In-depth

eSports Mencari Jati Diri di Antara Berkeringat dan Senang-senang

Senin, 12 Agustus 2019 17:29 WIB
Penulis: Annisa Hardjanti, Matheus Elmerio Giovanni | Editor: Ivan Reinhard Manurung
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Kimberly Khoe mendadak berwajah sendu dalam salah satu video yang baru saja diunggah ke dalam channel Youtube pribadinya.

Dalam video tersebut, gadis cantik yang selalu tampil enerjik dan ceria itu mengirimkan pesan khusus untuk Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. 

Ia nekat mengunggah video tersebut usai dirinya mendapatkan teguran hingga pemanggilan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait konten-konten buatannya yang dinilai vulgar.

Dalam video berjudul “Dear Bapak Presiden Joko Widodo…”, gadis yang tenar di kalangan para pecinta dunia eSports dan gaming lewat nama Kimi Hime itu memberikan klarifikasi. 

Di sana, Kimi mematahkan anggapan bahwa konten gaming yang dibuatnya bermuatan vulgar dengan memaparkan bukti statistik penikmat kontennya hampir 90 persen datang dari rentang usia 18 tahun ke atas.

Terlepas dari hal tersebut, keberadaan kasus Kimi Hime ini sendiri cukup menarik perhatian khalayak pada keberadaan industri gaming dan eSports yang tengah berkembang cukup masif di Indonesia.

Apa yang dihadapi Kimi mungkin bisa jadi bumbu-bumbu tantangan yang punya kemungkinan besar dihadapi oleh para pelaku Gaming maupun eSports di Indonesia ke depannya.

Terlepas dari kasus tersebut, eSports butuh perjalanan panjang untuk menemukan jati diri dan tempat yang pasti di tengah beragam cabang olahraga yang ada di Indonesia saat ini. 

Lantas bagaimana sebenarnya masa depan eSports di Indonesia? Aral melintang seperti apa yang masih harus terus dihadapi oleh eSports?

Menantang Kesalahpahaman

© Dimas Ramadhan/INDOSPORT
Eddy Lim (Ketua IeSPA). Copyright: Dimas Ramadhan/INDOSPORTEddy Lim (Ketua IeSPA) menjelaskan bahwa masih banyak stigma negatif yang menyelimuti eSports.

Citra eSports saat ini masih tercampur dengan stigma negatif game yang dinilai membawa dampak negatif bagi generasi muda saat ini. 

Kesalahpahaman semacam ini masih terus menghantui perkembangan eSports di Indonesia dan menjadi tantangan terbesar yang mesti dihadapi. Apakah eSports ini masuk dalam olahraga gerak tubuh yang bisa membuat orang berkeringat dan sehat atau hanya sekedar senang-senang semata.

“Banyak yang beranggapan eSports itu untuk menjadi juara, main game dari pagi sampai malam, 12 atau 8 jam. Ini yang salah,” ungkap Ketua IeSPA (Indonesia e-Sports Association), Eddie Lim saat ditemui awak redaksi berita olahraga INDOSPORT, 31 Juli 2019 lalu.

Meluruskan kesalahpahaman tersebut, Eddie selalu menekankan bahwa eSports sendiri memiliki latihan yang serupa dengan cabang olahraga lainnya.

Latihan fisik menjadi yang paling dasar dalam eSports itu sendiri. Dibutuhkan konsentrasi yang tinggi bagi pada atletnya untuk memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi dan tahan lama.

Tak cuma harus melakukan latihan fisik saja, namun asupan makan bagi mereka para atletnya pun juga mendapatkan perhatian lebih. 

“Pemahaman ini banyak yang tidak tahu. Jadi tantangan terbesar kita saat ini adalah bagaimana agar mereka itu tahu,” kata Eddie.

Industri Menggiurkan

© INDOSPORT/Istimewa
Mengulik kehidupan atlet Esport -- (bahas soal atlet esport ini bisa jadi profesi atau nggak, pendapatannya bagaimana, sistem karantina dan pelatihannya gimana). Copyright: INDOSPORT/IstimewaIndustri eSports bisa menghasilkan keuntungan ekonomi yang mencapai triliunan rupiah.

Tak cuma sekedar olahraga, nyatanya kini eSports tampil sebagai sebuah industri yang cukup menjanjikan di tengah pasar ekonomi kreatif Indonesia saat ini. 

Bagaimana tidak. Berdasarkan laporan Global Games Market Report per Januari 2019, Indonesia berada di peringkat 17 pendapatan tertinggi dari industri gaming dengan raihan mencapai Rp13 triliun.

Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora Raden Isnanta bahwa eSports sendiri memiliki kans besar untuk bersaing di dunia industri kreatif Indonesia.

“Ada pandangan dari pakar-pakar ekonomi dan kementerian yang membidangi ekonomi, sejauh mana efek eSports mendongkrak ekonomi Indonesia,” ujarnya pada INDOSPORT,  Jumat (02/08/19) lalu. 

Menghadapi kemungkinan itu, Raden mengungkapkan akan adanya pengkajian lebih lanjut dari pemerintah pada September 2019 mendatang. 

“Kita mengantisipasi, harus mengambil kebijakan olahraga karea eSports ini sudah berjalan lebih dulu, bagaimana sikap kita,” kata Raden.

Pemerintah memang dikabarkan akan membagi tiga fokus dalam menghadapi fenomena ini. Dua hal di antaranya berkaitan dengan industri eSports dan juga gaming.

Butuh Dukungan

© Arena.ID
Ilustrasi saat bermain Esports Copyright: Arena.IDPara pelaku eSports di Indonesia menurut Eddy Lim masih butuh banyak dukungan.

Indonesia rencananya akan mengirimkan sejumlah atletnya untuk ikut dalam kompetisi eSports yang menjadi bagian dari rangkaian turnamen SEA Games 2019.

Hal ini tentunya menjadi yang paling ditunggu-tunggu oleh para atlet Tanah Air untuk mengharumkan nama bangsa mereka lewat eSports.

Di mata seorang Eddie Lim, sebagai ketua asosiasi resmi eSports di Indonesia, para atlet eSports saat ini membutuhkan dukungan moral lebih dari apapun untuk mampu memotivasi mereka mendapatkan hasil yang terbaik.

“Mereka harus merasa didukung oleh pemerintah, jadi semangat fight untuk menang jadi naik,” ujar pria berkacamata tersebut. 

Eddie sendiri menekankan bahwa prestasi menjadi fokus yang utama untuk eSports bisa berkembang di Indonesia saat ini. 

“Dengan prestasi yang bagus, olahraga itu akan bagus. Lihat saja seperti bulutangkis, Indonesia punya atlet-atlet hebat. Olahraga lain yang tidak ada atlet hebat pasti tenggelam,” tegas Eddie.

Ya, Indonesia memiliki begitu banyak atlet eSports berprestasi yang siap mengharumkan nama bangsa dan negara. Sekarang giliran pemerintah dan kita semua untuk menyikapi fenomena olahraga elektronik tersebut.