x

On This Day: Lahir dan Berakhirnya Si Tangan Tuhan, Diego Maradona

Jumat, 30 Oktober 2020 13:14 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
30 Oktober 1960 menjadi tanggal spesial bagi Argentina dan dunia sepak bola. Pasalnya pada tanggal tersebut lahir sosok legendaris Diego Maradona.

INDOSPORT.COM - 30 Oktober 1960 menjadi tanggal spesial bagi Argentina dan dunia sepak bola. Pasalnya pada tanggal tersebut lahir sosok legendaris Diego Maradona.

Dalam dunia sepak bola, dewasa ini orang akan lebih mengenal sosok Lionel Messi sebagai pesepakbola hebat dan berkualitas asal Argentina.

Kondisi itu tak lepas dari torehan pemain berjuluk La Pulga bersama Barcelona yang meraih banyak prestasi. Di antaranya seperti 10 trofi juara LaLiga Spanyol, empat gelar Liga Champions, dan enam trofi Piala Copa del Rey.

Baca Juga
Baca Juga

Di level Timnas Argentina sendiri Messi pernah membawa negaranya menjadi juara Piala Dunia U-20 2005 dan juga meraih medali emas Olimpiade 2008.

Namun, jauh sebelum ada Messi, dunia lebih dahulu mengenal satu sosok jenius sepak bola asal Argentina. Sosok itu tak lain sang legenda hidup, Diego Maradona.

Generasi milenial mungkin kurang familiar dengan namanya. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa dia adalah salah satu sosok yang berjasa dan membuat Argentina menjadi salah satu kiblat sepak bola dunia.

Kini, mantan mertua Sergio Aguero itu tengah merayakan hari jadinya yang ke-60. Oleh sebab itu ini merupakan saat yang tepat untuk mengenang kembali kisah Maradona, yang menjadi ikon Argentina sebelum munculnya Messi.

Berjuang Lawan Kemiskinan Lewat Sepak Bola

Memiliki bakat sepak bola yang luar biasa, banyak yang mengira bahwa Diego Maradona lahir dari keluarga yang juga datang dari dunia si kulit bundar. Namun pada kenyataanya kedua orang tua Maradona bukanlah pesepakbola, bahkan jauh dari dunia olahraga.

Ayah Maradona, Diego 'Chitoro' Maradona adalah seorang pengemudi perahu, yang mencari rejeki dengan hasil pancingan atau pergi mengantarkan sapi menyebrangi sungai. Sementara sang ibu, Dalma 'Tota' Salvadora bekerja sebagai pelayan.

Pada mulanya, Diego dan Tota tinggal di Esquina, sebuah daerah tepat di perbatasan Argentina dan Paraguay. Namun, setelahnya mereka pindah ke Villa Fiorito, sebuah daerah di dekat ibu kota Argentina, Buenos Aires.

Sebelum Maradona lahir, Diego dan Toto sudah memiliki tiga orang putri. Saat mengandung Maradona, Tota menyebut sudah tahu bahwa anak keempatnya adalah laki-laki karena sudah suka 'menendang' sejak dalam kandungan.

Benar saja, pada 30 Oktober 1960, seorang bayi laki-laki kecil lahir ke dunia. Ia pun diberi nama yang sama dengan sang ayah, yakni Diego Maradona.

Kehidupan Maradona saat kecil jauh dari kata kemewahan. Ia tinggal di sebuah gubuk yang tak ada air dan juga listrik. Kondisi keungan kedua orang tua yang tak bagus membuatnya mau tak mau harus ikut bekerja.

Sejumlah pekerjaan pun rela ia lakukan demi mendapat uang. Mulai dari menjual potongan-potongan besi, mengumpulkan bungkus-bungkus rokok, hingga menjadi tukang membuka pintu taksi.

Meski begitu, Maradona ternyata menyimpan mimpi menjadi bintang lapangan hijau, terutama sejak menerima sepak bola sebagai hadiah ulang tahun dari sepupunya.

