x

Liga 1 2020 Gagal Digelar, Bukti Sahih Perbedaan Kualitas dengan Liga-liga Tetangga

Sabtu, 31 Oktober 2020 19:38 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
Tak seperti liga tetangga, kompetisi Shopee Liga 1 2020 akhirnya batal sepenuhnya digelar tahun ini.

INDOSPORT.COM - Tak seperti liga tetangga, kompetisi Shopee Liga 1 2020 akhirnya batal sepenuhnya digelar tahun ini. Lantas, apakah hal tersebut disebabkan karena kepolisian atau justru soal kredibilitas dari PSSI?

Kabar mengecewakan datang dari sepak bola nasional. Liga 1 2020 akhirnya batal digelar pada tahun ini. 

Setelah tiga kali mengalami perubahan jadwal, akhirnya PSSI pada Kamis (29/10/20) resmi mengumumkan kompetisi Shopee Liga 1 2020 ditunda sampai Februari 2021. Putusan tersebut diambil lewat rapat Exco yang berlangsung pada Rabu (28/10/20). 

Baca Juga
Baca Juga

Gagalnya PSSI dan operator liga, PT LIB, memutar kompetisi Liga 1 dan 2 tahun ini dikarenakan tak adanya lampu hijau dari pihak dari kepolisian terkait izin keramaian sebagai respons atas situasi pandemi COVID-19 di Tanah Air. 

Sebelum akhirnya dihentikan pada Maret lalu, Liga 1 baru berjalan tiga pekan dan Liga 2 baru kick off sementara Liga 2 belum bergulir. Sebelumnya PSSI ingin agar Liga 1 dimainkan di pertengahan tahun sebelum akhirnya mundur ke Oktober. 

Namun, di detik-detik terakhir jelang kick off, izin tak juga keluar dari kepolisian. Padahal, klub-klub telah melakukan persiapan dengan matang demi menyambut lanjutnya liga. 

"Ini kan keinginan teman-teman [klub], semuanya kami kembalikan kepada pihak kepolisian. Ini keinginan kami karena mereka menanyakan bagaimana kepastiannya. Kalau bisa digulirkan tanggal 1 (November) alhamdulillah, kalau tidak Desember, kalau tidak Januari (2021)," ujar Ketum PSSI, Mochamad Iriawan. 

PSSI dan PT LIB juga sudah menyusun format baru dan menggalang protokol kesehatan. Namun Iwan Bule masih optimis Liga 1 digelar November. Akan tetapi, takdir berkata lain, tahun ini Liga Indonesia harus ditiadakan sepenuhnya.

Kegagalan Federasi?

Gagalnya Liga 1 2020 bergulir tahun ini memang sangat disayangkan. Sebab, banyak kerugian yang bisa dirasakan oleh sepak bola Indonesia. 

Klub, pemain, dan wasit di Indonesia banyak menggantungkan hidup di sepak bola. Karenanya, ketika kompetisi vakum berbulan-bulan akibat pandemi, banyak pelaku sepak bola yang terkena dampak.

Selama vakumnya Liga 1 2020, klub peserta memang tidak memiliki pemasukan lain, bahkan sponsor pun membatasi dana. Selama ini, sumber dana terbesar klub adalah dari tiket pertandingan karena penjualan merchandise tidak seramai klub-klub Eropa.

Ditundanya kompetisi hingga awal tahun depan juga memunculkan masalah lain yakni terkait kontrak pemain. Rata-rata pemain asing maupun lokal di klub Liga 1 memiliki kontrak hingga akhir musim atau akhir tahun.

Pemain asing klub Liga 1 Borneo FC Javlon Guseynov (Uzbekistan).

Dengan tidak adanya kompetisi hingga akhir tahun, bisa dipastikan kontrak tersebut berakhir. Hal ini tentu merepotkan karena klub harus melakukan negoisasi ulang, bahkan pemain kesulitan mencari klub baru di luar negeri karena bursa transfer pun telah ditutup.

Kalender sepak bola Indonesia juga menjadi kacau balau karena di tahun itu bakal ada Piala Dunia U-21. Bisa-bisa kompetisi kembali berhenti tengah jalan. 

Kondisi ini tentu tidak diharapkan dan merupakan situasi force majeur. Namun, sesungguhnya, jika melihat dari sudut lain, ada ketidaksanggupan dari federasi dalam hal ini meyakinkan pihak kepolisian untuk menggelar kompetisi yang aman. 

