x

Komitmen DBL dalam Perkembangan Basket di Indonesia

Minggu, 14 Oktober 2018 18:30 WIB
Editor: Yohanes Ishak
Logo DBL.

INDOSPORT.COM - Sebagai satu-satunya penyelenggara liga basket pelajar terbesar di Indonesia, Development Basketball League (DBL) ternyata tidak punya ambisi yang muluk-muluk dalam menyemai bakat pebasket Tanah Air.

Menurut pihak DBL sendiri, kompetisi yang awalnya berbasis di Surabaya dan telah berumur satu dekade lebih ini (mulai pada 2004), tidak hanya menargetkan setiap alumninya untuk meneruskan karier sebagai pebasket.

Dengan kata lain, DBL justru lebih menekankan pada terbukanya partisipasi seluas mungkin bagi anak-anak di usia sekolah yang ingin mengasah minat-bakatnya pada olahraga basket melalui kompetisi.

"Sebenarnya memperbanyak partisipasi dan itu tentunya akan mendorong prestasi. Bukan hanya di Jakarta, sebetulnya di Jawa Barat juga kita memperluas penyelenggaraan,” ujar Roky Maghbal,  Senior Manager Communication DBL Indonesia kepada INDOSPORT. 

Baca Juga

“Jawa Barat dan Jakarta ini bisa dibilang sebagai percontohan ketika kita coba melakukan ekspansi untuk memperbanyak partisipasi," tambahnya pada penyelenggaraan Honda-DBL 2018 episode Jakarta Selatan yang berlangsung di GOR Bulungan, Sabtu (13/10/18) kemarin..

"Nantinya dengan lebih banyak partisipasi tentu muncul potensi-potensi berbakat yang akan disaring di Honda DBL Camp di Surabaya. Nah, di situlah proses berkumpulnya anak-anak dari Aceh hingga Papua yang punya potensi untuk lebih memunculkan lagi potensi mereka," lanjutnya.

DBL sendiri sudah melahirkan banyak bintang basket Tanah Air berbakat, sebut saja yang paling dekat dalam beberapa tahun terakhir ini seperti Kevin Yonas Sitorus, Rizal Falconi, dan masih banyak lagi.

Baca Juga

1. DBL Utamakan Akademik

Salah satu metode pelatihan yang dicanangkan di DBL Indonesia. (Foto: DBL Indonesia.com)

Selain itu, turut dikemukakan alasan lebih jauh mengapa DBL tidak berharap lebih agar para alumninya bisa menjadi pebasket profesional di masa depan, meski faktanya banyak jebolan DBL yang telah mengisi IBL dan timnas basket Indonesia.

"Kami sejak awal menerapkan (konsep) student athlete, dan sekarang kita pertegas jadi full time student full spirit athlete. Dalam artian apa? Bagaimanapun karena mereka ini ada di usia sekolah, akademik harus jadi prioritas,"

"Kita tidak berambisi dari DBL ini harus jadi atlet, itu engga. Tapi mereka yang secara akademik baik dan punya prestasi di olahraga silakan mengembangkan kariernya nanti menjadi atlet profesional bahkan pemain timnas, itu seleksi alam sih,"

Baca Juga

2. Tetap Bangga Ada yang Melaju ke Jenjang Profesional

Kevin Yonas Sitorus, pebasket milik Satria Muda Pertamina Jakarta.

Namun demikian, Roky mengatakan pihaknya tentu berbangga atas pencapaian DBL dalam melahirkan sejumlah nama seperti Kevin Yonas Sitorus (Satria Muda) dan Rizal Falconi yang membuktikan bahwa konsep student athlete yang diusungnya dapat berbuah baik.

"Yang membanggakan kami adalah banyak dari mereka yang sekarang meneruskan karier atletnya. Mungkin di SM (Satria Muda) ada Kevin Yonas sekarang Rizal Falconi juga, mereka adalah alumni DBL All Star."

"Kita mata rantainya di usia sekolah dan kalau rantai di SMA atau SMP ini gak terurus ya gak mungkin bisa dapat yang baik di tingkat berikutnya. Kita merasa betul bahwa tantangan besar justru di usia ini,” tutupnya.

Baca Juga

Makanya kita komit betul bahwa ini harus berjalan dan terus dikembangkan. Soal hasil kita tentu belum merasa puas dalam artian kita akan lebih puas bila di masa depan para pemain timnas itu 100 persen atau setidaknya ada irisan kalau mereka pernah berkontribusi di Honda DBL.

Honda-DBL 2018 kini telah memulai kampanyenya di wilayah Jakarta Selatan, usai merampungkan kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Utara beberapa pekan lalu.

Penulis: Bagas Rahadian

Indonesian Basketball League (IBL)IBLBasketDBL 2018

Berita Terkini