Sinyal Redup Dominasi Keluarga Glazer

Minggu, 28 September 2014 13:46 WIB
Editor: Adrian Syahalam
 Copyright:

Manchester United menjadi klub yang tercatat paling boros membeli sekaligus menjual pemain. Menurut catatan majalah Forbes, The Red Devils --sebutan MU-- menjadi klub dengan harga jual paling tinggi sejagat. 

Klub milik keluarga Glazer ini hanya kalah oleh Real Madrid yang menjadi klub terbaik pada abad ini. Manchester United kini menempati rangking teratas dalam klub yang pertama mencatatkan diri di New York Stock Exchange (Bursa Efek New York).   

Dalam sejumlah laporan bursa dunia, Los Blancos dipatok dengan harga 3,3 miliar dolar AS atau setara Rp32 Triliun (kurs Rp12.025) sedangkan Manchester United memiliki banderol harga beli 3,165 miliar dolar AS atau sekitar Rp30 Triliun lebih (kurs Rp12.025). 

Namun, valuasi jual MU tercatat 19 persen lebih tinggi dibanding Los Blancos --sebutan Real madrid-- yang berada di peringkat kedua. 

"Ini kali pertama Forbes memulai perhitungan tim sepakbola sejak 2004 silam dimana Manchester United tak jadi nomor satu. Real Madrid sudah konsisten menghasilkan penghasilan terbesar untuk tim sepakbola di dunia meski Spanyol tengah mengalami krisis," beber Forbes saat itu.   

Keluarga Glazer memutuskan melantai saham MU di NYSE lantaran lilitan utang yang melangit. Harga saham MU diputuskan keluarga Glazer hingga 100 juta dolar AS atau sekitar Rp 300 miliar (kurs Rp12.025).  

Penjualan saham perdana MU dilakukan Avram dan Joel Glazer berlangsung pada Kamis (09/10/12) 2012 kemarin. 

Aksi korporasi ini saat itu langsung direspon oleh pendukung fanatik MU. Kebanyakan menolak dengan alasan mereka tak ingin klubnya dijual. Malahan pendukung fanatik ini mendesak agar saham MU dialihkan dari tangan keluarga Glazer pada kelompok pendukung tajir MU yang diketahui bernama "The Rich Supporters of Man. Utd".

Tak hanya itu, ulah keluarga Glazer yang melakukan 'fund rising' tersebut diduga bermotif ingin memperkaya diri dan tanpa memikirkan perseptif jangka panjang. 

Kondisi lilitan utang yang kerap menjadi dalih utama keluarga Glazer saat berbicara di media hanya kerap disebut hanya bualan belaka. 

Mengacu pembelian mantan sayap gesit Angel Di Maria dari Real Madrid dengan harga sekitar 80 juta atau sekitar Rp1,23 Triliun (kurs Rp15.252) serta kesanggupan MU untuk menggaji Di Maria tiap pekan sebesar Rp3,6 miliar selama lima tahun. Fakta tersebut makin menegaskan jika MU sudah "offside" dalam melakukan pembelian pemain. 

Sementara itu, MU pada sisi lain pun melakukan penjualan terhadap penyerang masa depan Danny Welbeck ke Arsenal sebesar 16 juta poundsterling atau sekitar Rp312 Miliar (kurs Rp19.535) memicu pertanyaan, langkah MU ini menjadi penegas The Red Devils seolah meringankan upaya The Gunners --sebutan Arsenal-- yang merupakan rival abadi untuk mendominasi arena Premier League. 

Langkah Van Gaal yang menjual pemain berusia 26 tahun ini akhirnya terkuak. Secara mengejutkan, Van Gaal mengutarakan, Man United membiarkan Welbeck pergi lantarna selain kedatangan Radamel Falcao, juga dipicu adanya standar catatan seperti Robin van Persie dan Wayne Rooney yang diberikan pada tactician asal Belanda itu.

“Saya telah memberikan semua pemain kesempatan untuk menunjukkan kualitas mereka. Danny sudah ada di klub sejak usia sembilan tahun, dan dia bermain selama tiga musim di United,” ungkap Van Gaal, dikutip dari mirror.

