x

Ellyas Pical, dari Pencari Kerang hingga Juara Dunia

Jumat, 24 Maret 2017 18:25 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung

Dewasa ini, bila disebut siapa sosok petinju yang paling terkemuka dari Indonesia, kebanyakan dari kita mungkin hanya mengetahui nama Chris John dan Daud Yordan.

Tidak heran memang mengingat kedua petinju itu selama beberapa tahun ke belakang berhasil mengharumkan nama Indonesia di berbagai kejuaraan tinju internasional, serta juga berhasil meraih berbagai sabuk juara.

Chris John contohnya. Petinju berjuluk The Dragon itu tercatat sebagai petinju kedua dunia yang berhasil mempertahankan sabuk juaranya, setelah petinju Amerika Serikat, John Patrick Kilbane.

Sejak meraih sabuk juara WBA (Super) featherweight pada 2004 silam, Chris John selalu berhasil mempertahankannya hingga 2013 yang berarti hampir satu dekade lamanya.

Namun, tahukan Anda sebelum dunia tinju internasional mengenal nama Chris John dan Daud Yordan, terdapat satu sosok petinju Indonesia yang lebih dulu menorehkan tinta emas di dunia tinju internasional.

Sosok itu bernama Ellyas Pical. Pria yang saat ini sudah berusia 57 tahun itu akan selalu dikenang sebagai petinju Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar juara dunia.

Kini, tepat di hari ulang tahunnya yang jatuh pada 24 Maret, INDOSPORT coba sajikan sebuah tulisan mengenai perjalanan sang legenda dari masa kecil hingga hari tuanya yang penuh dengan kesederhanaan.


1. Berjuang untuk Hidup Sejak Kanak-kanak

Ellyas Pical sempat berprofesi sebagai pencari kerang ketika masih kecil.

Meskipun dikenal sebagai sosok legendaris dunia tinju Indonesia dan dunia, nyatanya Ellyas Pical bukanlah keturunan petinju dan ia bahkan belum mengetahui bakatnya tersebut sebelum menginjak usia 13 tahun.

Pical lahir di daerah Ullath, Saparua, Maluku Tengah pada 24 Maret 1960, sebuah daerah terpencil saat itu. Lahir dan besar di wilayah terpencil membuat Pical sudah harus menghadapi kenyataan hidup yang keras sejak kecil.

Kondisi keuangan kedua orang tuanya yang tidak berkecukupan membuat Pical harus putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena tidak sanggup lagi membayar biaya. Hal itu pun membuat dirinya mau tidak mau harus bekerja keras sejak kecil.

Untuk menyambung hidupnya dan keluarganya, Pical bekerja sebagai pencari kerang untuk diambil mutiaranya. Akibat pekerjaannya tersebut, Pical sejak kecil sudah memiliki gangguan pendengaran karena seringnya ia mencari kerang hingga dasar laut. Namun, hal itu juga yang membuat Pical memiliki tubuh dan stamina yang kuat.

Ketertarikan Pical kecil pada dunia tinju bermula ketika sering menyaksikan pertandingan tinju yang disiarkan Televisi Nasional Republik Indonesia (TVRI). Saat itu nama Muhammad Ali tengah tenar-tenarnya dan membuat setiap pertandingannya selalu disiarkan televisi.

Sejak saat itu, Pical pun mulai menumbuhkan rasa cintanya pada olahraga tinju. Sayangnya, kala itu Pical mendapat halangan besar dari kedua orang tuanya, yang menganggap olahraga tinju terlalu berbahaya.

Namun, karena pada dasarnya sudah mencintai olahraga tinju, Pical tetap giat berlatih tinju, meski secara diam-diam. Hingga pada akhirnya kemampuan tinju Pical menarik perhatian seorang pencari bakat bernama Teddy van Room yang kemudian memasukkan Pical ke Sasana Garuda Pattimura pada 1980 saat usianya baru 20 tahun. Di sasana inilah perjalanan karier tinju Pical dimulai.


2. Jalan Menjadi Juara Dunia

Ellyas Pical menjadi petinju Indonesia pertama yang meraih gelar juara dunia.

