PB FORKI Tidak Sembarangan Ciptakan Atlet

Senin, 2 Februari 2015 19:34 WIB
Penulis: Yohanes Ishak | Editor: Zainal Hasan
© Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Sisilia Agustiani Ora melakukan salah satu gerakan kata yang akan dipertandingkan di Asian Games XVII 2014 di Incheon, Korea. Foto diambil saat berlatih di kawasan Gelora Bung Karno, Kamis (25/09/14). Copyright: © Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Sisilia Agustiani Ora melakukan salah satu gerakan kata yang akan dipertandingkan di Asian Games XVII 2014 di Incheon, Korea. Foto diambil saat berlatih di kawasan Gelora Bung Karno, Kamis (25/09/14).

Untuk menciptkan atlet yang berprestasi, PB FORKI tidak sembarangan. Banyak tahapan yang disiapkan PB FORKI untuk membentuk atlet untuk dapat dikirimkan ke level internasional. Hal ini seperti diutarakan oleh humas PB FORKI, Fauzi Saidi.

"Kita itu melahirkan dan membina atlet, bukan mencari atlet secara sembarangan. Kita membuat ini tidak mudah untuk mendapatkan atlet yang bisa diikutkan ke level nternasional," jelas Humas PB FORKI, Fauzi Saidi, saat ditemui INDOSPORT di Kantor KONI, Senayan, Jakarta.

Fauzi Saidi menambahkanbahwa pihaknya memang sengaja membuat jenjang untuk para atlet sejak usia muda. Dirinya juga menjelaskan, bahwa sosok atlet Karate itu harus cerdas, baik di lapangan maupun di luar lapangan.

"Kenapa kita didik sejak usia muda? Karena kita ingin mereka terbiasa hidup disiplin dan sehat. Atlet karate itu harus cerdas, tidak boleh begadang, makanan harus dijaga, tidak boleh minum-minuman keras dan narkoba," tegasnya.

Namun untuk menciptakan atlet karate yang berprestasi Fauzi menilai ada hambatan yang harus dilalui PB FORKI. Seperti diketahui permasalahan klasik yakni masalah dana menjadi hambatan besar PB FORKI. 

"Kita memang sudah menyiapkan program di dalam negeri, tapi itu tidak cukup, karena kita juga harus mengasah kemampuan kita di level internasional. Caranya bagaimana? Tentu mengikuti kejuaraan di luar negeri, tapi yang menjadi masalah adalah kita tidak diberikan anggaran dana yang memadai," jelas Fauzi Saidi.

"Kenapa banyak atlit seperti negara Jepang, Irak, dan Arab Saudi, bisa berhasil mendapatkan prestasi internasional, sedangkan kita Indonesia tidak? Itu karena mereka sering mengikuti kejuaraan internasional, sementara cabor kita tidak dilirik sedikitpun oleh pemerintah," tandas ia.

2