In-depth

Jangan Bermimpi Indonesia Unggul Tanpa Komitmen di Sektor Olahraga

Senin, 26 Agustus 2019 20:42 WIB
Penulis: Annisa Hardjanti, Tiyo Bayu Nugroho | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Grafis:Yanto/Indosport.com
Joko Widodo memiliki sejumlah hal yang harus dibenahi di sektor olahraga dalam periode masa jabatannya menjadi Presiden Indonesia 2019-2024. Copyright: © Grafis:Yanto/Indosport.com
Joko Widodo memiliki sejumlah hal yang harus dibenahi di sektor olahraga dalam periode masa jabatannya menjadi Presiden Indonesia 2019-2024.

INDOSPORT.COM – Indonesia wajib mencontoh tindak-tanduk China dalam membangun citra sebagai salah satu negara adidaya di sektor olahraga. Terutama bagi Presiden Joko Widodo yang akan kembali memimpin Indonesia periode 2019-2024.

China menjadi salah satu negara yang begitu digdaya dalam olahraga di level dunia atau internasional sejauh ini. Dominasi mereka begitu menakutkan dan sulit disaingi.

Bagaimana tidak mereka dibilang mengerikan dalam meraih prestasi di bidang olahraga dunia, lantaran China sudah memperoleh 382 medali (172 diantaranya emas) dalam lima gelaran Olimpiade.

Bahkan China berhasil menjadi juara umum ketika melangsungkan Olimpiade 2008 di Beijing dengan meraih 100 medali (48 emas, 22 perak, dan 30 perunggu) dari 639 atlet yang tampil.

Untuk level Asian Games sendiri China sudah tak bisa dikalahkan oleh negara-negara kawasan Asia. Sebab sudah 10 kali China juara umum Asian Games sejak 1982 hingga 2018.

Tentu saja apa yang diraih oleh China tak lepas dari bagaimana negara tersebut mempersiapkan warganya sejak dini untuk menjadi atlet yang professional di mata dunia.

Menurut laporan yang ditulis oleh Ahmadun S. Rusdy dengan judul ‘Regenerasi Atlet ala China dari Akar Rumput’ yang terbit di Okezone, 27 Desember 2010 lalu, China memang sangat serius dalam pembinaan atlet.

Akan ambisinya tersebut, China sampai melakukan penjaringan atlet sejak dalam kandungan atau seleksi genetik untuk mengetahui calon bayi yang akan lahir memiliki potensi jadi atlet.

Selain itu pemerintah China juga menerapkan sistem olahraga dengan tiga tingkatan mulai dari sekolah olahraga untuk anak-anak berbakat, akademi sekolah yang dilengkapi segala fasilitas hingga asrama, hingga sekolah untuk atlet porfesional, berdasarkan laporan BBC pada 2012 lalu.

Atlet-atlet macam Lin Dan, Zhou Lulu, hingga Chen Roulin adalah hasil dari apa yang China lakukan dengan melakukan pembinaan usai dini yang mumpuni.

Hal ini menandakan kalau China sudah memandang olahraga sebagai sebuah fokus sebuah bangsa untuk menjadi yang terbaik di dunia dan merajai semua sektor.

Apa yang dicapai oleh China di bidang olahraga dinilai sebagai program yang sudah dibangun sejak puluhan tahun silam dan menjadi pilar untuk membangun Negeri Tirai Bambu ini.

Indonesia Masih Menata Meski Banyak Persoalan

© INDOSPORT
Logo Asian Games 2018. Copyright: INDOSPORTLogo Asian Games 2018.

Indonesia saat ini masih menata dengan baik untuk bisa merajai olahraga di pentas dunia atau internasional karena banyak sekali permasalahan.

Mulai dari masalah politik yang belum melirik olahraga, sarana dan prasarana latihan, manajemen olahraga yang kurang, hingga masalah anggaran yang  terus menghantui tiap tahun.