Memiliki postur tubuh setinggi 163 cm dan berat 52 kg ditambah kemampuan fisiknya yang kuat akibat sudah sering menyelam sejak kecil membuat Pical tumbuh berkembang menjadi petinju hebat di masa mudanya.

Dalam waktu singkat, sejak direkrut Teddy van Room di Sasana Garuda Pattimura, Pical sudah bisa mempersembahkan gelar juara saat mengikuti Piala Presiden, sebuah kejuaraan tinju kelas amatir yang diprakarsai oleh Presiden Soeharto. Dalam dua edisi Piala Presiden, yakni 1980 dan 1981, Pical berhasil keluar sebagai pemenang.

Talentanya itu pun membuat Pical terpilih menjadi salah satu kontingen tinju Indonesia di ajang SEA Games 1981 yang berlangsung di Manila, Filipina. Meski tidak berhasil membawa pulang medali emas, Pical tetap mampu mempersembahkan medali perunggu.

Setelah tampil di SEA Games 1981, Pical memutuskan untuk terjun ke dunia profesional. Alasannya cukup sederhana, karena ia menilai bila terus berada di level amatir, ia tidak akan memiliki keuntungan finansial.

Memutuskan tampil di level profesional, Pical langsung dihadapkan dengan petinju terbauk asal Korea Selatan, Hee Yun-chun. Berlaga jauh di Stadion Mun Hua, Korea Selatan, Pical secara mengejutkan berhasil keluar sebagai pemenang dan berhak atas gelar juara OPBF (Oriental and Pacific Boxing Federation).

3 Mei 1985 menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi Pical dalam kariernya sebagai petinju. Pasalnya, saat itu ia berhasil menjadi petinju pertama Indonesia yang berhasil meraih gelar juara dunia.

Bertempat di Istora Senayan, Jakarta sebuah pukulan pendek keras ke arah rahang petinju Korea Selatan, Chun Ju-do berhasil membuat Pical keluar sebagai pemenang dan berhak menyandang gelar juara dunia kelas super terbang versi IBF (International Boxing Federation).

Gelar juara ini pun bertahan di pinggang Pical hingga 1985, sebelum dikalahkan direbut oleh petinju Republik Dominika, Cesar Polanco saat menggelar pertarungan di PI Arena Coliseum.

Namun, pada 5 Juli 1986, gelar itu kembali direbut oleh Pical setelah menundukkan Polanco dalam laga ulang yang digelar di Jakarta. Pada pertandingan itu, Pical hanya butuh tiga ronde saja untuk menumbangkan Polanco.


3. Sengsara di Masa Tua

Imam Nahrawi menjenguk Ellyas Pical di RS Harapan Kita, Jakarta.

Pada 1989, Pical membuat keputusan mengejutkan setelah memutuskan untuk pensiun dari dunia tinju saat usianya masih 29 tahun. Keputusan itu diambil Pical menyusul kekalahannya dari Juan Polo Perez pada 4 Oktober 1989.

Keputusannya untuk pensiun itu pun pada akhirnya membuat Pical harus sengsara di masa depan. Pasalnya, Pical yang hanya memiliki ijazah lulusan SD membuatnya mengalami kesulitan mencari pekerjaan.

Hal itu pun diperparah dengan kondisi dirinya yang harus menghidupi istri, Rina Siahaya dan dua orang anaknya, Lorinly dan Matthew Pical. Untuk itu, Pical pun akhirnya memutuskan untuk bekerja di sebuah tempat hiburan malam sebagai petugas keamanan.

Namun, siapa yang sangka pekerjaan itu menjadi petaka bagi Pical. Pada 13 Juli 2005, Pical diciduk oleh pihak kepolisian setelah terlibat transaksi narkoba. Akibat hal itu, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis Pical dengan hukuman tujuh bulan penjara.

Selepas keluar dari penjara, Pical pun melakoni sejumlah pekerjaan lain di antaranya menjadi office boy di kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Pical sempat menjabat sebagai asisten Agum Gumelar saat menjabat sebagai ketua KONI Pusat.

Saat ini, Pical sendiri tengah menjalani proses perawatan di rumahnya di kawasan Perumahan Duta Bintaro, Tangerang, Banten setelah sebelumnya sempat dilarikan ke rumah sakit akibat terkena serangan jantung.

Ellyas Pical

Berita Terkini