Masalah pandemi COVID-19 tak hanya menimpa negara Indonesia. Hampir seluruh dunia ikut menderita. 

Dan Asia Tenggara menjadi salah satu yang juga terparah. Meski begitu, perlahan federasi negara-negara lain mulai beradaptasi dan mencari cara terbaik agar kompetisi sepak bola mereka bisa bergulir. 

Baca Juga
Baca Juga

Di Eropa, kompetisi telah berjalan dengan protokol yang ketat dan para stakeholder pun menjalankan dengan profesional. Sementara di Asia, mayoritas liga sepak bola sudah bergulir sebagaimana mestinya.

Federasi dan kepolisian setempat telah sepaham dan sama-sama yakin bahwa mereka sanggup menggelar kompetisi di tengah pandemi yang belum berakhir. Sayangnya, hal itu tidak bisa terwujud di Indonesia. 


1. Terburuk di Antara Negara Asia Tenggara

Logo-logo Liga di ASEAN.

PSSI dan PT LIB bukan tanpa usaha. Mereka sudah mencoba dengan format home tournament dan menjamin dengan menerapkan protokol kesehatan. 

Namun, pihak kepolisian masih belum yakin dengan hal tersebut. Mengingat sepak bola menjadi olahraga paling digemari di Tanah Air. 

Meski federasi telah berusaha, bukan berarti ini murni 'salah' kepolisian. PSSI harus melakukan apapun dan bekerja keras demi liga ini bisa digelar, karena jika tidak akan banyak konsekuensi yang timbul. 

Tak usah bicara Eropa, saat ini Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara selain Brunei yang kompetisinya batal bergulir. Sementara liga tetangga lain seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan lainnya telah berlangsung dan bahkan sudah selesai. 

Liga Primer Singapura digelar pada 17 Oktober. Sementara Liga Filipina dimulai 28 Oktober lalu. Kompetisi Thai League tengah berjalan dan Liga Malaysia serta Vietnam telah usai. 

Di Thailand, kompetisi sepak bola bahkan sudah digelar dengan sebagian kecil penonton di dalam stadion. 

Hal ini secara tidak langsung menunjukkan kapabilitas dari penyelenggara kompetisi di masing-masing negara. Sejujurnya, jika mampu pasti ada cara agar kompetisi bisa digelar. 

Betul bahwa pertandingan sepak bola akan memancing keramaian. Namun, dengan lobi dan koordinasi yang sangat baik, hal semacam itu bisa saja dicegah. 

Manajer PT LIB

PSSI serta PT LIB dalam hal ini gagal melakukan lobi dan jaminan kepada pihak kepolisian agar kompetisi sepak bola Tanah Air bisa bergulir. 

Parahnya lagi, PSSI terkesan kurang rapih dalam koordinasi dengan klub. Hal ini tercermin dari pembatalan mendadak pada akhir September lalu, 

Sungguh menyedihkan ketika klub-klub telah mempersiapkan tim selama sebulan terakhir, namun kompetisi kembali diputuskan diundur hanya dalam hitungan tiga hari saja sebelum kick-off

Bagaimana diskusi yang dilakukan hingga sampai keputusan penting semacam itu diambil secara mendadak tiga hari sebelum kick-off. Jika di negara lain, mungkin klub telah memberikan tuntutan kepada federasi mereka. 

"Kami sudah menyiapkan semuanya di Jogja, termasuk panpel dan juga tiket penerbangan untuk 46 orang. Selain itu juga uang muka untuk hotel di Madura. Semua harus terbuang sia-sia," ujar manajer Borneo FC, Farid Abubakar, ketika kick off Liga 1 pada awal bulan ini dibatalkan H-3.

PSSI harus menyadari bahwa batalnya liga bergulir tahun ini berkonsekuensi besar terhadap nasib kompetisi ke depan. Mau tidak mau perubahan format harus dilakukan demi mengejar musim 2021 agar tak kembali tertunda. 

Indonesia juga masih punya jatah Piala AFC musim 2021. Siapa yang mewakilkan jika kompetisi 2020 digelar 2021? Indonesia juga masih harus menggelar Piala Dunia U-21.

Jika melihat ketidakmampuan federasi dan PT LIB dalam melanjutkan kompetisi tahun ini, maka cukup pesimistis rasanya persoalan yang menanti di tahun depan bisa teratasi dengan baik. 

PSSIPT Liga Indonesia Baru (PT LIB)Mochamad IriawanThai e-League ProLiga 1 2020

Berita Terkini