Mengenal Silat Tuo yang Kental Tradisi Minang

Senin, 25 Januari 2016 17:57 WIB
Kontributor: Ikhwan | Editor: Zainal Hasan
 Copyright:

Pencak silat merupakan olahraga beladiri asli Indonesia. Di sejumlah wilayah, sejumlah aliran pencak silat secara turun temurun terus ada dan berkembang. Salah satunya di kota Padang, Sumatera Barat. 

Di kota Padang sendiri ada sejumlah aliran pencak silat yang tersebar di sejumlah wilayah salah satunya di daerah Pauh V. Dimana di daerah ini mempunyai silat tradisional yang bernama silat 'Tuo' (tua), perguruan pencak silat ini berada di Kampung Duri. 


Salah satu pengagum silat tuo, Dave Rowe. Ia merupakan pemilik situs yorkshiresilat.co.uk, situs yang berisi aliran pencak silat di Indonesia. Foto ini diambil pada Agustus 2013. 

Perguruan Pencak Silat Kampung Duri Saiyo didirikan pada tanggal 11 Januari 2014 lalu oleh Syafriadi Sampono Dirajo. Syafriadi ternyata memiliki cerita tersendiri dimana dirinya akhirnya mendirikan Silat Tuo.

”Pada waktu itu ada yang masuk ke rumah saya dan melihat foto-foto saya bersilat bersama orang Belanda, karena melihat foto itu mereka meminta saya untuk melatih silat,” katanya kepada INDOSPORT di Balai Latihan Perguruan Pencak Silat Kampung Duri Saiyo, Pauh, Kota Padang.

“Apabila ada ilmu silat harus diturunkan, jangan sampai hilang budaya, jangan sampai hilang tradisi minang dan jangan sampai hilang silat pauh yang mana silat pauh silat tuo karena silat pauh silat tua yang sudah menguasai silat-silat didarek lainnya,” jelasnya.


Dave Rowe saat berlatih salah satu jurus Silat Tuo, Harimau Berantai.

Adapun silat yang diajarkan oleh Syafriadi diantaranya silat 'Langkah Ampek' dan 'Langkah Tigo'. Kedua ajaran silat ini bukanlah untuk mencari musuh, namun pertahanan. Syafiardi juga menerangkan tentang gerakan dari perguruan silatnya tersebut. Dalam perguruannya, ada gerakan silat 'Tuo' (tua) yang merupakan tangkap dan tendang.

”Menjalinkan rasa kepada kemenakan (keponakan), rasa badunsanak (bersaudara) dan pergaulan, namun jika ada musuh pantang untuk dielakan (tidak dilawan). Menjerumus kepembunuhan dan pematahan tidak ada basa basi nya apabila sudah ada menimbulkan emosi datang dengan kesabaran menerimanya,” sebut ia.

Dibalik itu semua, Syafriadi bercerita memiliki kesulitan tersendiri saat akan mendirikan padepokan pencak silat. Terlebih harus meminta izin kepada penghulu yang berada pada Pauh V, dimana memiliki lima penghulu.

"Ketika kita meminta izin ada penghulu yang tidak setuju dan itu dimusyawarahkan di mesjid bersama niniak mamak yang menyatukan pendapat melalui mufakat," katanya.

Untuk pengangkatan seorang guru silat, disebut Syafiardi diangkat secara adat. Sebelum diangkat pun diajarkan bermain pedang, pisau dan gerakan silat harus dikuasai. 

”Silat tuo tidak ada sabuk, tapi kalau sudah menguasai gerakan nanti akan naik tingkat sendiri. Pengangkatan secara adat kalau ada pengangkatan penghulu yang disebut dengan acara maurak malabek,” terangnya. 

Sekarang, perguruan pencak silat Kampung Duri Saiyo telah memiliki murid 50 orang lebih, dimana yang aktif sekitar 33 orang. Setiap minggunya,latihan dilaksanakan pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu malam.