Bentuk pencarian dana segar dari lantai bursa saham (IPO/Intial Public Offering) --penawaran perdana ke publik-- sebenarnya tindakan yang wajar dalam dunia bisnis. Terlebih lagi taktik ini dilakukan untuk melakukan penarikan dana dari investor yang berminat membenamkan modalnya dananya di industri sepakbola lewat MU. 

Harga saham MU saat IPO sempat dibuka dengan harga 14 dolar AS atau setara Rp133.000 lebih (kurs Rp12.025).   

Saham MU sejalan perjalanan waktu sempat mengalami tren bearish alias pernah mengalami tren penurunan. Hal ini bisa jadi disebabkan lantaran pemodal tak ingin terlalu berlama-lama mengoleksi saham klub yang kini dimanajeri Louis Van Gaal. 

Jauh hari sebelumnya, salah satu CEO Manchester United Joel Glazer menyebutkan dana segar yang didapat dari IPO tersebut bakal digunakan untuk menggenjot utang MU yang  mencapai 
600 juta poundsterling lebih atau setara Rp7,5 Triliun lebih (kurs Rp15.252). 

Melansir data dari NASDAQ, utang The Red Devils terdiri atas dua paket pinjaman yang diperoleh dari bank di Inggris dan segera jatuh tempo pada tahun 2017 mendatang.  

Mula saham MU diperkenalkan, keluarga Glazer berhak atas dana segar sebesar 233 juta dolar AS atau Rp22,13 Miliar (kurs Rp12.025) atas Outstanding Shares (saham yang beredar) sebanyak 16,6 juta lembar. 

Dana yang hanya 0,3 persen dari total utang tersebut ternyata tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk menekan ratio utang mereka melainkan hanya separuhnya saja atau sebesar 116,5 juta dolar AS. Sedangkan sisanya masuk ke kantong pribadi keluarga Glazer. Faktor inilah yang kemungkinan besar menjadi penyebab saham MU yang terus merosot dan tidak pernah ditutup di atas level harga IPO-nya.

Faktor kedua yakni mekanisme bursanya. Glazer memilih mencatatkan klub yang mereka miliki tersebut di bursa New York Stock Exchange (NYSE). Banyak yang bertanya-tanya dalam hal ini, mengapa Glazer lebih memilih Amerika yang notaben olah raga sepak bola konvensional bisa dikatakan kurang populer di sana, mengapa tidak di bursa yang memiliki antusiasme tinggi terhadap sepak bola seperti bursa saham London, atau mungkin bursa saham Asia? Seperti yang kita tahu, di Amerika, olah raga sepak bola (soccer) kalah populer bila dibandingkan dengan sepak bola ala Amerika (American Football).

Ketiga mengenai Robin Van Persie. Pengamat menilai gaji yang diterima Van Persie terlampau tinggi atau paling tidak di luar ekspektasi. Van Persie menerima sekitar 235.000 euro atau sekitar Rp3,5 Miliar (kurs Rp19.535) per pekan. 

Tingginya gaji Van Persie dianggap tak layak bila dikaitkan dengan kondisi perusahaan yang mengharuskan manajemen membayar ratio utang tiap bulannya. Besaran pos gaji ini juga bakal membengkak jika diakumulasikan dengan beban gaji seluruh pemain MU. 

Masuknya Louis Van Gaal diharap bisa memberikan sedikit gambaran bagaimana kini The Red Devils dan manajemennya mengatur beban (expense) yang ada dan mengelola utangnya. Pendukung Setan Merah diyakini pasti mempercayai manajemen MU sudah melakukan yang semaksimal mungkin untuk menekan utangnya. 

Tak hanya kubu keluarga Glazer saja yang bakal menangguk untung jika MU dilego. Terdapat pula nama pemodal kelas dunia macam George Soros yang diyakini ikut memiliki saham MU.  

Aksi korporasi perusahaan di bursa saham dunia dalam industri sepakbola yang kini ditunjukkan keluarga Glazer ini bisa jadi menjadi trik mereka untuk menjerat pemodal lain untuk membeli saham Man United. Dan tentunya untuk meramaikan industri bola di masa mendatang. 

Baca berita sepak bola dan olahraga lainnya di
1