Di era Liga Indonesia, publik sepakbola tanah air tentu akrab dengan nama Purwanto. Ya, wasit yang memegang lisensi FIFA dengan jam terbang tinggi itu dikenal kalem dalam karakter, namun tegas dalam setiap keputusannya di atas lapangan hijau.
Pertandingan sarat gengsi pun tak jarang ia pimpin dan berjalan lancar. Final Liga Indonesia 2002 antara Persita Tangerang versus Petro Kimia Putra Gresik, maupun Persija Jakarta lawan Persipura Jayapura di tahun 2005 berjalan mulus, nyaris tanpa cacat.
Atas rentetan prestasi itu, Purwanto pun beberapa kali menyabet penghargaan sebagai wasit terbaik di era Ligina. Tiga gelar bergengsi berhasil ia raih, di antaranya Wasit Terbaik PSSI tahun 2002, serta dua gelar serupa versi ANTV (2003) dan Jawa Pos (2007).
Setelah malang melintang di dunia korps baju hitam, Purwanto pun gantung peluit memasuki era Indonesia Super League musim 2008/2009 silam. Lalu, apa kegiatan dan kesibukan wasit asli kelahiran Kediri tahun 1963 silam itu?
"Kalau dulu sering lari-lari di lapangan (saat menjadi wasit), saya sekarang anteng (bahasa Jawa dari tenang) di sini (sebagai anggota pengelola Stadion Brawijaya Kediri)," ujar Pak Pur, yang kalem diiringi senyum khasnya.
Kesibukan mengurus markas tim Persik Kediri itu tak lepas dari statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Kediri sejak tahun 2002 lalu.
Ketika INDOSPORT berkunjung meliput ke Stadion Brawijaya, Pak Pur begitu konsisten dengan keramahannya dengan menyediakan makanan dan minuman di ruang kerjanya tepat di pintu masuk VIP Stadion Brawijaya.
"Sini Mas santai dulu. Makan atau bikin kopi sendiri sana. Sebelum dan sesudah liputan, biasanya teman wartawan, Panpel maupun kepolisian kumpul bareng di sini," bilang figur yang pernah menjabat sebagai Ketua Komite Wasit Pengda PSSI Jawa Timur di tahun 2006 sampai 2010 lalu itu.