x

89 Tahun PSSI, Apa Saja yang Sudah Diraih untuk Mengharumkan Bangsa?

Jumat, 19 April 2019 18:25 WIB
Editor: Coro Mountana
Logo Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

INDOSPORT.COM - Dengan suguhan kue lengkap dengan lilinnya, kakekku merayakan ulang tahunnya yang ke-89. Tentu di usia yang sudah uzur itu, begitu banyak peristiwa yang telah dilaluinya mirip dengan PSSI.

Sudah 89 tahun PSSI menjadi induk dari segala aktivitas sepak bola, lantas apa saja yang sudah diraih dalam usia  senja ini?

Baca Juga

PSSI didirkan oleh Soeratin Sosrosoegondo, seorang anak muda lulusan Universitas Harvard dengan cita-cita ingin melawan penjajah pada masa itu. Dia berkeinginan mendirikan organisasi yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa lewat sepak bola.

Voetbalbond Indonesische Jakarta (VIJ), BIVB Bandung, PSIM Yogyakarta, PSM Madiun, IVM Magelang, SIVB Surabaya, dan VVB Solo akhirnya berkumpul untuk membentuk asosiasi sepak bola Indonesia pada 19 April 1930.

Baca Juga

Dengan cita-cita mulia Soeratin, PSSI terus tumbuh dan berkembang melewati segala peristiwa yang pernah terjadi di sepak bola Indonesia. Lantas di usia 89 tahun sekarang, masalah dan prestasi apa saja yang telah dirasakan oleh PSSI?


1. Masalah PSSI: dari Bentrok Antarsuporter Hingga Pengaturan Skor

Ketua Satgas Anti-Mafia Bola, Brigjen Hendro Pandowo.

Sudah tak terhitung berbagai masalah yang telah mendera PSSI sejak berdiri pada 1930. Mulai dari ketua umum memimpin dari bui hingga adanya dugaan terjangkit virus mafia pengaturan skor yang sempat hangat di awal tahun ini.

Dari era milenial saja sudah begitu banyak masalah PSSI yang perlu diurai, seperti saat ketua umum memimpin dari balik jeruji besi yaitu Nurdin Halid akibat kasus korupsi.

Menariknya, Nurdin Halid saat itu sudah didesak untuk mundur dari PSSI saat sedang mendekam di penjara. Akan tetapi, dia secara gigih menolak desakan itu dan tetap memimpin PSSI meski harus dari balik jeruji besi sekali pun.

Nurdin Halid

Memasuki era 2010-an, jagat sepak bola Indonesia diterpa masalah besar berupa dualisme kompetisi. Pada saat itu, pecinta sepak bola nasional dibuat bingung dengan adanya dua kompetisi, yaitu Liga Super Indonesia (LSI) dan Liga Primer Indonesia (LPI).

Dualisme kompetisi menandakan bahwa para pemangku jabatan di sana tidak satu suara untuk memajukan sepak bola Indonesia. Akibat hal itu, prestasi tim nasional Indonesia menjadi terganggu karena tidak bisa menggunakan materi pemain terbaiknya.

Baca Juga

Selesai masalah dualisme kompetisi, Indonesia justru harus menerima sanksi pembekuan dari FIFA pada 2015. Sanksi dari FIFA itu tak lepas dari ikut campur tangannya pemerintah dalam urusan PSSI.

Masalah bermula saat pemerintah melalui Kemenpora tidak percaya Persebaya dan Arema sudah siap mengikuti Liga Indonesia. Kemenpora sendiri saat itu berpegang pada tidak keluarnya rekomendasi BOPI akan kedua klub itu untuk mengikuti kompetisi Liga Indonesia.

Setelah sanksi itu dicabut pada tahun 2016, PSSI berusaha berbenah setelah sekitar setahun vakum. Namun masalah baru muncul pada akhir tahun lalu, di mana tercium adanya indikasi skandal pengaturan skor yang hingga kini masih diusut oleh Satgas Antimafia Bola.

Plt Ketua Umum PSSI, Joko Driyono usai memenuhi panggilan Satgas Antimafia Bola, Kamis (24/01/19).

Itu tadi adalah masalah internal PSSI seperti pengaturan skor, tapi ternyata secara eksternal juga ada seperti bentrok antar suporter. Padahal menjadi tugas PSSI untuk membina dan mendidik para suporter antar klub Indonesia agar tetap rukun.

Bentrok antar suporter PSM Makassar dan Bali United.

2. Prestasi PSSI: dari Main di Piala Dunia Hingga Sea Games 1989 dan 1991

Skuat Hindia Belanda tampil di Piala Dunia 1938.

Di balik segala masalah yang pernah mendera PSSI, sejatinya ada sejumlah prestasi pernah tertulis dalam sejarah sepak bola Indonesia. Mulai dari sempat bermain di Piala Dunia hingga gelar bergengsi terakhir timnas Indonesia senior, medali emas SEA Games 1991. 

Percaya atau tidak bangsa kita pernah tampil di ajang sebesar Piala Dunia 1938 di Prancis, meski dengan nama Hindia Belanda. Saat itu dengan materi pemain campuran Belanda dan Indonesia, Hindia Belanda langsung tersingkir di babak awal setelah kalah 0-6 dari Hungaria.

Tim Nasional Hindia Belanda di piala dunia 1938

Selepas itu, nama timnas Indonesia yang merupakan tanggung jawab PSSI untuk mengurusinya sempat membuat kejutan dalam kancah sepak bola dunia pada tahun 1956. Tepatnya di ajang Olimpiade, mereka sempat berhasil menahan imbang tim kuat, Uni Soviet.

Selepas itu, Indonesia praktis tidak ada prestasi yang begitu membanggakan di tingkat dunia. Di tingkat asia pun, nama Indonesia jarang diperbincangkan meski sempat beberapa kali mengikuti Piala Asia.

Namun lain halnya dengan tingkat Asia Tenggara, di mana Indonesia menjadi salah satu penguasa sepak bola di tingkat regional itu. Tercatat, Timnas Indonesia pernah menjadi juara Sea Games 1987 dan 1991.

Ferril Raymond Hattu, kapten Timnas SEA Games 1991

Namun setelah itu, prestasi Timnas Indonesia kering seperti berada di gurun Sahara di mana gelar juara 1991 menjadi yang terakhir kali diraih. Meski sudah sangat lama tidak membawa pulang gelar juara, pecinta sepak bola nasional tetap tidak pernah berhenti berharap pada PSSI.

Oleh karena itu di usia yang sudah 89 tahun, tentu sangat diharapkan PSSI segera menyelesaikan segala permasahan internalnya. Sehingga output-nya adalah prestasi Timnas Indonesia.

Meski kering prestasi, kami sebagai suporter tetap mencintaimu dan berharap PSSI bisa segera berbenah. Pada akhirnya, selamat ulang tahun ke-89, PSSI!

Terus Ikuti Perkembangan Seputar PSSI dan Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT

PSSISuporterPengaturan Skor Pertandingan (match fixing)Timnas IndonesiaIn Depth SportsPiala Dunia 1958Nurdin HalidSatgas Anti Mafia Sepak BolaBola Indonesia

Berita Terkini