Asian Games 2018

Rencana Pembukaan Asian Games 2018 di Indonesia, Bakal Undang Artis Luar Negeri?

Selasa, 28 Maret 2017 16:11 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Arum Kusuma Dewi
 Copyright:

Asian Games 2018 akan berlangsung di Indonesia, tepatnya di dua kota besar di Indonesia, yakni Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus hingga 2 September. Meski akan berlangsung meriah, Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, telah mewanti-wanti agar penyelenggaraan Asian Games di Indonesia tak dilakukan dengan cara berlebihan dan terlalu mewah.

Hal tersebut diamini oleh Wakil Presiden II Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC), yakni Gatot Dewa S Broto. Gatot menekankan efisiensi anggaran untuk event pembukaan dan penutupan Asian Games 2018. Khusus untuk upacara pembukaan Asian Games, Gatot pun tak ingin INASGOC memaksakan untuk menghadirkan artis atau entertainer luar negeri untuk memeriahkan seremonial.

"Untuk pembukaan, kalau pakai artis asing dan lokal itu beda. Wapres minta jangan dipaksakan pakai artis luar negeri, misal campuran artis Korea dan India. Tapi tetap Pak Jusuf Kalla minta agar tidak jor-joran," ujar Gatot.

Selain masalah anggaran, upacara pembukaan Asian Games disarankan tak terlalu berlebihan mengingat kondisi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang sudah tak muda lagi. Meski masih megah setelah renovasi, namun kapasitas stadion yang dibangun pada 1962 tersebut tetap terbatas.

"Tentang beban stadion utama Senayan, itu berat untuk lampu penerangan yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan OCA adalah 50 ton. Termasuk kalau ada atraksi orang yang melayang dengan kabel besi. Sementara dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) mengatakan maksimal beban SUGBK hanya 30 ton, karena stadion itu bangunan tahun 1962. Pak JK bilang jangan dipaksakan, tanpa mengurangi kemeriahan," tambahnya.

Selain untuk seremoni pembukaan, infrastruktur terkait internet dan teknologi untuk Asian Games 2018 juga menjadi perhatian utama. INASGOC kini makin aktif menjalin pembicaraan dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) untuk dukungan teknologi di ajang empat tahunan tersebut.

"Kalau sisi IT sudah banyak pengurangan tapi diminta ada koordinasi lebih lanjut dengan Kominfo. Tim Kominfo sudah banyak datang ke ruang saya dan banyak pengurangan-pengurangan dan itu masih akan berlanjut. Dari Kominfo mengatakan akan lebih banyak menggunakan internet. Itu real time, dan akan mengurangi cost broadcasting (biaya siaran). Tapi itu perlu pembahasan lebih lanjut, cost broadcast mahal karena misalnya ada kamera bawah air, alat itu tidak ada di Indonesia, lalu kamera yang menempel di sepeda, menempel di anak panah, dsb," tutup Gatot.