Makna Indonesia Raya Bagi Srikandi Bulutangkis Indonesia, Tati Sumirah

Selasa, 12 November 2019 16:07 WIB
Penulis: Martini | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Martin Gibsian/INDOSPORT
Nama Tati Sumirah memang tidak sebesar legenda bulutangkis Indonesia lainnya. Namun, ia adalah sosok penting dalam sejarah bulutangkis nasional. Copyright: © Martin Gibsian/INDOSPORT
Nama Tati Sumirah memang tidak sebesar legenda bulutangkis Indonesia lainnya. Namun, ia adalah sosok penting dalam sejarah bulutangkis nasional.

INDOSPORT.COM - Nama Tati Sumirah memang tidak sebesar legenda bulutangkis Indonesia lainnya. Namun, ia adalah sosok penting dalam sejarah bulutangkis nasional, yang gemar mengumandangkan lagu Indonesia Raya di turnamen internasional.

Salah satu pencapaian terbaik Tati Sumirah yakni meraih medali emas pertama untuk Indonesia dalam turnamen Uber Cup 1975.

Tak peduli dengan besaran nominal yang ia dapat, Tati justru hanya mengincar momen untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Saat itu, ia menjadi penentu kemenangan kontingen Indonesia ketika menghadapi Jepang di partai final. Tati Sumirah yang bermain sebagai tunggal putri, sukses mengalahkan Atsuko Tokuda dengan skor telak 11-5, 11-2.

Srikandi Indonesia kelahiran 9 Februari 1952 itu pun berhasil mengumandangkan lagu Indonesia Raya, setelah pada Piala Uber edisi 1972, ia hanya mampu meraih titel runner up.

"Yang bisa mengumandangkan Indonesia Raya di luar negeri kan cuma dua, badminton sama presiden (acara kenegaraan)," ungkap Tati Sumirah saat ditemui awak redaksi berita olahraga INDOSPORT pada Senin (11/11/19).

Kini, nasionalisme itu mulai bergeser dan para atlet lebih memandang hasil akhir daripada momentum menyanyikan lagu nasional. Hal itu cukup menjadi kegundahan Tati Sumirah, meski kini ia sudah tak lagi aktif bermain bulutangkis.

"Kalau sekarang-sekarang atlet sudah enak uangnya. Dulu saya nggak pernah kepikiran, yang penting Indonesia Raya aja, ayo berkumandang," pungkasnya.

Sayangnya, setelah memutuskan gantung raket di tahun 80-an, Tati Sumirah sama sekali tidak mendapat apresiasi dari pemerintah. Kini, ia hidup bergantung dari pendapatan keluarga, dan hanya beristirahat di usia senjanya.