Hal ini membuat prestasi olahraga Indonesia tak kunjung membaik dalam meraih puncak prestasi olahraga di pentas Asia Tenggara, Asia, hingga dunia atau event-event internasional.

Pemerhati olahraga Indonesia, Fritz Simanjuntak menilai kalau prestasi olahraga Indonesia yang berjalan stagnan karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor.

“Jadi bukan persoalan di atlet, lebih banyak persoalan-persoalan non-teknis yang membuat keolahragaan Indonesia itu jalannya tersendat-sendat,” papar Fritz saat ditemui awak redaksi berita olahraga INDOSPORT di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (15/08/19).

Baginya ini bukan soal kritik tetapi bagaimana melihat prosesnya. Sebab proses untuk atlet bisa menjadi juara tak sejalan dengan yang diharapkan.

Meski sedang menata ke arah yang lebih baik, nyatanya Indonesia sendiri pernah menjadi juara umum SEA Games sebanyak 10 kali, tepatnya pada 1977, 1979, 1981, 1983, 1989, 1991, 1993, 1997, dan 2011.

Untuk level Asian Games, Indonesia sempat menjadi juara kedua ketika menjadi tuan rumah pada edisi 1962 dengan meraih 11 medali emas, 12 perak, dan 28 perunggu.

Sedangkan kalau bicara Olimpiade, Indonesia belum bisa berbicara banyak. Lantaran hanya pernah bertengger di posisi ke-24 (dua emas, dua perak, dan satu perunggu) pada 1992 di Barcelona.

Kejelasan Blue Print Olahraga

© Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Maria Natalia Londa Copyright: Ratno Prasetyo/INDOSPORTMaria Natalia Londa, atlet lompat jangkit wanita Indonesia.

Lantas apa yang membuat Indonesia begitu kesulitan untuk bisa meraih kejayaan agar harkat dan martabat bangsa semakin terangkat di mata dunia?

Bagi pengamat olahraga Indonesia, Anton Sanjoyo kalau Indonesia semestinya harus punya peta jalan sesuai jalur dalam membangun olahraga dan bisa dituai di masa depan.

“Nah inilah sebetulnya yang harus jadi evaluasi semua, apa kita masih akan membangun olahraga seperti ini, pola yang tak ada blue print-nya untuk kita ini mau menuju ke mana sih dengan membangun olahraga prestasi,” ujar Anton kepada INDOSPORT, Rabu (21/08/19).

Selain itu juga Anton menyoroti soal Pelatihan Nasional (Pelatnas) yang diadopsi Indonesia. Pasalnya Indonesia tak punya kompetisi yang regular di semua cabang dan hanya mengandalkan Pelatnas.

“Jadi sebetulnya di negara-negara maju olahraga tidak ada yang namanya Pelatnas. Tapi persiapan utamanya ada di daerah-daerah dan provinsi-provinsi setempat,” beber Anton.

Anton menambahkan jadi induk cabang olahraga sudah harus punya rencana matang dan didorong pemerintah pusat untuk punya blue print tentang olahraga.

Sedangkan pandangan lain datang dari atlet lompat jangkit wanita Indonesia Maria Natalia Londa tentang cetak biru atau peta jalan yang harus dimiliki olahraga Indonesia.

“Komitmen, tidak tebang pilih, dan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh anak Indonesia untuk berprestasi dari manapun asalnya,” papar Maria saat dihubungi INDOSPORT, Kamis (22/08/19).

Maria juga menambahkan kalau ada atlet yang meraih gelar juara, harus dikasih kesempatan untuk mengembangkan prestasinya di event yang lebih besar agar ada regenerasi.

Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifah (fraksi PKS) juga turut membayangkan bagaimana menciptakan blue print olahraga Indonesia yang bisa didasari dengan tiga tatakan.

“Ketika kita bicara soal sebelum meraih prestasi, kita pertama pembudayaan olahraga dulu di masyarakat, olahraga komunitas, terus mengarahkan kepada pendidikan olahraga, baru mengarah ke prestasi,” ujar Ledia kepada INDOSPORT, Kamis (22/08/19).