x

Fernando Rivas, Pelatih Bergelar Doktor di Balik Sukses Carolina Marin Merajai Dunia

Jumat, 3 Juli 2020 20:45 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Arum Kusuma Dewi

INDOSPORT.COM – Keberhasilan Carolina Marin merajai berbagai turnamen bulutangkis dunia, tak lepas dari keberadaan pelatih bergelar Doktor, Fernando Rivas.

Kesuksesan seorang atlet bulutangkis, tentu tak akan pernah bisa dilepaskan dari andil luar biasa pelatih yang ada di belakangnya. Namun seperti kebanyakan olahraga lain juga, seringkali keberadaan pelatih justru tak mendapatkan apresiasi atau minimal dikenal luas selayaknya sang atlet yang mendapatkan puja puji.

Baca Juga
Baca Juga

Salah satunya seperti yang terjadi pada keberhasilan pebulutangkis asal Spanyol, Carolina Marin yang sukses menggapai berbagai prestasi tertinggi, seperti dua kali menjadi juara dunia dan berhasil membawa pulang medali emas bulutangkis Olimpiade Rio 2016.

Buat kebanyakan penggemar bulutangkis dunia, mereka umumnya hanya mengetahui apa yang telah dicapai wanita 27 tahun itu. Tanpa banyak tahu banhwa di balik kesuksesan Carolina Marin ada andil luar biasa dari pelatih bergelar Doktor, bernama Fernando Rivas.

Fernando Rivas

Seperti halnya Carolina Marin, Fernando Rivas awal juga merupakan salah satu dari sedikit warga Spanyol yang memilih untuk terjun ke dunia bulutangkis sebagai atlet.

Namun tak seperti Marin, karier yang dijalani Fernando Rivas pada dakade 1990-an tak cukup bisa membanggakan. Sehingga untuk sekedar dikenal di kancah bulutangkis dunia saat itupun dirinya tak mampu.

Dengan prestasi yang tak bisa dibanggakan itu, akhirnya Fernando Rivas memperbaiki diri dengan menempuh pendidikan di bidang ilmu olahraga, hingga ke jenjang Pasca Sarjana dalam fokus mengenai penelitian di bidang bulutangkis.

Dengan bekal pendidikan tersebut, Fernando Rivas mulai dipercaya untuk ambil bagian dalam pembentukan tim bulutangkis Spanyol pada tahun 2004 atau pasca Olimpiade Athena. Dan setelahnya dirinya ditunjuk sebagai pelatih tim nasional bulutangkis Spanyol mulai tahun 2005.

“Sebelum memulai dengan Federasi Bulutangkis Spanyol pada 2005, saya telah menghabiskan 5 tahun di luar Spanyol.”

“Saya memilih jalur yang berbeda dari kebanyakan (mantan pebulutangkis) untuk mengikuti kursus bulutangkis."

"Tetapi saya melakukan penelitian bulutangkis di bawah kerangka pascasarjana. Yang kemudian membawa saya ke Prancis, Jerman dan Belanda, tempat di mana membuat saya mengubah visi tentang cara pandang mengenai banyak hal,” jelas Rivas, seperti dikutip dari badmintoneurope.com.

Baca Juga
Baca Juga

Namun dengan bekal pendidikan tersebut, tak lantas membuat jalan Rivas menjadi mudah sebagai pelatih. Pada awal kepelatihannya, sejumlah masalah sempat dihadapi.

Mulai dari sulitnya mendapatkan kepercayaan untuk menerapakan sistem kepelatihannya kepada pemain-pemain senior, pemain yang dulu saat dirinya masih menajdi pemain, sering mengalahkannya. Sampai masalah internal kepengurusan Federasi Bulutangkis Spanyol yang saat itu membuatnya tak bisa bekerja dengan tenang.

Namun dengan segala masalah tersebut, Rivas bisa bertahan sampai akhirnya perlahan-lahan situasi mulai membaik. Salah satunya ketika mulai muncul bibit-bibit baru pemain muda, di antaranya Carolina Marin yang mulai masuk ke dalam tim bulutangkis junior Spanyol, di usia 14 tahun pada 2007.


1. Carolina Marin dan Fernando Rivas

Tunggal putri Spanyol Carolina Marin berlatih diamati serius oleh pelatihnya, Fernando Rivas (belakang).

Hadirnya Carolina Marin dan juga Beatriz Corrales saat itu di tim bulutangkis Spanyol, diyakini Fernando Rivas sebagai keberuntungannya berada di tempat dan waktu yang tepat.

Dengan bakat dan usia yang Marin dan Beatriz miliki saat itu, Rivas merasa beruntung karena keduanya punya semangat dan etos kerja yang bisa membuat apa yang telah dirinya susun sebagai pelatih, bisa berjalan sesuai harapan. Hal itu juga yang dirasakan Rivas tak ditemuinya pada generasi bulutangkis Spanyol sebelum kehadiran Marin.

"Saya harus mengatakan bahwa salah satu perbedaan utama dalam generasi pemain ini (Marin dan Beatriz), dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang saya latih adalah bahwa mereka sangat percaya mereka bisa berhasil. Seperti halnya saya juga," tukas Rivas.

Namun satu hal lainnya yang tak kalah penting dalam keberhasilan Rivas membentuk Carolina Marin menjadi salah satu tunggal putri terbaik dunia, di luar masalah teknis kepelatihan, Rivas bisa muncul sebagai pelatih sekaligus sosok ayah.

Ia bisa memberikan perhatian dan kasih sayang, untuk membentuk sebuah keseimbangan hubungan antar manusia, yang lebih dari sekedar pelatih dan atlet yang dibimbingnya.

Hal itu juga yang kemudian diakui langsung oleh Carolina Marin setelah berbagai raihan prestasi di level tertinggi bulutangkis dunia bisa didapatnya dalam genggaman.

“Fernando adalah orang yang menemui saya di tim nasional bulutangkis Spanyol U-15. Dan dia melihat sesuatu yang istimewa dalam diri saya.”

“Dia adalah orang yang sangat istimewa bagi saya, karena ketika saya datang ke pusat pelatihan nasional, saat berusia 14 tahun, dia bukan hanya sekedar menjadi sebagai pelatih, tetapi juga seperti ayah."

"Dia sangat penting bagi saya sekarang karena kami telah bekerja selama 7 tahun dan saya tahu jika bukan karena dia, saya tidak akan berada di tempat berada saat ini. Dia selalu menginginkan yang terbaik untuk saya sebagai pribadi dan dalam karier bulutangkis,” tutur Carolina Marin pda tahun 2014 silam.

Bersama suksesnya sebagai pelatih yang mengantarkan Carolina Marin menjadi juara dunia dan peraih medali emas Olimpiade, pada September 2018 Fernando Rivas akhirnya juga melengkapi suksesnya sebagai pelatih dengan capaian gelar Doktor.

Itu didapat usai dirinya menyelesaikan thesis di Faculty of Physical Activity and Sports Science of the Polytechnic University of Madrid yang sempat terkatung-katung sekitar sepuluh tahun lamanya, sejak dirinya masih tinggal di Belanda.

SpanyolCarolina MarinPelatihRaketBulutangkisBerita Bulutangkis

Berita Terkini