Akhir Canda Gazza

Sabtu, 23 Agustus 2014 01:39 WIB
Editor: Raditya Adi Nugraha
 Copyright:

Fans Inggris mungkin tak akan melupakan bagaimana Paul 'Gazza' Gascoigne menangis tersedu saat mendapat kartu kuning di babak semifinal Piala Dunia 1990 saat melawan Jerman.

Saat itu seakan seantero Inggris berada dalam frekuensi kesedihan yang sama dengan Paul Gascoigne.

Pria bernama lengkap Paul John Gascoigne selalu mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat Inggris. bahkan dalam bukunya 'Soccer Against the Enemy', Simon Kuper menuliskan satu bab tentang mantan bintang Tottenham Hotspurs ini.

Pertama, Gazza adalah wakil kaum kelas pekerja Inggris yang berhasil naik kelas dan pada kenyataannya pesepakbola Inggris saat itu dihuni oleh anak-anak dari para tukang kayu, pekerja bangunan atau pekerja galangan kapal.

Kedua, Gascoigne adalah anomali dalam sepakbola Inggris yang lekat dengan pola permainan "tanpa otak" karena hanya mengandalkan kecepatan dan tendangan keras.

Salah satu golnya yang akan terus diingat adalah saat melawan Skotlandia dengan mengecoh Colin Hendry dengan mengubah laju bola dan dengan sentuhan lembut menaklukkan Andy Goram di Piala Eropa 1996.

Alasan ketiga mengapa Gascoigne selalu menjadi "kesayangan" publik adalah ia selalu membuat orang tertawa dengan polahnya. Tak heran ia mendapat julukan 'badut'. Bahkan ketika bermain di Lazio, para fans mencintainya karena kegilaannya di dalam dan luar lapangan.

Namun kondisi mengenaskan Gazza kali ini adalah akumulasi kehidupan liarnya selama dua dekade terakhir. Gazza adalah pecandu alkohol, narkoba dan judi.

Belum lagi menyebut masalah kebugaran, kekerasan dalam rumah tangga dan kecenderungan dirinya untuk bunuh diri, menjadi konsumsi publik Inggris.

Tak mudah memahami pola pikir seorang jenius, namun pikiran Gascoigne terlalu rumit untuk diselami mengingat ia sulit membedakan mana dunia nyata dan dunia di bawah pengaruh napza.

Di usianya yang telah menginjak 47 tahun, Gazza tetap menjadi kesayangan publik Inggris. Seorang supir taksi sekaligus pemilik klub amatir, Abbey FC bahkan dikabarkan telah mencapai kesepakatan dengan dirinya senilai delapan pounds!

Di masa senjanya Paul dinyatakan pailit oleh pengadilan Inggris, terancam diusir dari apartemennya karena telat membayar dan hutangnya yang teramat banyak.

Pelatih QPR, Harry Redknapp yang tinggalnya sepelemparan batu dengan Gazza bahkan menawarinya pekerjaan melatih tim anak-anak QPR.

"Saya akan menjemputmu di pagi hara, Gazza, ikut berlatih bersamaku dan membantu Steve Gallen (staff pelatih QPR) melatih anak-anak muda,"kata Redknapp via The Guardian.

Namun rencana Redknapp kini harus tertunda setelah petugas medis dan polisi harus membawanya ke rumah sakit Poole untuk rehabilitasi ketergantungan alkohol.

Sang Badut ditemukan tergeletak di depan apartemennya dengan botol vodka yang masih dalam genggaman tangan.

Gazza menjadi potret buram sekaligus visi masa depan pesepakbola Inggris yang kerap dianggap mata duitan.       

4