Ini Alasan Bakat Muda di Indonesia "Kurang" Berkembang?

Senin, 13 Maret 2017 22:05 WIB
Penulis: Devi Novitasari | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Devi Novitasari/INDOSPORT
SSB Garuda Muda Soccer Academy jalani latihan di Stadion Perigi Lama. Copyright: © Devi Novitasari/INDOSPORT
SSB Garuda Muda Soccer Academy jalani latihan di Stadion Perigi Lama.

Banyak pemain muda Indonesia terus bermunculan di kancah persepakbolaan Indonesia. Namun dari sekian banyak anak muda tersebut, hanya beberapa di antaranya yang bisa berkembang dan menunjukkan tajinya di kompetisi Tanah Air. Lantas apa yang menjadi kendala dan harus dibenahi?

Tak dipungkiri sepakbola adalah olahraga paling populer di muka bumi ini. Tak jarang para orang tua menginginkan dan berharap anak-anaknya kelak menjadi pesepakbola terkenal. Mereka pun berinisiatif mendaftarkan buah hatinya di berbagai sekolah sepakbola (SSB).

Pasalnya sepakbola tidak hanya menawarkan prestasi, tetapi juga jaminan masa depan karena di masa sekarang sepakbola sudah berkembang menjadi sebuah industri. Akan tetapi, sebelum ratusan bahkan ribuan anak muda tersebut menjelma menjadi bintang, ada beberapa hal yang memengaruhi perkembangan mereka.

Garuda Muda Soccer Academy.

Faktor keuangan adalah salah satu masalah yang cukup pelik dan seolah menjadi batu sandungan utama. Hal itu terjadi ketika pemain muda tersebut mulai menginjak kelompok umur di atas 13 tahun.

“Sebenarnya keseluruhan untuk operasional kita masih mampu. Tetapi ada kendala (keuangan) dalam mengelola dan menyelenggarakan sekolah sepakbola ini, khususnya ketika di kelompok umur 13 tahun,” ujar Makmum Achmad selaku ketua Garuda Muda Soccer Academy (GMSA), salah satu SSB di Tanah Air.

“Usia di bawah 10 tahun kita masih menjalani karena orang tuanya masih peduli untuk pengembangannya. Tetapi ketika usianya sudah 13 tahun ke atas, murid kita mulai berkurang (biasanya karena mereka mulai sibuk di sekolah) dan orang tua sudah mulai jarang memperhatikan,” sambungnya lebih jauh.

Suasana latihan di Garuda Muda Soccer Academy.

Untuk menangani masalah keuangan untuk kelompok umur di atas 13, Makmum mencontohkan bahwa SSB GMSA mengandalkan subsidi dari kelompok umur di bawah 13 tahun.

“Karena hal inilah (masalah keuangan) untuk kelompok usia di atas 13 tahun seperti itu di SSB lebih banyak subsidi silang (diambil dari kelompok di bawah U-13),” terang ketua SSB GMSA tersebut.

Lebih jauh, Makmum juga membeberkan mengenai program di SSB GMSA. Ia menjelaskan bahwa di sekolah sepakbola yang dipimpinnya tersebut ada tiga kategori umum yang diberlakukan beserta program latihannya.

“Di sini di GMSA terdiri dari kelompok umur 8-16 tahun. Kalau 10 tahun ke bawah latihannya satu perempat lapangan, 10-13 tahun pakai  setengah lapangan dan 13 ke atas penggunaan lapangan full,” tutur Makmum.

Bakat muda yang tergabung dalam GMSA.

Sedangkan mengenai standar kepelatihan, ketua SSB GMSA tersebut menyatakan bahwa mereka mengacu dari Asosiasi Sekolah Sepakbola Indonesia (ASSBI).

“Soal standar pendidikan sekolah sepakbola di kita ada Asosiasi Sekolah Sepakbola Indonesia, dan kita salah satu anggota dari ASSBI itu,” tutupnya.

Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia (ASSBI) sendiri pernah menggelar Liga U-16 bersama Legenda Football Academy pada 2015. Saat itu, akademi diikuti oleh puluhan kesebelasan dari seluruh Tanah Air dan kesebelasan Kabo Bogor berhasil keluar sebagai peringkat pertama.

534