Kisah Menpora yang Mendapat Teror dari Kaum Komunis Jelang Asian Games

Jumat, 9 September 2016 12:36 WIB
Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:

Sepanjang sejarahnya, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah memiliki 12 menteri. Dari 12 menteri, mungkin hanya Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) ketiga yang merasakan hal tidak mengenakkan, mendapat teror dari kaum komunis. 

Menpora ketiga dijabat oleh Maladi. Maladi menjabat sebagai Menpora dari 27 Agustus 1964 hingga 27 Maret 1966. Maladi mendapat teror dari kaum komunis berawal dari kasus yang dikenal dengan nama 'Peristiwa Sondhi'. 


Menpora ketiga, Maladi.

Di kutip dari buku Dari Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno, Peristiwa Sondhi merebak setelah Wakil Presiden Dewan Federasi Asian Games, G.D Sondhi yang juga wakil dari India memprotes tidak diundangnya kontingen atlet dari Israel dan Taiwan di Asian Games IV. 

Namun sesungguhnya, Maladi sebagai Menpora sudah mengirimkan surat undangan resmi ke dua negara tersebut. Bahkan, wakil Taiwan sempat datang ke Jakarta untuk melihat detail persiapan Jakarta sebagai tuan rumah. 

Sayang, ada campur tangan politik yang pada akhirnya membuat kontingen dua negara ini tidak hadir. Pihak imigrasi Indonesia disebut tidak memberi izin masuk ke atlet Israel dan Taiwan. 

Pihak imigrasi melakukan hal itu karena mendapat perintah dari Menteri Luar Negeri, Soebandrio. Soebandrio melakukan hal tersebut tak lepas karena kebijakan politik luar negeri Indonesia saat itu, One China Policy

Saat itu, politk Indonesia memang tengah 'merapat' dengan China , hal ini dikenal dengan poros Jakarta-Peking. Sejumlah menteri era Sukarno kala itu juga memiliki sikap afiliasi politik yang condong ke paham komunis, Soebandrio salah satunya. 

Sukarno pun harus menggelar pertemuan dengan Maladi, Soebandrio, dan menteri lainnya terkait hal ini. Sayang dalam pertemuan tersebut, Maladi merasa tidak mendapat dukungan penuh dari sejawatnya, 


Suasana pembukaan Asian Games IV 1962 yang berlangsung di Jakarta.

"Saya akan rela menyerahkan penyelenggaraan Asian Games kepada mereka yang merasa lebih mampu. Dengan syarat, jika seandainya kemudian terjadi kegagalan, jangan melempar kegagalan tersebut kepada bekas Menteri Olahraga," kata Maladi usai Soebandrio mengatakan bahwa Taiwan tidak bisa datang ke Asian Games IV. 

Untung bagi Maladi, Sukarno saat itu lebih berpihak padanya. Sukarno pun mengatakan bahwa Maladi tetap memimpin persiapan penyelenggaraan Asian Games IV. 

"Pokoknya Asian Games harus sukses, Ever Onward, Maju Terus," kata Sukarno saat itu. 

Namun pertemuan tersebut tidak langsung jadi solusi untuk kasus Sondhi. Sondhi sendiri dengan gigih terus mempertanyakan soal kontingen Taiwan dan Israel. Akibatnya, ia mendapat teror dari kelompok pendukung Soebandrio, pun dengan Maladi. 

Di buku Dari Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno, Sondhi bahkan harus meninggalkan Indonesia dengan cara diam-diam. Ada peran Maladi yang membuat Sondhi bisa kembali ke negaranya dengan aman. Hal ini dilakukan karena ancaman untuk Sondhi dari kaum komunis semakin marak. 

Lantas bagaimana nasib Maladi? 

Dari peristiwa Sondhi dan usai perhelatan Asian Games IV 1962, muncul kebijakan baru di bidang olahraga. Kebijakan tersebut digariskan langsung oleh Sukarno. 


Suasana penyelenggaraan Games of The New Emerging Forces (Ganefo).

"Kita harus berani mengadakan suatu gagasan, sebuah Asian Games model baru, yang benar-benar mencerminkan semangat Bandung (Konfrensi Asia Afrika Bandung)," kata Sukarno usai mendapat penjalasan dari Maladi dan Soebandrio terkait kasus tersebut. 

Setelah itu, fakta sejarah menunjukkan Indonesia kemudian jadi penggagas Games of The New Emerging Forces (Ganefo), event olahraga antar negara-negara berkembang yang berlangsung pada 10-22 November 1963 dan diikuti oleh 2700 atlet dari 51 negara. 

106