Risdianto merupakan penyerang tajam Indonesia. Tak hanya di Persija, pemain asal Pasuruan, Jawa Timur, itu pun menjadi legenda Timnas Indonesia. Era 1970-an merupakan era emas bagi karier Risdianto.
Masuk ke Persija dari klub Pardedetex yang merupakan internal PSMS tahun 1971, Risdianto menjadi penyerang yang dibutuhkan Persija saat itu. Macan Kemayoran yang sedang melakukan regenerasi skuat juara 1964, membutuhkan bakat muda.
Masuk ke Persija pada usia 21 tahun dan punya tugas berat menggantikan peran legenda Soetjipto Soentoro, ternyata Risdianto mampu menunjukkan kualitasnya.
Di Persija, Risdianto mendapatkan banyak kesuksesan. Begitu juga saat membela Timnas Indonesia, nama Risdianto menjadi jaminan mutu dalam urusan membobol gawang lawan.
Tepat di hari ulang tahunnya, INDOSPORT mencoba merangkum nukilan momen emas Risdianto baik bersama Persija dan Indonesia.
1. Pengganti Soetjipto Soentoro di Persija dan Timnas Indonesia
Risdianto masuk ke Persija pada usia yang cukup muda. Saat itu Macan Kemayoran ingin melakukan peremajaan tim dengan banyak merekrut pemain-pemain berbakat dari penjuru Indonesia.
Nama Risdianto masuk ke Persija pada tahun 1971 dari klub UMS dan langsung diikutkan di kompetisi tahun 1971. Menariknya, Risdianto diplot sebagai pengganti Soetjipto Soentoro yang pensiun setelah kompetisi usai.
Meski tak berhasil membawa Persija juara, Risdianto menjadi andalan Macan Kemayoran dan beberapa kali mencetak gol penyelamat.
Baru pada musim kompetisi Risdianto menujukkan tajinya. Bersama pemain muda lainnya, seperti Sofyan Hadi, Anjas Asmara, Sutan Harhara, Iswadi Idris, dan Suhanta, Risdianto mampu membawa pulang juara ke Jakarta. Dahaga Jakarta akan gelar juara terpuaskan setelah terakhir kali merebut gelar juara pada tahun 1964.
Kiprahnya tak hanya di Persija. RIsdianto juga gemilang di Timnas Indonesia dan menjadi role model penyerang tahun 1970-an. Pemain yang murah senyum itu mampu membuat publik sepakbola Indonesia move on dari Soetjipto Soentoro.
2. Penentu Gelar Juara Persija Tahun 1973
Bermain di laga penentu melawan Persebaya Surabaya, Persija sempat tertekan pada awal pertandingan. Seperti lazimnya style permainan Persija yang telat panas, anak-anak Jakarta baru merespon ‘ajakan duel’ Persebaya pada babak kedua.
Persija yang mengandalkan permainan taktis, berkali-kali harus menerima permainan keras Persebaya yang kala itu diperkuat oleh Rusdy Bahalwan dan Johnny Fahamsyah.
Setelah berjam-jam kedua tim menyerang, maka tibalah waktunya Persija mendapat tendangan bebas di menit-menit akhir. Risdianto yang mengambil tendangan bebas melakukan keputusan jitu dengan tak langsung menendang ke gawang Harry Tjong.
Risdianto mengumpan ke Andi Lala yang sudah sigap untuk maju ke depan. Hasilnya, sepakan Andi Lala mampu membobol gawang Harry Tjong.
“Saya lihat Andi memberikan kode kepada saya untuk mengumpan, tadinya mau tendang langsung, tapi saya buat keputusan untuk memberikan umpan ke Andi Lala,” ujar Risdianto kepada penulis beberapa waktu yang lalu.
Pertandingan yang berlangsung bulan Desember itu akhirnya dimenangkan Persija, sekaligus memastikan gelar juara ke-7 bagi Si Merah-Putih. Gelar tersebut juga menjadi hadiah bagi warga Jakarta yang menanti datangnya gelar juara selama 9 tahun.
3. Menang Produktif dari Pele
Risdianto sudah menjelma menjadi penyerang liar Timnas Indonesia. Tahun 1972 Indonesia berkesempatan melawan Santos plus dengan Pele yang merupakan pemain legendaris dunia asal Brasil.
Risdianto mampu membuat penonton di Stadion Utama Senayan bersorak. Meski pada akhirnya Indonesia kalah 2-3, tapi Risdianto mampu mengungguli perolehan gol Pele. Risdianto mencetak dua gol sedangkan Pele hanya sebiji gol melalui titik putih penalti.
"Saya tak menduga bisa cetak gol ke gawang Santos. Saat itu saya hanya berusaha untuk bermain fokus dan percaya diri," kenang Risdianto yang dikutip dari Vivanews.
4. Menahan Imbang Manchester United di Jakarta
Manchester United datang ke Indonesia guna menjalani pertandingan keliling dunia usai Liga Inggris selesai tahun 1975. PSSI yang saat itu sedang mempersiapkan Timnas Indonesia untuk laga Pra Olimpiade, berani datangkan Manchester United dan Ajax Amsterdam sebagai lawan latih tanding.
Indonesia saat itu banyak dihuni pemain-pemain Persija tak kesulitan meladeni permainan Manchester United yang kala itu diisi oleh Martin Buchan dan Lou Macari. Pelatih United, Tommy Docherty kala itu juga ikut bermain meladeni permainan Indonesia.
Skuat Garuda diberitakan Harian Merdeka kala itu memberikan perlawanan yang sengit. Peluang-peluang Indonesia banyak lahir dari RIsdianto yang memang menjadi ujung tombak Indonesia.
Tak seperti saat melawan Santos, Risdianto gagal membobol gawang Manchester United. Namun, saat melawan Ajax, Risdianto kembali menujukkan tajinya.
5. Pembobol Gawang Ajax Amsterdam
Persija berkesempatan menjajal klub elite asal Belanda, Ajax Amsterdam. Kesempatan tersebut sebagai buah keberhasilan Persija menjuarai kompetisi tahun 1973.
Dalam pertandingan tersebut, Sinyo Aliandoe Boys main lepas dan menujukkan kualitas di depan para meneer Amsterdam.
Risdianto kembali menjadi ‘gacoan’ Ibukota. Menit-menit awal pertandingan, tanpa tedeng aling-aling, Risdianto maju ke depan dan memanfaatkan umpan dari lini tengah, dan hasilnya.. Baamm!!!! Persija unggul 1-0 melalui sontekan kaki Risdianto.
Sayang, Ajax akhirnya mampu menyamakan kedudukan melalui gol dari Johnny Rep. Meski tak menang, nama Risdianto masuk dalam sejarah klub sebagai pembobol gawang klub kuat, Ajax.