Olimpiade 2016

Hindari Risiko Virus Zika, Atlet Inggris Bekukan Sperma

Kamis, 28 Juli 2016 19:56 WIB
Editor: Mitjanna Lotusina Rangkuti
©
Atlet yang tampil di Olimpiade 2016 harus berhati-hati agar tidak terjangkit virus zika. Copyright: ©
Atlet yang tampil di Olimpiade 2016 harus berhati-hati agar tidak terjangkit virus zika.

Sekitar satu pekan sebelum Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro resmi dimulai, masalah demi masalah malah masih dirundung panitia dan pemerintah lokal.

Tak beresnya fasilitas asrama atlet hingga area perairan yang terkontaminasi mengkhawatirkan semua kontingen negara yang sudah mulai tiba di Rio de Janeiro, Brasil.

Salah satu isu yang bahkan membuat atlet-atlet ternama mundur dari perhelatan olahraga itu adalah virus zika.

Pegolf favorit Inggris, Rory McIlroy, dan rivalnya dari Australia, Jason Day, mundur dari perhelatan karena takut terjangkit virus. Di cabang olahraga tenis putra, nama besar seperti Roger Federer dan Milos Raonic, pun tak ikut berpartisipasi.


Seorang dokter menggendong bayi yang terserang virus zika

Virus yang menyebabkan kelainan pada bayi-bayi baru lahir ini bisa tersebar melalui gigitan nyamuk dan hubungan seksual.

Adanya temuan baru semakin meresahkan para atlet yang akan bertandang ke Brasil. Ditemukan bahwa virus ini mampu bertahan lebih dari tiga bulan di cairan sperma pria, 30 hari lebih lama dari perkiraan sebelumnya.


Lewat akun Instagram Greg Rutherford (kiri) dan kekasihnya mengumumkan sedang menantikan anak pertama 

Mendengar hal ini, tentu banyak atlet yang gentar. Dilansir dari Daily Mail, atlet lompat jauh Inggris, Greg Rutherford, bahkan melakukan langkah preventif. Meski tetap ikut berlaga di Rio, dia tetap khawatir akan akibat dari virus zika.

Rutherford dikabarkan menaruh spermanya untuk dibekukan sebelum berangkat ke Brasil. Susie Verrill, kekasih Rutherford juga menyetujui langkah ini. Demi menghindari kelahiran bayi tak normal, mereka setuju untuk berjaga-jaga.

Rutherford sendiri didiagnosa mengidap beberapa gejala yang sesuai dengan penderita virus. Gejala-gejala ini didapat setelah kembali dari Thailand, negara di mana kasus penyebaran virus terjadi sejak 2012, di mana virus ditemukan di dalam cairan spermanya.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada aksi dari panitia resmi Olimpiade yang bisa menenangkan para atlet.