x

Mengenang Kala PSMS dan Persija Juara Bersama Perserikatan 1975

Minggu, 17 Mei 2020 18:07 WIB
Penulis: Aldi Aulia Anwar | Editor: Ivan Reinhard Manurung
Ketua Umum PSSI Bardosono (tengah) menggenggam tangan kapten kedua tim, Yuswardi (PSMS/kanan) dan Oyong Liza (Persija/kiri), usai kedua tim ditetapkan sebagai juara bersama Perserikatan 1975.

INDOSPORT.COM - Partai final Perserikatan 1975 antara Persija Jakarta vs PSMS Medan, tentunya sangat dikenang oleh para pecinta sepak bola Indonesia.

Bagaimana tidak, di edisi ini tercipta sejarah baru dalam kancah persepakbolaan Indonesia di mana laga yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 8 November 1975 ini kedua tim ditetapkan sebagai juara bersama.

Pemerhati PSMS, Indra Efendi Rangkuti, mengatakan bahwa laga ini sangat tegang karena laga antara kedua tim ini berjalan dengan tensi keras karena kedua tim selalu menjadi musuh bebuyutan.

Baca Juga
Baca Juga

"Konon tidak ada wasit nasional yang berani menangani pertandingan final, kecuali Mahdi Talib asal Malang yang akhirnya memberanikan diri untuk memikul risiko berat tersebut," kenang Indra mengawali ceritanya kepada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT.

"Kekuatan kedua tim berimbang dan bermain dalam tempo cepat. Apalagi di laga itu disaksikan langsung oleh Menteri Luar Negeri RI saat itu, Adam Malik," lanjut Indra.

Di menit-menit awal, kata Indra, PSMS bermain dengan insiatif cepat dan langsung menguasai jalannya pertandingan di lapangan rumput Senayan yang basah. Begitu derasnya serangan PSMS membuat penyerang-penyerang Persija yang biasanya gesit sampai harus turun membantu pertahanan.

Sampai akhirnya ujar Indra, PSMS berhasil membobol gawang Persija yang dikawal Sudarno di menit 10 lewat kaki Parlin Siagian hasil kerjasama dari Mariadi dan Nobon. Gol ini jelas membuat pemain-pemain Persija kaget dan mulai ambil inisiatif untuk melakukan penyerangan.

"Dari tribun terdengan teriakan-teriakan Hidup Persija, Hidup Persija. Teriakan-teriakan ini melecut semangat pemain-pemain Persija. Sehingga serangan demi serangan meluncur deras ke gawang PSMS," tutur Indra.

"Dengan permainan tempo cepat itu juga berujung permainan yang keras sehingga menghasilkan terciptanya banyaknya pelanggaran-pelanggaran dan wasit banyak memberikan peringatan ke beberapa pemain dari kedua belah pihak," sambungnya.

Dengan tempo tinggi tersebut, lanjut Indra, menit ke-26 akhirnya gawang PSMS berhasil dibobol Persija sehingga skor berubah menjadi 1-1, lewat gol yang dilesakkan Sofyan Hadi lewat sundulan usai mendapat umpan dari Iswadi Idris.

"Tak berapa lama setelah gol penyeimbang itu, pelanggaran-pelanggaran keras pun sering terjadi. Seperti Sarman Panggabean yang tiba-tiba memotong lari dari Junaidi Abdillah sangat menyulut emosi kedua kesebelasan. Pemain pun sudah terlihat siap untuk baku hantam di lapangan," bebernya.

"Puncaknya terjadi ketika Iswadi melanggar Nobon dan dikartu merahkan oleh wasit. Kapten Persija kala itu Oyong Liza tak terima dengan keputusan wasit tersebut, karena pelanggaran yang sama pun dilakukan oleh Sarman Panggabean terhadap Junaidi Abdillah tapi hanya berbuat kartu kuning," tambahnya.

Akibatnya, lanjut Indra, perkelahian pun tak terelakkan di tengah lapangan karena pertandingan sudah menjurus keras dan menjauhi nilai-nilai sportif. Pelanggaran-pelanggaran pun makin banyak terjadi hingga wasit memberikan kartu merah untuk Iswadi Idris.

Kartu merah itu karena Iswadi dianggap memukul Nobon dari belakang dan terkena matanya. Sempat beberapa saat, mata Nobon dirawat secara intensif. Pihak Persija menolak keluarnya Iswadi. Sebaliknya, PSMS tidak mau main kalau Iswadi tetap di dalam lapangan.

"Karena adanya kericuhan itulah, pada menit ke-40, wasit membubarkan pertandingan setelah kompromi dengan Komisi Pertandingan. Laga pun terhenti dan perkelahian segera diredakan oleh aparat keamanan. Setelah perkelahian sedikit mereda, mulailah para petinggi PSSI bernegosiasi dengan para manajer kedua tim," sebut Indra.

Baca Juga
Baca Juga

Akibat kericuhan itu, lanjut Idnra, pengurus PSSI memutuskan untuk tidak meneruskan pertandingan dan Ketua Umum PSSI saat itu, Bardosono, mengusulkan juara bersama untuk kepentingan nasional, karena memang kondisi sudah tidak memungkinkan untuk dilanjutkan.

"Ketua Umum PSSI Bardosono memanggil kapten kedua tim yaitu Yuswardi (PSMS) dan Oyong Liza (Persija) serta mengangkat tangan keduanya untuk bersama-sama memegang piala yang diperebutkan. Inilah pertama kalinya dalam sejarah kasta tertinggi sepak bola Indonesia kedua tim menjadi juara hingga sampai saat ini," pungkasnya.

Persija JakartaPSSIPSMS MedanPerserikatanLiga IndonesiaBola Indonesia

Berita Terkini