Tidak Gunakan Sekolah Ragunan, Prestasi Bulutangkis Indonesia Merosot

Kamis, 30 Juni 2016 14:19 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Randy Prasatya
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rexy Mainaky. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rexy Mainaky.

Kepala Bidang Pengembangan Prestasi PBSI, Rexy Mainaky, mengungkapkan jika sistem perekrutan bakat muda pebulutangkis Tanah Air telah berubah drastis. Perubahan tersebut diakui membuat prestasi bulutangkis Indonesia anjlok.

Mantan pemain ganda putra andalan Indonesia itu juga menyebut jika negara tetangga, Malaysia, punya banyak pebulutangkis muda yang berprestasi karena mengikuti sistem sekolah Ragunan.  Sedangkan Indonesia saat ini sudah tidak lagi memfungsikan Ragunan sebagai pusat pembinaan.

"Di Thailand, proses perekrutan mereka lebih mengandalkan klub, di Jepang dalam bentuk sekolah. Sementara kita saat ini tidak punya sistem pusdiklat, sekolah ragunan sudah tidak difungsikan dan kini negara-negara lain justru mengikuti sistem yang kita tinggalkan," ujar Rexy kepada INDOSPORT.

"Sekarang tidak ada sistem pemerintah karena mereka menganggap gak penting. Tapi giliran prestasi jelek nanti mereka akan berkoar-koar, lebih melihat celahnya, harusnya ada kesabaran setiap sistem punya proses," tambah Rexy.

Di sisi lain, Manajer Tim Indonesia yang akan berlaga di ajang Asia Junior Championship, Fung Permadi, PBSI harus menjalin relasi yang lebih dengan klub-klub pembibitan pemain muda.

"Harus dikoordinasikan dengan klub-klub bulutangkis lainnya. Karena kebanyakan pemain junior itu ada di klub nah kebanyakan yang di pelatnas saat ini itu pemain junior yang sudah bisa menyaingi pemain senior di pelatnas," ujar Fung kepada INDOSPORT saat ditemui di Pelatnas PBSI.