Sanksi Tolak Panggilan Timnas yang Gugah 'Trauma' Klub-klub Liga 1
INDOSPORT.COM - Aturan tegas PSSI untuk para pemain yang menolak panggilan Timnas Indonesia menggugah ingatan 'trauma' klub-klub Liga 1 di masa lalu.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) siap memberlakukan aturan tegas kepada para pemain yang mangkir dari panggilan Timnas Indonesia.
Pernyataan tegas dikeluarkan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan (Iwan Bule), ketika mengomentari perihal pemanggilan pemain ke tim nasional. Iwan Bule menegaskan semua pihak harus mendukung kebijakan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong.
Pernyataan ini merujuk pada sejumlah kejadian di mana klub Liga 1 enggan melepas pemainnya ke Timnas Indonesia. “Apapun yang dikatakan Shin Tae-yong saya dukung. Ini masalah mindset. Kita harus mau disiplin dan bekerja keras kalau mau meraih prestasi,” ujar Iwan Bule.
Sebagai respons atas hal ini, Iwan Bule mengaku tengah merumuskan aturan baru dan sanksi tegas bagi klub lokal serta pemain yang menolak bergabung ke pemusatan latihan timnas. Baginya tak ada alasan lagi, sebab PSSI dan operator kompetisi telah mengatur jadwal liga agar tak bersinggungan dengan FIFA matchday.
“Kami sudah buat agar jadwal liga tidak berbenturan dengan pemusatan latihan timnas,” katanya.
Sejumlah penolakan sempat disuarakan sejumlah klub Liga 1 pada awal tahun ini menyusul pemanggilan pemain untuk pemusatan latihan Timnas Garuda di kualifikasi Piala Dunia.
Klub-klub mengeluhkan pemanggilan ini karena mengganggu jadwal persiapan tim jelang Liga 1 Februari lalu. Klub Bali United bahkan harus menjalani laga kompetitif di Piala AFC.
Serdadu Tridatu sempat melontarkan keberatan karena jadwal TC yang beririsan dengan laga kandang mereka di Piala AFC melawan Than Quang Ninh. Awalnya, masa TC timnas dijadwalkan digelar pada 9-17 Februari. Sementara laga perdana Bali United di Piala AFC digelar pada 9 Februari.
Pelatih Timnas, Shin Tae-yong, pun akhirnya memutuskan untuk memundurkan jadwal TC menjadi 14-22 Februari. Hal ini terpaksa dilakukan karena ada sekitar 8 pemain Bali United yang dipanggil ke Timnas Garuda.
Pemanggilan Mendadak dan Trauma Klub
Pemberian sanksi ini tentu bagus demi kemajuan sepak bola nasional. Di Korea Selatan misalnya, federasi setempat (KFA) menerapkan sanksi tegas berupa larangan bermain beberapa tahun bagi beberapa pemain yang menolak panggilan timnas.
Namun, PSSI harus mengerti bahwa klub maupun pemain bukanlah pihak satu-satunya yang patut disalahkan. PSSI harusnya bisa mengingat bahwa pemanggilan pemain ke Timnas Indonesia di masa lalu banyak yang merugikan klub.
Seperti kita ketahui bersama, di masa lalu PSSI dan PT LIB gagal menyingkronkan jadwal Liga 1 dengan agenda timnas. Berkali-kali laga internasional harus berbenturan dengan jadwal Liga 1.
Klub Persib Bandung misalnya. Pada Oktober 2018, Maung Bandung pernah menolak melepas dua pemainnya, Dedi Kusnandar dan Febri Hariyadi, ke timnas karena klub sedang mengalami krisis pemain.
Timnas Indonesia saat itu dijadwalkan akan melawan Myanmar pada 10 Oktober, sementara Persib Bandung harus bertanding melawan Madura United pada 9 Oktober. Jadwal 'gila' ini tentu merugikan klub.
Hal serupa juga pernah dilakukan Persebaya Surabaya ketika enggan melepas Miswar Saputra ke Timnas U-23 karena dinilai pemanggilannya terlalu mendadak.
Masih banyak contoh lain di mana klub harus merugi karena pemanggilan yang berbenturan dengan agenda liga. Puncaknya tentu saja adalah pada Piala AFF 2018 lalu.
Saat itu Liga 1 jadi satu-satunya liga di Asia Tenggara yang masih bergulir di saat Piala AFC dimulai pada bulan Desember. Alhasil, sejumlah tim harus rela melepas pemainnya ke timnas di saat mereka sedang dibutuhkan untuk pekan-pekan krusial di pengujung musim.
'Beruntung', saat itu Timnas Garuda harus tersingkir di fase grup. Pemain-pemain seperti Riko Simanjuntak, Rezaldi Hehanussa, dan Andritany pun dapat kembali membela Persija dan membantu klub meraih gelar juara Liga 1 di Stadion Gelora Bung Karno.
Maka dari itu, kritikan dan penolakan yang dilakukan klub saat ini pun tak ubahnya sebagai dampak rasa 'trauma' terhadap buruknya penjadwalan yang dilakukan PSSI dan PT LIB di masa lalu.
Bentroknya jadwal TC dengan persiapan liga di awal musim ini saja sudah mulai membuat klub-klub ketar ketir.
Dalam persoalan ini, bukan hanya klub yang harus terus mengalah. Baik Timnas Indonesia dan federasi pun juga harus menghormati kepentingan klub.
Sebagai wujud penghormatan, PSSI dan PT LIB harus membuat penjadwalan yang profesional dan tidak merugikan kedua belah pihak. Jika ini dilakukan, tanpa dipaksa pun, klub-klub akan dengan senang hati melepas para pemain terbaiknya ke Timnas Indonesia.
Semoga saja komitmen Ketum PSSI, Iwan Bule, untuk mewujudkan penjadwalan yang lebih profesional bisa dipertanggungjawabkan sampai akhir musim. Jika sudah profesional tapi tetap ada klub atau pemain yang mangkir, maka PSSi bisa berkuasa penuh memberikan sanksi.