Evaluasi Tunggal Putra Indonesia Pasca Fuzhou China Open 2019: Konsistensi Sejak Awal Jadi Kunci

Sabtu, 9 November 2019 18:39 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Ilustrasi/INDOSPORT
Anthony Ginting, Shesar Rhustavito, Tommy Sugiarto dan Jonatan Christie gagal berbicara banyak di Fuzhou China Open 2019. Copyright: © Ilustrasi/INDOSPORT
Anthony Ginting, Shesar Rhustavito, Tommy Sugiarto dan Jonatan Christie gagal berbicara banyak di Fuzhou China Open 2019.

INDOSPORT.COM - Anthony Ginting, Shesar Rhustavito, Tommy Sugiarto dan Jonatan Christie gagal berbicara banyak di Fuzhou China Open 2019.

Mengirimkan tiga wakilnya di sektor tunggal putra Fuzhou China Open 2019, Indonesia dipastikan pulang tanpa gelar.  Kepastian itu didapat setelah harapan terakhir Indonesia di sektor tunggal putra, Jonatan Christie, harus mengaku kalah dari unggulan keempat asal Denmark, Anders Antonsen di babak perempatfinal.

Apa yang didapat Jonatan Christie yang merupakan unggulan ke-6 di Fuzhou China Open 2019 masih jauh lebih baik dari pada tiga sekompatriotnya yang sudah tersingkir sejak putaran pertama.

Tersingkirnya tiga nama wakil Indonesia Anthony Ginting, Shesar Rhustavito dan Tommy Sugiarto itu secara langsung menggambarkan pentingnya kesiapan seorang pemain yang harus dibangun sejak awal.

Meski berstatus sebagai unggulan, selayaknya Anthony Ginting yang merupakan unggulan kedelapan, tak menjamin akan mendapatkan lawan mudah di putaran pertama sebuah turnamen.

Khusus buat Anthony Ginting, kekalahan Ng Ka Long Angus di putaran pertama Fuzhou Open 2019 menjadi bukti nyata bahwa konsistensi masih menjadi pekerjaan rumah besar pemain 23 tahun itu.

Karena sejak bisa menembus final Singapore Open 2019, permainan Anthony Ginting tak kunjung stabil berada di puncak. Lepas dari turnamen itu, dirinya justru tersingkir di putaran pertama Badminton Asia Championship 2019.

Sempat lagi menembus final Australian Open 2019, Anthony Ginting langsung tersisih di putaran kedua Indonesia Open 2019. Catatan seperti itu terus berlanjut hingga terakhir di Fuzhou China Open 2019 lalu.

Berkaca dari hal tersebut, jelas bisa disimpulkan Anthony Ginting jelas memiliki kualitas untuk menjadi juara di sebuah turnamen. Namun, dirinya belum cukup siap untuk terus mencatatkan prestasi dalam berbagai turnamen secara beruntun. 

Anthony Ginting rasanya akan lebih mengerti apa yang menjadi penyebab hal tersebut bisa terjadi, apakah sebatas fokus atau ada kontribusi dari masalah fisik dan kebugaran juga.

Jika kebugaran masalahnya, maka besar kemungkinan Anthony Ginting bisa berbicara banyak di Hong Kong Open 2019, yang merupakan turnamen selanjutnya setelah Fuzhou China Open 2019.

Shesar Rhustavito dan Tommy Sugiarto

Sementara untuk Shesar Rhustavito dan Tommy Sugiarto, peningkatan leveel permainan rasanya masih jadi pekerjaan rumah untuk keduanya.

Bukan hanya sekadar harus bisa meningkatkan level permainan, mereka juga harus sudah siap sejak awal turnamen. Sebab, dengan posisi yang bukan unggulan, lawan berat kemungkinan sudah menghadang keduanya sejak putaran pertama.

Di Fuzhou China Open 2019, keduanya sama-sama tersingkir di putaran pertama oleh lawan yang secara peringkat masih di atasnya. Shesar Rhustavito kalah dari Jonatan Christie dan Tommy Sugiarto takluk dari wakil India, B. Sai Praneeth.

Maka dari itu, kerja ekstrakeras adalah solusi wajib yang harus dilakukan Shesar Rhustavito dan Tommy Sugiarto  untuk bisa mencatatkan prestasi lebih tinggi. Setidaknya untuk sekadar menyamai capaian Anthony Ginting dan Jonatan Christie di beberapa turnamen sebelum Fuzhou China Open 2019.