x

Mengenang Skuat ‘Edan’ Arema FC Kala Menjuarai ISL 2009/10, Siapa Tersisa?

Senin, 4 Februari 2019 06:57 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo

INDOSPORT.COM – Klub sepak bola Indonesia, Arema FC pernah meraih titel juara tertinggi sepak bola Indonesia pada era Indonesia Super League (ISL) 2009/10. Kenangan itu tentu masih terngiang dalam benak Aremania.

Kala itu, skuat Singo Edan dilatih oleh menir asal Belanda, Robert Rene Alberts. Nama Arema Malang berganti menjadi Arema Indonesia.

Arema ditinggal PT Bentoel sebagai sponsor setia mereka sejak 2003. Disebut bakal terkatung-katung karena kesulitan dana, Arema tetap bertahan meski menjadi tim terakhir yang terbentuk jelang bergulirnya liga.

Baca Juga

Rene Alberts meracik tim dengan mengombinasikan darah muda dan penggawa senior berpengalaman. Di sana ada kiper nomor wahid Markus Horison, gelandang brilian Ahmad Bustomi, dan bek sayap yang tengah naik daun saat itu, Zulkifli Syukur.

Selain itu, ada duo Singapura yang melegenda, yakni Noh Alam Shah dan Muhammad Ridhuan. Siapa yang tidak mengenal keduanya ketika memperkuat Arema?

Baca Juga

Kehadiran dua pemain asal negeri tetangga itu dilengkapi oleh bek asing yang pernah tampil di Piala Dunia, Pierre Njanka, dan playmaker gaek asal Uruguay, Esteban Guillen.

Seperti apa skuat ‘edan’ Arema Indonesia ketika menjuarai ISL 2009/10? Seberapa hebat tim itu sampai bisa menjadi satu-satunya tim yang mengalahkan Persiwa Wamena di Stadion Pendidikan?


1. Awal Mula Kurnia Meiga

Kurnia Meiga

Arema kala itu memang diberkahi skuat yang mumpuni. Dari sektor penjaga gawang, ada sosok Markus Horison yang saat itu merupakan kiper nomor satu Tanah Air.

Namun demikian, keberadaan Markus hanya bertahan selama setengah musim. Ia memilih hengkang ke Persib Bandung karena memiliki permasalahan internal dengan manajemen.

Alhasil, sosok Kurnia Meiga Hermansyah naik kelas menjadi kiper utama padahal masih ada Aji Saka yang lebih senior ketimbang adik (alm) Ahmad Kurniawan tersebut.

Baca Juga

Tidak ada yang mengenal Kurnia Meiga sebelumnya. Akan tetapi, ia membuktikan diri sebagai calon penjaga gawang terbaik yang pernah dimiliki oleh negeri ini.

Di usia 19 tahun, Kurnia Meiga tampil 24 kali dan berhasil menjaga gawang Arema hanya kebobolan 22 gol atau paling sedikit di antara tim ISL lainnya pada musim itu.

Kurnia Meiga akhirnya didapuk sebagai Pemain Terbaik ISL 2009/10. Sebuah pencapaian yang ‘gila’ sebab seorang penjaga gawang bisa menjadi pemain nomor satu di liga!


2. Dari Bawah ke Tengah

Laga Persija vs Arema di kompetisi ISL musim 2009/10. Laga ini dimenangkan oleh tim tamu dengan skor telak 5-1.

Di barisan pertahanan, Arema punya sosok pemimpin dalam diri Pierra Njanka. Tidak hanya berperan sebagai kapten, ia juga menjadi panutan bagi Purwaka Yudhi yang masih junior.

Dua bek sayap Arema dihuni fullback yang tengah berada di usia matang, yakni Zulkifli Syukur dan Beny Wahyudi. Di bangku cadangan, ada Johan A. Farizi yang bisa dibilang masih berstatus wonderkid.

Sisi sayap menjadi kunci keberhasilan Singo Edan meraih juara. Sektor ini berkontribusi besar dalam menyuplai umpan dan merusak konsentrasi lawan.

Baca Juga

Di sisi kanan, ada duet Zulkifli dan Muhammad Fakhrudin. Zulkifli lebih rajin membantu serangan ketimbang Beny sehingga ia sangat diandalkan dalam mengirim umpan-umpan silang.

Di sebelah kiri, Beny melapisi Muhammad Ridhuan yang terkenal cepat dan tangkas dalam mengobrak-abrik pertahanan lawan.

Jangan pula melupakan sosok M. Fakhrudin yang khas dengan selebrasi goyang ngebornya. Pemain gundul ini selalu mencetak gol penting bahkan 6 dari 8 golnya bersarang di gawang tim sekelas Persija Jakarta, Persipura Jayapura, PSM Makassar, dan Sriwijaya FC.


3. Duet Maut Singo Edan

Laga Persija vs Arema di kompetisi ISL musim 2009/10. Laga ini dimenangkan oleh tim tamu dengan skor telak 5-1.

Lini serang Arema kala itu dipimpin oleh Ahmad Bustomi. Ia benar-benar menjadi jenderal dan otak serangan pasukan Rene Alberts.

Bustomi dibantu Esteban Guillen yang berperan sebagai gelandang melankolis. Ia lebih banyak turun sebagai pemain pengganti dan memberikan kesempatan kepada Juan Revi sebagai perusak irama permainan lawan.

Posisi striker Arema sudah pasti dihuni Noh Alam Shah dan Roman Chmelo. Dua pemain ini begitu menakutkan bagi pertahanan lawan. Tidak lupa, ada Dendi Santoso yang juga masih berstatus anak bawang di Arema kala itu.

Baca Juga

Duet Alam Shah dan Chmelo menyumbang 27 dari 57 gol Arema musim itu. Noh Alam Shah menjelma sebagai top skor Arema dengan raihan 14 gol.

Masa kejayaan Arema pada musim 2009/10 memang begitu luar biasa. Setelah meraih juara ISL 2009/10, Arema hampir sulit untuk memiliki skuat segila itu lagi.

Skuat winning team Arema kini hanya menyisakan Dendi Santoso, Johan A. Farizi, dan Sunarto. Ketiganya masih bertahan untuk kembali mengais rasa meraih juara untuk tim kebangaan tercinta.

Ikuti Terus Berita Sepak Bola Liga Indonesia dan Olahraga Lainnya di INDOSPORT.COM

Ahmad BustomiKurnia MeigaZulkifli SyukurPurwaka YudhiIndonesia Super League (ISL)Liga IndonesiaArema FCNoh Alam ShahMuhammad Ridhuan

Berita Terkini