Saat berusia delapan tahun, seorang pencari bakat tak sengaja melihat permainan sepak bolanya dan langsung menawarkan untuk mengikuti trial bersama Cebolitos (Bawang Kecil), tim muda dari klub Argentinos Juniors.

Tak lama, tepatnya 20 Oktober 1976, Maradona menjalani debut profesionalnya bersama Argentinos Juniors melawan Talleres de Cordoba. Di laga perdana itu, Maradona langsung menarik perhatian usai melakukan nutmeg untuk melewati hadangan Juan Domingo Cabrera.

Baca Juga
Baca Juga

Di Argentinos Juniors, Maradona bermain selama lima tahun dan menghasilkan 115 gol dari total 167 penampilan. Catatan itu menarik Boca Juniors untuk merekrutnya dengan mahar sebesar 4 juta USD (sekitar Rp59 miliar).

28 gol hanya dari 40 penampilan di musim perdananya pun sudah cukup bagi Maradona untuk mendapat panggilan memperkuat Timnas Argentina ke Piala Dunia 1982, yang berlangsun di Spanyol.


1. Tangan Tuhan

Diego Maradona saat masih memperkuat Timnas Argentina.

Telah disebutkan sebelumnya, Maradona memulai debutnya di Piala Dunia bersama Timnas Argentina pada 1982 silam. Sayang, dalam edisi tersebut Argentina tak mampu meraih gelar juara, atau sekadar lolos ke babak final.

Meski tidak membawa juara bagi Argentina, Piala Dunia 1982 menjadi moment spesial bagi Maradona. Pasalnya, ia dilirik raksasa Spanyol, Barcelona yang kagum dengan permainannya.

Ia pun direkrut oleh Barcelona pada 1982 dan langsung mempersembahkan dua trofi juara bagi Blaugrana. Dua trofi itu yakni Copa del Rey 1983 dan Piala Super Spanyol 1983.

Perkembangan yang terus meningkat bersama Barcelona tak heran membuat Maradona kembali dipanggil memperkuat Timnas Argentina pada Piala Dunia 1986 di Meksiko.

Bermain di Meksiko yang iklimnya tidak jauh beda dari Argentina membuat Maradona lebih mudah beradaptasi. Hasilnya, ia mampu membawa timnya selalu meraih kemenangan.

Di Grup A, Argentina mampu melibas Bulgaria dan Korea Selatan. Mereka hanya bermain imbang saat menghadapi Italia, namun posisi puncak klasemen tetap mereka miliki. Di fase 16 besar, Maradona dan Argentina kembali meraih kemenangan saat berhadapan Uruguay.

Lawan berat pun menanti mereka di partai perempatfinal, yakni Inggris. 50 menit pertandingan berjalan, baik Argentina maupun Argentina masih belum ada yang mencetak gol.

Barulah di menit ke-51, berawal dari bola mentahan ke muka gawang Inggris, Maradona menyambutnya dengan sentuhan tangan, namun tersamarkan seperti sebuah sundulan.

Para pemain Timnas Inggris jelas melakukan protes dan meminta wasit menganulir laga tersebut. Namun, Ali Bin Nasser pada akhirnya tetap menggap gol itu menjadi pembuka keunggulan Argentina.

Momen itu sendiri selalu dikenal sebagai salah satu peristiwa bersejarah dalam ajang Piala Dunia dan sepak bola. Gol itu sendiri kemudian dikenal dengan nama Gol Tangan Tuhan (Hand of God).

Empat menit berselang, Maradona kembali mencatatkan namanya di papan skor dengan aksi individual luar biasa melewati lima pemain Inggris sekaligus. Pertandingan pun berakhir dengan skor 2-1 untuk keunggulan Argentina.

Selanjutnya, Argentina meraih kemenangan melawan Belgia di semifinal dan menghadapi Jerman Barat di partai final. La Albiceleste sukses menang dengan skor 3-2 dan berhak menyandang gelar juara Piala Dunia 1986.

