x

Mengenal Rahadewi Neta, Wasit Pertama Indonesia di Ajang Olahraga Terbesar Dunia

Sabtu, 23 Juli 2016 10:50 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Rizky Pratama Putra

Wasit menjadi sosok sentral yang wajib ada dalam pertandingan olahraga karena tugasnya sebagai pengadil. Tak banyak sosok wanita memilih profesi ini, oleh sebab itu dunia perwasitan hingga kini masih didominasi oleh pria.

Meski jumlah wasit wanita masih bisa dihitung dengan jari, namun hal tersebut sama sekali tak menghalangi langkah Rahadewi Neta. Neta, panggilan akrabnya, merupakan sosok wasit taekwondo wanita internasional pertama asal Tanah Air yang dipercaya untuk memimpin pertandingan di Olimpiade 2016.

Jauh dari sorotan, Neta nyatanya telah merintis kariernya sebagai seorang wasit internasional sejak beberapa tahun silam. Meskipun harus menghadapi banyak batu sandungan karena urusan gender dan tak adanya dukungan dari pemerintah Indonesia, Neta tak menyerah.

Perlakuan berbeda harus diterima Neta jika dibandingkan dengan atlet yang sukses mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Bahkan pemerintah sama sekali tak menyadari eksistensinya hingga ia dipercaya untuk menjadi wasit Olimpiade 2016.

Berikut profil Rahdewi Neta, wasit wanita pertama asal Indonesia di ajang Olimpiade 2016 yang coba dirangkum INDOSPORT;


1. Mengawali Karier Sebagai Atlet

Rahadewi Neta mengawali kariernya sebagai seorang atlet takewondo sejak tahun 1993 silam. Berbagai presasi dan medali dipersembahkan perempuan kelahiran Surabaya itu sebagai atlet, baik di kancah nasional maupun internasional.

Prestasi terbaiknya ialah sebagai atlet cadangan di ajang Olimpiade Sydney 2000 mendamping atlet senior, meskipun saat itu usianya masih sangat muda. Ketertarikan untuk menggeluti dunia perwasitan mendorong Neta untuk mengambil lisensi sebagai wasit pada 2008.

“Saya mengawali karier saya sebagai seorang atlet taekwondo lalu sebelum jadi wasit nasional saya merintisnya sebagai wasit daerah. Namun, saat itu juga saya masih aktif sebagai atlet yang belaga di ajang PON, saya sudah ambil lisensi sebagai wasit nasional di Bali pada 2008,” ujar Neta kepada INDOSPORT.


2. Diremehkan Saat Menjajaki Karier Internasional

Neta memutuskan untuk tak lagi turun sebagai atlet dan fokus berkarier sebagai wasit sejak 2008. Setelah mengambil lisensi sebagai wasit nasional, ia aktif memimpin pertandingan taekwond.

Aksi pertamanya dimulai dengan memimpin laga-laga kelas junior. Selang setahun kemudian, perempuan kelahiran 23 Mei 1984 silam tersebut memutuskan untuk mengambi lisensi sebagai wasit internasional.

Namun niatannya sempat mendapat halangan dari berbagai pihak. Neta dianggap belum memiliki jam terbang memadai di kancah nasional.

Neta pun dinilai belum pantas untuk mengambil lisensi sebagai pengadil internasional. Meski demikian, Neta kokoh melangkah karena banyak pula yang mendukung keinginannya untuk menjadi wasit taekwondo dunia.


3. Berhasil Meraih Wasit Termuda

Pada 2012 silam Rahadewi Neta didapuk sebagai wasit Kejuaraan Dunia Poomsae Taekwondo di Kolombia. Neta yang bergabung dalam Universal Taekwondo Indonesia (UTI) Profesional, menjadi wasit termuda di antara 38 wasit lainnya karena saat itu usianya baru menginjak 29 tahun.

Pemegang seritfikasi wasit iternasional itu mengaku bangga karena diirnya mampu berdiri sejajar dengan wasit-wasit berpengalaman lainnya. Seleksi ketat yang harus dilaluinya untuk menjaadi wasit internasional terbayar lunas saat itu.

“Saya awalnya mengalami banyak kendala, seperti tidak fasih berbahasa Inggris namun dengan pengalaman memegang pertandingan internasional kemampuan tu terasah dengan sendirinya,” ujar Neta.

“Namun dari organisasi saya didukung Waketum Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) saat itu mendukung dengan syarat-syarat. Terlebih saya wasit pertama wanita taekwondo di Indonesia yang jadi wasit internasional. Masih ada diskriminasi wanita dan pria,” tambahnya.


4. Pencapaian Puncak Sebagai Wasit

Tahun berganti, Neta aktif memmipin pertandingan-pertandingan internasional pada usia relatif muda. Hingga akhirnya pada 2016, ia ditunjuk untuk menjadi salah satu wasit di ajang Olimpiade 2016.

Ia pun menjadi wasit wanita pertama asal Indonesia yang terlibat sebagai pengadil di event olahraga terbesar di dunia tersebut. Hasil ini juga menunjukan jika kemampuannya sebagai wasit internasional tak perlu diragukan.

“Saya jadi atlet sejak 1993, banyak atlet yang hanya tahu soal tanding. Banyak dari mereka yang belum tahu aturan dan seringkali kena potongan skor dan lain-lain, tapi protes mereka juga tidak bisa. Itu yang menjadi dasar saya untuk menjadi wasit karena saya bisa memutuskan dengan adil karena pengalaman saya juga sebagai atlet,” ujar Neta.


5. Tak Dapat Perhatian Pemerintah

Sama seperti atlet yang harus melalui jalan berliku untuk lolos ke event internasional seperti Olimpiade, tampil sebagai wasit internasional juga butuh perjuangan yang sama. Neta pun membandingkan perhatian pemerintah pada atlet dan wasit yang berebeda 180 derajat.

“Bukan kurang perhatiannya, tapi memang tidak ada sama sekali tidak ada satu rupiah pun dukungan untuk wasit. Saat saya masih menjadi atlet cadangan di ajang Olimpiade Sydney 2000 silam ada perhatian pemerintah, padahal saat itu status saya masih atlet junior,” ujar Neta.

Sebagai wasit yang malang melintang mengikuti berbagai ajang internasional Neta menginginkan agar ia dapat menggunakan ilmunya itu untuk kemajuan olahraga taekwondo di Indonesia.

OlimpiadePBTIOlimpiade 2016WasitOlimpiade Rio de JaneiroIn Depth SportsRahadewi Neta

Berita Terkini