x

Road to Baku: Perjalanan dan Lika-liku Arsenal Menuju Final Liga Europa 2018/19

Selasa, 28 Mei 2019 19:46 WIB
Editor: Juni Adi
Pemain Arsenal merayakan gol ke gawang Napoli pada babak 8 besar Liga Europa, Jumat (12/04/19), di Stadion Emirates.

INDOSPORT.COM - Kompetisi kasta kedua antara klub top Benua Biru, Liga Europa musim 2018/19 akhirnya telah memasuki babak akhir. Arsenal akan menghadapi klub senegara Chelsea di partai final dan berikut INDOSPORT mengulas perjalanan The Gunners hingga mencapai laga final Liga Europa.

Dua tim asal Inggris memastikan diri akan tampil di partai final yakni Chelsea vs Arsenal, yang akan digelar di Stadion Olimpiade Baku, Azerbaijan pada Kamis (30/0/19) dini hari WIB.

Baca Juga

Semua pihak tentunya tidak ada yang pernah menyangka jika Derby London akan tersaji di laga puncak ini. Terlebih pencapaian ini ditorehkan dengan tidak mudah, karena keduanya sempat nyaris tersingkir di babak 16 besar.

Baca Juga

Lantas, bagaimana perjuangan tim finalis khususnya Arsenal bisa sampai ke laga final di Azerbaijan? Berikut INDOSPORT coba merangkumnya perjalanan The Gunners:


1. Perjalanan dari Fase Grup Menuju Final

Alexandre Lacazette Mencetak gol

Arsenal tampil perkasa selama babak penyisihan grup. Tergabung di bersama Sporting Lisbon, Vorskla dan Qarabag di grup E, tim besutan Unai Emery itu tidak menemui kesulitan berarti.

Dalam enam pertandingan yang mereka lalui, Arsenal berhasil menyapu bersih semua laga dengan kemenangan. Catatan tersebut terasa lengkap saat diimbangi dengan kokohnya lini belakang mereka, karena baru kebobolan dua gol.

Itu terjadi ketika Arsenal menjamu Vorskla di laga perdana Liga Europa di Stadion Emirates, pada 20 Sepetember 2018 lalu. Saat itu tuan rumah menang dengan skor 4-2.

Baca Juga

Arsenal pun memastikan diri lolos ke babak gugur, usai menjadi juara grup E dengan perolehan 16 poin hasil dari 5 kali menang, 1 kali imbang dan tak pernah sekalipun kalah dari 6 laga.

Di babak 32 besar, dalam sesi pengundian mempertemukan Arsenal dengan wakil Belarusia yakni BATE Borisov. Beruntung bagi Arsenal karena mereka terhindar dari lawan yang cukup sulit. 

Kenapa begitu? karena melawan BATE Borisov, Arsenal punya rekor pertemuan cukup bagus yakni tidak pernah kalah dalam dua laga terakhir di ajang ini dengan skor 6-0 dan 4-2 untuk keunggulan The Gunners.

Hal tersebut membuat Arsenal diprediksi tidak akan menemui kesulitan untuk menyingkirkan BATE Borisov. Namun namanya juga perkiraan, kadang tidak selalu sejalan dengan kenyataan.

Arsenal secara mengejutkan kalah saat melakoni laga tandang ke markas BATE Borisov, dengan skor 0-1 pada 14 Februari 2019 lalu.

Namun The Gunners berhasil bangkit, dan membalikkan keadaan di leg kedua pada 21 Februari. Arsenal menang dengan skor 3-0, dan agregat gol menjadi 3-1. Mereka pun berhak melaju ke babak selanjutnya.

Di 16 besar, Arsenal kembali menunjukan performa yang kurang meyakinkan karena mereka lagi-lagi kalah di leg pertama, melawan Stade Rennais dengan skor 3-1 pada 7 Maret 2019.

Banyak yang menyangka kalau Arsenal akan kesulitan untuk bisa membalikan keadaan di leg kedua, yang berlangsung di Stadion Emirates. 

Namun anggapan tersebut berhasil dipatahkan karena Arsenal mampu comeback dan meraih kemenangan 3-0 di leg kedua pada 14 Maret 2019. Pierre-Emerick Aubameyang jadi bintang lapangan, berkat mencetak dua gol di laga itu.

Memasuki 8 besar, performa Arsenal berhasil diperbaiki oleh Unai Emery. Mereka memenangkan dua leg sekaligus, saat berhadapan dengan Napoli dengan skor 2-0 dan 0-1 untuk keunggulan Arsenal.

Di semifinal, lagi-lagi langkah Arsenal sulit dibendung karena mereka kembali meraih kemenangan dalam dua leg langsung saat melawan Valencia, dengan skor 3-1 dan 2-4. Hasil itu sekaligus membuat Arsenal lolos ke final.


2. Dihantui Masalah

Henrikh Mkhitaryan, gelandang serang Arsenal.

Namun sayang, ketika sudah berada di babak final Arsenal justru mendapat masalah yakni tidak diperkuat oleh salah satu winger andalannya, Henrikh Mkhitaryan.

Mkhitaryan tak dimainkan karena keselamatannya terancam jika datang ke Azerbaijan mengingat negara tersebut saat ini terlibat konflik pilitik dengan Armenia, yang notabenenya adalah negara asal Mkhitaryan.

"Kami sangat kecewa untuk menginformasikan bahwa Henrikh Mkhitaryan tidak akan bermain di final Liga Europa melawan Chelsea," tulis bunyi pernyataan The Gunners di Arsenal.com.

Baca Juga

Padahal Arsenal sendiri telah berusaha meminta bantuan UEFA dan pihak terkait, agar bisa membawa Mkhitaryan. Namun sayang hasilnya nihil. Bahkan UEFA sendiri menegaskan tidak bisa menjamin keselamatan Mkhitaryan.

"Kami sudah mencoba segala cara untuk bisa membawa Micki (panggilan Mkhitaryan). Namun, setelah berdiskusi dengannya dan pihak keluarganya, kami mendapat kesepakatan bahwa dia tidak akan ikut dalam skuat yang akan berangkat," sambung rilis tersebut.


3. Unai Emery Spesialis Liga Europa

Unai Emery saat di laga Arsenal vs Liverpool

Keberhasilan Arsenal menembus partai final Liga Europa juga tidak bisa lepas dari tangan dingin pelatih mereka, Unai Emery.

Pasalnya, juru taktik asal Spanyol tersebut mendapat predikat sebagai raja Liga Europa karena pernah menjuarai kompetisi ini selama tiga musim beruntun, bersama Sevilla yaitu periode 2014-2016.

Baca Juga

Faktor itu menjadi hal yang paling diwaspadai Chelsea. Walaupun finis di posisi yang lebih baik dari Arsenal di Premier League, tidak berarti mereka unggul atas Arsenal.

ChelseaArsenalLiga EuropaAzerbaijanUnai EmeryHenrikh MkhitaryanBola InternasionalSepak Bola

Berita Terkini