x

Kisah Persib 2 Kali Selamat Saat Berubahnya Aturan Degradasi

Rabu, 10 Juni 2020 23:56 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Ivan Reinhard Manurung
Persib Bandung pernah setidaknya dua kali selamatkan dari degradasi karena perubahan aturan kompetisi Liga Indonesia di tengah musim.

INDOSPORT.COMPersib Bandung pernah setidaknya dua kali selamatkan dari degradasi karena perubahan aturan kompetisi Liga Indonesia di tengah musim.

Pandemi virus corona saat ini membuat PT Liga Indonesia (PT LIB) mewacanakan untuk menghapuskan degradasi andai nantinya kompetisi Liga 1 2020 kembali digelar.

Meski baru sebatas wacana, hal tersebut justru menghadirkan perdebatan. Bukan hanya dari klub-klub peserta Liga 1 2020 sendiri, namun juga dari klub kasta di bawahnya, Liga 2 2020.

Baca Juga
Baca Juga

Perdebatan dan penolakan dari berbagai klub tersebut memang menjadi wajar, sebab tanpa adanya degradasi, secara langsung pasti membuat persaingan kompetisi Liga 1 2020 akan semakin kurang menarik, khusunya di papan bawah.

Namun apapun dasar penolakan tersebut, penghapusan degradasi sebenarnya bukan barang baru di kompetisi Liga Indonesia. Di era modern saja, setidaknya sudah dua kali terjadi penghapusan kompetisi di Liga Indonesia. Baik itu yang terjadi secara keseluruhan, maupun penghapusan sebagian.

Menariknya dalam dua kali penghapusan degradasi tersebut,klub asal Jawa Barat, Persib Bandung selalu terseret, ikut terlibat. Mereka dengan baik bisa memnfaatkan keputusan Operator Liga tersebut untuk menyelamatkan diri, disaat sebenarnya mereka tampil buruk sepanjang musim dan sangat mungkin untuk terdegradasi ke kasata kedua.

Kapan kejadian dan bagaimana keuntungannya, berikut redaksi berita olahraga INDOSPORT menjelaskan.

Liga Indonesia 2006

Paling dekat dengan saat ini, penghapusan degradasi pernah terjadi di Liga Indonesia 2006. Saat saat itu, operator Liga Indonesia menghapuskan degradasi saat kompetisis sebenarnya sudah berjalan memasuki paruh kedua fase penyisihan dua wilayah.

Keputusan penghapusan degrdasi sendiri diambil PSSI dan Operator Liga akibat terjadinya gempa parah di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, yang mmebuat klub PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta memutuskan harus mundur di sisa kompetisi fase wilayah yang masih menyisakan enam pertandingan lagi.

Mundurnya PSS Sleman dan PSM Mataram itu membuat Operator Liga memutuskan untuk menghadiahkan kemenangan WO kepada klub yang seharusnya melawan mereka.

Sebagai gantinya saat itu sistem degradasi harusnya dihapuskan. Karena jika tidak PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta yang tidak bisa bertading, otomatis akan terdegradasi saat itu, sebagai dua tim terbawah masing-masing wilayah.

Baca Juga
Baca Juga

Tapi selain dua klub tersebut, penghapusan degradasi sepenuhnya saat itu, secara langsung juga menghadirkan berkah buat Persib Bandung.

Persib Bandung yang sebenarnya ada di zona degradasi, sebelum terjadinya gempa, bisa selamat, sekaligus naik ke posisi lebih baik. Setelah PSMI Mataram dinyatakan kalah WO di seluruh pertandingan sisanya.

Kejadian tersebut sendiri diakui oleh Manajer Persib kala itu, Yosi Irianto sebagai berkah buat mereka.  "Inilah yang namanya bencana membawa berkah," kata Yossi Irianto.


1. Liga Indonesia 2003

Pemain Asing Persib Bandung Musim 2003

Liga Indonesia 2003 menjadi sebuah momentum penting dalam sejarah klub asal Jawa Barat, Persib Bandung. Meski sebenarnya sebuah klub sudah bisa mendatangkan pemain asing sejak gelaran pertama 1994/95, baru edisi 2003 itulah mereka memakai jasa pemain asing.

Di bawah asuhan pelatih asal Polandia, Marek Andrzej Sledzianowski, manajemen Persib akhirnya menghalalkan penggunaan pemain asing di klubnya dengan merekrut Mariusz Mucharski, Pawel Bocian, Piotr Orlinski, dan Maciej Dolega.

Namun bukannya prestasi, untuk pertama kalinya menggunakan pemain asing justru menghadirkan petaka buat Persib Bandung kala itu. Dengan pemain asingnya, Persib melalui enam pertandingan awal Liga Indonesia 2003 tanpa meraih satu pun kemenangan (2 imbang dan 4 kalah).

Marek Sledzianowski pun harus angkat kaki saat posisi tim berada di zona degradasi pada paruh musim. Selepas kepergian Marek Sledzianowski, manajemen Persib kembali mempercayakan kursi kepelatihan diduduki sosok asing.

Kala itu giliran pelatih asal Chile Juan Antonio Paez yang dipercaya menjadi juru taktik Maung Bandung. Bersama Paez, seluruh pemain asing lama pun dicoret, diganti tiga amunisi baru yang semuanya berasal dari Chile, yakni Alejandro Tobar, Rodrigo Alejandro, dan Claudio Lizama.

Meski sedikit membaik, Bersama tiga pemain asing baru tersebut, prestasi Persib sebenarnya juga masih terhitung buruk. Buktinya mereka masih berada di zona degradasi (enam terbawah) pada akhir musim.

Beruntungnya kala itu, PSSI melakukan perubahan regulasi pada pertengahan musim. Di mana tadinya ada enam klub yang bisa terdegradasi, hanya menjadi empat klub. MAaing-masing dua dari wilayah barat dan timur (kompetis kala itu menggunakan format dua wilayah).

Persib Bandung yang ada di peringkat 16 klasemen akhir pun punya peluang untuk bertahan di kasta tertinggi melalui babak play-off.

Di babak playoff itulah, nama besar Persib Bandung akhirnya bisa berbicara. Mereka bisa mengalahkan pesaingnya seperti Persela Lamongan, PSIM Yogyakarta, dan Perseden Denpasar untuk tetap bertahan di Liga Indonesia 2004.

Meski akhirnya bisa tetap bertahan di kasta tertinggi Liga Indonesia, pengalaman Persib Bandung untuk pertama kalinya memakai jasa pemain asing saat itu, jelas bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan hingga kini.

Persib BandungPSIM YogyakartaPSS SlemanLiga IndonesiaLiga 1Bola IndonesiaBerita Liga 1

Berita Terkini