuk menjadi Plt. Ketua Umum PSSI menggantikan peran Joko Driyono yang sedang ditahan kepolisian.
Kabar ini diungkapkan langsung oleh anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Refrizal.
"Kita semalam berkumpul sebagai forum dan itu resmi. Jadi tak perlu ditunjuk-tunjuk, memang statuta PSSI seperti itu, wakil ketua mum naik menjadi plt. ketua umum," kata Refrizal kepada INDOSPORT.
Hasil ini dinilai Refrizal diterima semua pihak. Iwan Budianto pun bersedia menjadi Plt Ketua Umum PSSI.
Iwan Budianto sejatinya bukanlah nama baru dalam lingkar PSSI. Bahkan, namanya sudah lama dikenal di persepakbolaan Indonesia.
Mengawali karier sebagai manajer Persik Kediri di Divisi II, karier Iwan terus melesat bak roket hingga menduduki jabatan elite di PSSI.
Namun, bukan Iwan namanya jika tidak ada kontroversi. Iwan Budianto dikenal sebagai sosok yang kontroversial.
Dalam perjalanan kariernya, Iwan kerap diterjang beragam tuduhan-tuduhan negatif. Mulai dari cap pengkhianat, sampai dalang pengaturan skor.
Aremania dan Pengkhianatan
Iwan muda tak ubahnya orang-orang lain di Jawa Timur yang menggandrungi Arema. Iwan rutin menyaksikan laga Singo Edan di kandang maupun luar kandang.
Kesukaannya pada Aremalah yang mengantarnya pada karier di sepak bola Indonesia.
Iwan mengawali karier sebagai manajer tim PS Arema di Ligina V 1998-1999 ketika usianya masih 21 tahun.
Setelah menjadi menantu Walikota Kediri, HA Maschut, sepak terjangnya di sepak bola pun semakin kentara.
Iwan ditawari jabatan manajer Persik Kediri di Divisi II. Di sinilah kesuksesan Iwan dimulai.
Bersama Iwan, Persik menjuarai Divisi I 2002 dan Divisi Utama 2003 dan 2006. Namun, ada harga mahal yang harus dibayar.
Iwan Budianto dicap sebagai penghkhianat oleh para Aremania. Peran antagonis ini dilekatkan usai Iwan memboyong bintang Arema seperti Lukman Harsoyo, Suswanto, Didit Thomas, dan lainnya ke Persik Kediri.
Secara tidak langsung, gesekan pun terjadi antara suporter Arema dan Persik Kediri.
Ternyata cap pengkhianat ini hanyalah awal dari deretan kontroversi yang melekat pada Iwan Budianto.
1. Dualisme Aremania dan Karier Mulus di PSSI
Cap pengkhianat seakan memberikan tekad tersendiri dalam diri Iwan Budianto. Kecintaannya pada Arema pun dibuktikannya pada 2012 ketika ia ikut andil dalam dualisme Arema.
Pada 2012 terjadi dualisme kompetisi di Indonesia di mana lahir IPL yang menyaingi ISL.
Arema kala itu memilih bermain di IPL. Namun, Iwan Budianto memperjuangkan Arema Cronous berlaga di ISL.
Arema Cronous inilah yang akhirnya menjadi Arema FC seperti saat ini. Pascadualisme ini, Aremania pun akhirnya terbelah.
Hingga saat ini ada klub Arema Indonesia yang berlaga di Liga 3. Iwan Budianto sendiri sempat jadi CEO dari klub Arema FC yang main di Liga 1.
Iwan Budianto tak hanya malang melintang di klub-klub Jawa Timur. Ia nyatanya juga ikut dalam kepengurusan PSSI.
Karier Iwan di PSSI diawali dari anggota Board of Management Badan Liga Sepak Bola Indonesia periode 2004-2007.
Pada 2007, ia pun menjadi anggota Exco PSSI untuk periode 2007-2011 sammbil merangkap jabatan Ketua Bidang Status dan Alih Status Pemain PSSI.
Dua tahun berselang ia menjadi Ketua Badan Liga Amatir. Karier Iwan terus melesat hingga akhirnya menjadi wakil ketua umum PSSI.
Ditahannya Joko Driyono akhirnya membuat Iwan naik sebagai Plt. Ketua Umum.
Selama di PSSI, banyak kontroversi yang meliputi dirinya. Mulai dari tuduhan korupsi, hingga menyalahgunakan jabatannya demi kepentingan Arema.
2. Deret Kasus
Iwan Budianto beberapa kali tercatat pernah terseret sejumlah kasus hukum.
Pada 2011 lalu, ia pernah tersangkut kasus korupsi penyimpangan dana APBD Kota Samarinda untuk klub Persisam.
Iwan Budianto disebutkan menerima uang sebesar Rp600 juta dari APBD tersebut. Kasus ini juga menyeret petinggi PSSI lainnya seperti Nurdin Halid hingga Andi Darussalam.
Selain kasus penyelewengan dana APBD, baru-baru ini ia juga dilaporkan atas kasus dugaan penipuan pengaturan pelaksanaan pertandingan 8 besar Piala Soeratin 2009 lalu.
Iwan yang kala itu menjabat di Badan Liga Amatir Indonesia disebut meminta uang sebesar Rp140 juta kepada Manajer Perseba Bangkalan, Imron Abdul Fattah, agar bisa jadi tuan rumah babak 8 besar Piala Soeratin 2009.
Pada dua tahun lalu, atau tepatnya 2017, ia juga pernah diperiksa KPK atas kasus dugaan suap Walikota Batu, Eddy Rumpoko. Iwan Budianto diperiksa KPK karena kasus dugaan suap pengadaan mebel di Pemerintahan Kota Batu tahun anggaran 2017 senilai Rp5,26 miliar.
Nama Iwan pun akhir-akhir ini ramai diperbincangankan terlibat dalam pusaran pengaturan skor di sepak bola Indonesia.
Namun, entah mengapa, dari sekian banyak kasus yang membelitnya, Iwan tak pernah menyandang status tersangka.
Khusus untuk kasus pungli Piala Soeratin 2009, statusnya masih belum ditetapkan. Polisi masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada Iwan Budianto.
Terus Ikuti Perkembangan Sepak Bola Indonesia dan Berita Olahraga Lainnya Hanya di INDOSPORT.COM