x

Rahasia Lille Menghapus Cap 'Liga Petani' di Ligue 1 Prancis Musim Ini

Senin, 17 Mei 2021 09:57 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya

INDOSPORT.COM – Untuk musim 2020/21 ini, Lille berhasil mengubah stigma Ligue 1 Prancis dari sematan ‘Liga Petani’ menjadi salah satu ajang paling mendebarkan dari lima liga top Eropa. Apa yang jadi resep sukses Les Dogues?

Penentuan gelar juara Ligue 1 Prancis 2020/21 harus ditentukan di pekan terakhir atau pekan ke-38 setelah Lille ditahan imbang Saint-Etienne dengan skor 0-0.

Lille yang kini duduk di puncak klasemen harus menerima jarak poinnya dengan peringkat kedua berkurang usai Paris Saint-Germain meraih kemenangan atas Reims dengan skor 4-0.

Baca Juga
Baca Juga

Dengan hasil di pekan ke-37, mau tak mau penentuan juara Ligue 1 Prancis musim 2020/21 harus ditentukan di pekan terakhir.

Lille yang akan menghadapi Angers, mau tak mau harus meraih kemenangan. Pun hal yang sama berlaku untuk Paris Saint-Germain yang akan menghadapi tim yang terancam degradasi yakni Brest.

Sengitnya penentuan gelar juara  tentu membuat sematan ‘Liga Petani’ patut dihapuskan dari Ligue 1 Prancis, setidaknya untuk musim ini.

Baca Juga
Baca Juga

Pasalnya, hegemoni Paris Saint-Germain diyakini akan berakhir mengingat Lille memiliki kans lebih besar untuk memenangi gelar Ligue 1 Prancis musim ini.

Tentu tak salah memberikan kredit ke Lille karena mampu merusak dominasi PSG yang telah menahun di Ligue 1 Prancis.

Lalu, apa yang jadi resep Lille sehingga mampu mendobrak hegemoni Paris Saint-Germain dan membuat Ligue 1 Prancis musim ini jauh dari sematan ‘Liga Petani’?


1. Kunci Kesuksesan Lille di Ligue 1 Prancis 2020-2021

Sven Botman, pemain asal klub Lille.

Bisa dikatakan, Lille menjadi salah satu tim paling mengejutkan di Eropa musim ini. Les Dogues mampu merajai klasemen Ligue 1 Prancis 2020/21 kendati kehilangan dua pemain vitalnya.

Sebagaimana diketahui, Lille melepas dua pemain kuncinya yakni Victor Osimhen dan Gabriel Magalhaes di musim panas lalu. Kepergian keduanya nyatanya tak menggembosi kekuatan anak asuh Christope Galtier.

Mahar besar yang Lille terima dari kedua pemain ini pun membuat mereka mendatangkan pemain lain yang tak kalah berkualitas pada sosok Sven Botman dan Jonathan David. Hebatnya, kedua nama terakhir ini didatangkan dengan harga murah.

Itu menjadi salah satu resep kesuksesan Lille musim ini yakni meregenerasi pemain bintang dengan melahirkan bintang anyar yang tak kalah menarik.

Selain regenerasi pemain, kunci Lille lainnya ada pada sosok BurakYilmaz, veteran yang didatangkan di musim panas secara cuma-cuma.

Dalam artikel INDOSPORT yang berjudul ‘Burak Yilmaz: Bomber Gaek Lille Penghancur Monopoli PSG di Ligue 1 Prancis’, telah dijabarkan betapa pentingnya peran veterana asal Turki tersebut.

Ia mampu menjadi ujung tombak dan penentu bagi Lille kendati saat didatangkan dirinya hanya didapuk sebagai deputi atau pembantu Jonathan David dan Timothy Weah.

Bahkan, Yilmaz mampu melampaui catatan gol Osimhen (13 gol) di Ligue 1 Prancis dengan 15 gol. Sebagai catatan, Osimhen dilepas oleh Lille ke Napoli dengan mahar 70 juta poundsterling.

Lalu, resep ketiga terletak pada otak sang pelatih, Christophe Galtier sendiri. Ia mampu mengubah permainan Lille lebih Compact dalam bertahan.

Dengan skema 4-4-2 andalannya, Galtier memainkan taktik seimbang dalam bertahan dan menyerang. Sebagai contoh dalam bertahan, Lille baru kebobolan 22 gol saja dari 37 laga yang telah dijalani.

Seperti kata Sir Alex Ferguson, untuk memenangkan gelar butuh pertahanan yang solid danGaltier mampu menerapkannya dengan baik sehingga Lille bisa menghapus hegemoni PSG musim ini.

Namun, Ligue 1 Prancis masih menyisakan satu laga terakhir. Lille boleh unggul. Tapi tak berarti satu tangan mereka telah menggenggam piala.

Untuk benar-benar mewujudkan Ligue 1 bukanlah ‘Liga  Petani’, Lille harus menang di partai terakhirnya saat bertandang ke markas Angers.

Paris Saint-GermainLilleLigue 1 PrancisIn Depth SportsLiga PrancisSepak BolaBurak Yilmaz

Berita Terkini