Apa yang Salah dengan Praveen/Melati Saat Final Yonex Thailand Open?

Senin, 18 Januari 2021 14:57 WIB
Editor: Pipit Puspita Rini
© Shi Tang/Getty Images
Pebulutangkis Ganda Campuran Indonesia, Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti. Copyright: © Shi Tang/Getty Images
Pebulutangkis Ganda Campuran Indonesia, Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti.

INDOSPORT.COM - Penggemar bulutangkis Tanah Air mungkin masih belum bisa move on dari kekalahan Praveen Jordan/Melati Deava Oktavianti pada laga final Yonex Thailand Open, Minggu (17/1/2021).

Dalam laga yang digelar di Impact Arena tersebut, wakil tuan rumah, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, mengalahkan Praveen/Melati dengan 21-3, 20-22, 21-18.

Secara peringkat dunia, pasangan Thailand memang berada di posisi lebih tinggi dari pasangan Indonesia. Namun, secara rekor pertemuan, Praveen/Melati masih lebih unggul

Sebelum laga final di Thailand ini, mereka sudah bertemu enam kali. Dari enam pertemuan tersebut, Praveen/Melati memenangi empat laga terakhir, termasuk saat final All England 2020.

Setelah laga final kemarin, rekor pertemuan mereka berubah menjadi 4-3, masih untuk keunggulan Praveen/Melati.

© djarumbadminton/PBSI
Pelatih ganda campuran Indonesia, Nova Widianto (kiri) bersama Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti. Copyright: djarumbadminton/PBSIPelatih ganda campuran Indonesia, Nova Widianto (kiri) bersama Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti.

Lantas apa yang sebenanrya terjadi pada laga fiinal kemarin, sehingga gelar juara melayang dari tangan pasangan Indonesia.

"Kelemahan terbesar Parveen/Melati pada pertandingan kemarin adalah gampang buang poin, terutama pada gim pertama," kata Nova Widianto, asisten pelatih ganda campuran nasional yang mendampingi Praveen/Melati di Thailand.

"Melati yang biasanya unggul di depan atas Sapsiree, kemarin kelihatan kewalahan. Dari terima servis, pengembaliannya sudah terbaca lawan. Melati juga kurang berani mengubah arah pukulan, sehingga kita tertekan terus," kata Nova lagi.

Pada gim pertama, Praveen/Melati tertinggal sejak awal. Setelah posisi 3-7, mereka tak pernah bisa mengambil poin dan pasangan Thailand mencatat 14 angka secara beruntun.

Nova lalu menjelaskan, saat menghadapi Puavaranukroh/Taerattanachai, biasangan Praveen/Melati bisa unggul berkat pukulan-pukulan Melati yang memancing lawan mengembalikan kok dengan posisi tinggi atau ke atas, yang akan memudahkan Praveen melakukan eksekusi.

"Kemarin, itu tidak terjadi. Pasangan Thailand tidak mengangkat kok dan banyak bermain pukulan-puklan datar. Terus terang kita kalah save di pukulan-pukulan datar," kata pelatih yang pernah menjadi partner LIliyana Natsir tersebut.

© Badminton Photo
Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (thailand). Copyright: Badminton PhotoDechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (thailand).

Lantas, apakah pukulan-pukulan Thailand mematikan dan sulit untuk diatasi? Nova menjawab, tidak sama sekali. Pasangan Thailand hanya main aman saat mengembalikan pukulan. Masalahnya, Praveen/Melati justru banyak melakuan kesalahan sendiri.

"Pasangan Thailand pasti sudah mempelajari permainan Praveen/Melati karena kan mereka sudah sering bertemu. Ini jadi evaluasi kami dan semoga ke depannya kalau ketemu lagi, kita harus lebih siap," ujar Nova.

Praveen/Melati dan wakil Indonesia lainnya akan langsung bersaing di turnamen Toyota Thailand Open, yang digelar di tempat sama, 19-24 Januari 2021