Suara-suara lantang penuh makna perlawanan disuarakan oleh koordinator aksi Bonek di Jakarta, Andi Peci saat memimpin massa bonek yang berada di stadion Tugu, Jakarta Utara.
Andi Peci mengutip sejumlah slogan-slogan yang acapkali disuarakan oleh aktifis 98, salah satunya ialah,
"Kami Bonek Indonesia bersumpah, berbangsa satu, bangsa kebenaran," kata Andi Peci.
Penggalan kata itu ini 'plesetan' dari Sumpah Pemuda 1928 yang kemudian dipopulerkan kembali oleh barisan aktifis 1998 saat menggulingkan Soeharto.
Selain itu, Andi Peci juga menyelipkan syair-syair yang ditulis oleh akfitis yang hingga saat ini masih belum diketahui keberadaannya, Wiji Thukul.
"Tunduk tertindas atau bangkit melawan. Jika mundur adalah pengkhianatan," kata Andi Peci.
Kata-kata itu ialah penggalan dari syair dari Wiji Thukul. Wiji Thukul ialah penyair asal Solo yang kemudian dikabarkan diculik dan menghilang pasca kerusuhan 27 Juli 1998.
Di akhir orasinya, Andi Peci lafalkan kalimat, "Allahu Akbar!"
Sebelumnya, puluhan suporter setia Persebaya 1927 yang bertekad memberikan dukungan kepada klub kesayangannya dalam bentuk aksi unjuk rasa pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Jakarta sudah mulai berdatangan. Militansi besar membuat mereka tak segan untuk bertolak dari Surabaya dengan membonceng truk kontainer.