Di usia 26 tahun, Maradona berhasil meraih gelar juara Piala Dunia untuk pertama dan terakhir kalinya. Ia memiliki trofi yang hingga kini mungkin tidak akan pernah bisa dirasakan oleh Lionel Messi ataupun Cristiano Ronaldo, dua megabintang sepak bola saat ini.

Pensiun Bukan Berarti Akhir

Setelah menjuarai Piala Dunia 1986 bersama Argentina, Maradona memutuskan hengkang dari Barcelona dan menjajal Serie A Liga Italia bersama Napoli.

Tujuh tahun lamannya Maradona bersama dengan Napoli, yang merupakan waktu terlamanya berada dalam klub yang sama. Selama tujuh tahun masa baktinya, Maradona mampu mempersembahkan dua gelar juara Serie A, satu Piala UEFA, satu Coppa Italia, dan satu Supercoppa Italiana.

Memiliki prestasi, uang, dan ketenaran ternyata membuat Maradona lupa diri. Ia pun mulai jatuh ke dunia obat-obatan terlarang, utamanya kokain. Bahkan ia pernah mendapat hukuman larangan bertanding selama 15 bulan.

Malu dengan hal tersebut, Maradona kemudian memutuskan untuk pindah dan kembali ke Spanyol, namun bukan ke Barcelona, melainkan bergabung dengan Sevilla selama setahun dari 1992-1993.

Setelah setahun di Sevilla, Maradona memutuskan untuk pulang kampung ke Argentina. Di sana ia bergabung dengan Newell's Old Boys selama dua tahun. Setelahnya ia kembali Boca Juniors, klub terakhir yang ia perkuat sebagai pemain.

Di level Timnas Argentina, Maradona masih dipanggil dan mengikuti dua edisi Piala Dunia, yakni 1990 dan 1994. Di 1990, ia kembali membawa Argentina ke final dan berhadapan dengan Jerman Barat. Sayangnya, kali ini hasil lebih berpihak pada Jerman Barat yang keluar sebagai juara.

Untuk Piala Dunia 1994, Maradona tercatat hanya bermain di dua laga saja. Pasalnya, ia dipulangkan setelah gagal lolos tes anti doping. Itu pun menjadi penampilan terakhirnya bersama Argentina di Piala Dunia.

Saat berusia 37 tahun, tepat di hari ulang tahunnya, 30 Oktober 1997, Maradona memberi kabar mengejutkan pada dunia. Anak kelima dari delapan bersaudara itu memutuskan untuk gantung sepatu alias pensiun sebagai seorang pemain sepak bola.

Meskipun tak lagi menjadi seorang pemain sepak bola, Maradona nyatanya tetap tak bisa jauh dari dunia kulit bundar. Berbekal pengalamannya yang hebat saat masih jadi pemain, ia pun mulai meniti karier sebagai pelatih.

Tektil Mandiyu menjadi klub pertama yang dilatih oleh pria berpostur 1,65 meter ini. Namun, setahun berselang ia hengkang dan melatih Racing Club.

Kejutan pun terjadi pada 2008. Secara mengejutkan Maradona ditunjuk menjadi pelatih baru Timnas Argentina, menggantikan Alfio Basile yang mengundurkan diri.

Namun, performa Argentina di bawah asuhannya tetap tidak mentereng. Ia pun hengkang dan mulai melatih klub-klub kecil seperti Al-Wasl, Fujairah,   Dorados de Sinaloa, dan Gimnasia de La Plata yang ia latih hingga kini.

Demikianlah kisah perjalanan Diego Maradona, legenda yang membuat Argentina jadi kiblat sepak bola, jauh sebelum adanya Messi.

ArgentinaBarcelonaLionel MessiPiala DuniaDiego MaradonaNapoliBola InternasionalPiala Dunia 1986On This DaySepak Bola

Berita Terkini