x

Sumbangsih Keluarga Soeharto Lewat 2 Klub Nasional yang Berakhir Tragis

Selasa, 9 Juni 2020 07:50 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
Probosutedjo dan klub sepak bola Mercu Buana.

INDOSPORT.COM – Meski Soeharto tak memiliki perhatian khusus ketika menjadi Presiden, anak dan keluarganya punya kontribusi besar di sepak bola nasional.

Menjadi Presiden terlama di Indonesia hingga mencapai 31 tahun (12 Maret 1967 – 21 Mei 1998), Soeharto justru dikenal sebagai sosok yang kurang dalam memberikan perhatian kepada sepak bola nasional.

Pria kelahiran 8 Juni 1921 itu jarang sekali hadir langsung untuk menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia maupun laga penting kompetisi Perserikatan atau Galatama di Stadion.

Selain itu dalam masa kepemimpinannya, pengembangan infrastruktur sepak bola tak sedikitpun mendapatkan perhatian, meski berbagai proyek pembangunan nasional sangat dikedepankan saat itu.

Baca Juga
Baca Juga

Tetapi meski begitu, bukan berarti sepak bola menjadi terpuruk di era Soeharto menjadi Presiden. Sebab justru sebaliknya, cukup banyak inovasi terjadi di sepakak bola Indonesia kala itu.

Salah satunya lewat hadirnya kompetisi Galatama. Di mana adik dan anak kandung Soeharto ikut mengambil peran penting sebagai pemilik dua klub berbeda, di Medan dan Solo.

Mercu Buana

Peran penting di sepak bola nasional pernah dilakoni oleh adik dari Presiden Soeharto, Probosutedjo, pada era tahun 1980-an.

Berlatar belakang sebagai pengusaha, Probosutedjo terobsesi turut mengembangkan sepak bola nasional, dengan mendirikan klub Mercu Buana, yang kemudian berkiprah di kompetisi semi-profesional, Galatama.

Dengan nama yang sama dengan PT. Mercu Buana miliknya, Probosutedjo mendirikan klub sepak bolanya itu di kota Medan. Kota di mana dirinya pernah menjadi guru, seklaigus kota yang tak jauh dari asal sang istri yang dari Pemantang Siantar.

Kiprah Mercu Buana sendiri dimulai pada kompetisi Galatama 1980/81. Usai mereka lolos dari jalur play off seleksi masuk melawan enam tim lainnya.

Dengan pendanaan sepenuhnya dari kantong Probosutedjo, Mercu Buana pun menjelma menjadi klub yang cukup disegani di kompetisi Galatama. Bahkan di musim 1983/84 mereka hampir saja merebut gelar juara, andai di final tak dikalahkan Yanita Utama dengan skor 0-1.

Baca Juga
Baca Juga

Sayangnya setelah kegagalan di final itu, prestasi Mercu Buana langsung menurun drastis. Apa lagi perlahan klub mulai digerogoti dari dalam oleh pemainnya sendiri yang mulai bermain tak sungguh-sungguh karena terlibat dalam pengaturan skor.

Merasa kecewa dengan para pemainnya, Probosutedjo pun akhirnya memutuskan untuk membubarkan Mercu Buana sepenuhnya. Hingga kini namanya hanya menjadi kenangan di sepak bola nasional.


1. Arseto

Skuat Arseto FC musim 1997/98.

Tak kalah dari sang Paman, anak Presiden Soeharto, Sigit Harjojudanto juga mengambil peran penting di percaturan sepak bola nasional dengan mendirikan klub bernama Arseto.

Arseto pada awalnya didirikan Sigit pada tahun 1987 di Jakarta. Namun seiring dengan peresmian Hari Olahraga Nasional di Stadion Sriwedari, Solo, pada 9 September 1983 oleh Soeharto. Arseto kemudian dipindahkan Sigit untuk bermarkas di kota Solo.

Secara prestasi, Arseto bisa dibilang jauh lebih baik dari klub milik Probosutedjo. Tercermin jelas dari keberhasilan Arseto menjuarai kompetisi Galatama pada tahun 1992, yang kemudian juga membawa mereka bisa berkiprah di di Liga Champions Asia setahun setelahnya.

Menjadi klub yang cukup diidolai masyarakat Solo kala itu, selain dikenal akan prestasinya, Arseto juga dikenal sebagai salah satu klub pengorbit pemain-pemain bintang. Sebut saja, Ricky Yacobi, Eduard Tjong, Rochy Putiray, Nova Arianto hingga Miro Baldo Bento pernah berseragam Arseto.

Kesuksesan Arseto juga tercermin dari keberhasilan mereka bertahan lama, bahkan hingga kompetisi Galatama bubar. Arseto sempat melanjutkan kiprahnya di sepak bola nasional dengan ikut berpartisipasi di Liga Indonesia.

Sampai akhirnya dalam carut marut politik tahun 1998, Arseto ikut terseret imbasnya. Arseto harus bubar, bahkan sempat menjadi sasaran amuk masa, lantaran latarbelakang keluarga Soeharto yang cukup kuat dalam klub tersebut.

Buat Sigit Harjojudanto sendiri, sumbangsihnya di sepak bola nasional tak sebatas sebagai pemilik klub Arseto. Dirinya juga sempat mememgang jabatan penting di sepak bola nasional. Mulai dari menjadi Ketua Harian Liga Sepak Bola Utama (Galatama), Kepala Proyek PSSI Garuda, hingga sempat menjabat sebagai Ketua I PSSI. 

Presiden RILiga GalatamaLiga IndonesiaSoehartoTimnas Sepak Bola Pantai IndonesiaBola IndonesiaArseto Solo

Berita Terkini