Liga Indonesia

Sejarah Persib Hapus Hegemoni Belanda di Kota Bandung

Selasa, 14 Maret 2017 08:26 WIB
Editor: Tengku Sufiyanto
 Copyright:

Hari ini, Selasa (14/03/17), menjadi tanggal yang istimewa untuk Persib Bandung. Tim Maung Bandung merayakan Hari Ulang Tahunnya (HUT) yang ke-84.

Gegap gempita warga Kota Bandung menyambut hari jadi kelahiran klub kesayangannya tersebut. Tak hanya Kota Bandung, HUT Persib juga dirayakan hampir mayoritas warga Jawa Barat.

Pasalnya, Persib bukan sekadar klub kebanggaan Kota Bandung melainkan Jawa Barat. Pangeran Biru mempunyai catatan sejarah yang panjang hingga bisa menjadi kebanggaan Kota Bandung hingga Jawa Barat. Bahkan, dalam catatan sejarah, Persib menghapus hagemoni Kolonial Belanda lewat sepakbola.

Persib Bandung saat menjadi juara ISL 2014.

Sejarah Awal Sepakbola Bandung

Sepakbola di Kota Bandung sudah ada jauh sebelum Persib lahir. Catatan sejarah yang minim membuat penelusuran semakin sulit dicari.

Namun, ada beberapa catatan sejarah yang menyatakan kalau sepakbola di Kota Bandung sudah ada sejak akhir abad ke-19. Para pemainnya ketika itu didominasi oleh orang-orang Belanda. Meski beberapa warga pribumi, Tionghoa, Arab, dan Ambon ikut bermain sepakbola.

Dalam perkembangannya klub pertama yang ada di Kota Bandung adalah Bandoeng Voetbal Club (BVC) pada tahun 1900, Bandoengsche Sport Vereniging Uitspanning Na Inspanning (POR UNI) dan Sport in de Open Lucht is Gezond (SIDOLIG) pada tahun 1903. Lalu muncul klub-klub lain macam Laat U Niet Overwinnen (Luno) dan perkumpulan sepakbola militer seperti Velocitas (Cimahi), Sparta, Luchtvaart Afdeeling (LA), Staats Spoors (SS), Yong Men's Combination (YMC, Tionghoa), Opleidingschool voor Inlandsche Ambetenaren (OSVIA, pribumi), dikutip dari buku Persib Juara karangan Endan Suhendra.

Pertandingan sepakbola di lapangan alun-alun Kota Bandung pada 1920-an akhir. (Sumber: Istimewa)

Semua klub tersebut bermain sepakbola di wilayah alun-alun Kota Bandung. Semua klub ini dinaungi sebuah bond atau perkumpulan sepakbola Belanda bernama Bandoengsche Voetbal Bond (BVB) pada tahun 1914. BVB yang akhirnya mengelola kompetisi di antara klub-klub tersebut.

Dalam perkembangannya, kaum nasionalis mencoba untuk mengalahkan hegemoni Kolonial Belanda dalam sepakbola. Bond yang didirikan sejumlah pergerakan nasional di Kota Bandung lahir dengan nama Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada tahun 1923. BIVB yang bakal menjadi cikal bakal Persib.

BIVB yang didirikan kaum pergerakan nasionalis dipimpin oleh Mr. Syamsudin. Kemudian wewenangnya diserahkan ke putra pejuang wanita Republik Indonesia, Dewi Sartika, R. Atot. Pasalnya, Syamsudin menuntut ilmu di Rechts Hooge School (RHS) Batavia.

Dua tokoh tersebut ikut andil dalam membidani lahirnya Persatuan Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) yang kemudian berganti nama dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta.

BIVB tak sendirian dalam mendirikan PSSI, ada Voetbalbond Indonesische Jacatra (Persija Jakarta, Sjamsoedin), Persatuan Sepakraga Mataram (PSIM Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo), Vorstenlandsche Voetbal Bond (Persis Solo, Soekarno), Madioensche Voetbal Bond (PSM Madiun, Kartodarmoedjo), Indonesische Voetbal Bond Magelang (PPSM Magelang, E.A Mangindaan), dan Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Persebaya Surabaya, Pamoedji).

Persib Bandung saat menghadapi PSIM Yogyakarta di kejuaraan PSSI 1932 (Sumber: Istimewa).

BIVB menggunakan lapangan Tegallega dan Ciroyom untuk mengadakan pertandingan sepakbola. Maklum, lapangan alun-alun Kota Bandung dikuasai oleh BVB dengan para klub anggotanya. Meski belum diketahui bagaimana anggota-anggota BIVB dan sistem kompetisinya. Namun disinyalir, kompetisi BIVB baru terjadi pada musim 1931/32 seiring keluarnya RAN sebagai juara sesuai keterangan dari data RSSSF.

Kemudian, BIVB menghilang. Muncul dua perkumpulan bond pribumi, yakni National Voetbal Bond (NVB) dan Persatuan Sepakbola Bandung (PSIB). Keduanya melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan Persib Bandung pada tanggal 14 Maret 1933.

Namun, nama PSIB masih melekat sampai tahun 1933. Hal itu terbukti dengan munculnya nama PSIB dalam sebuah turnamen untuk memeriahkan pembukaan Sportpark Tegallega, 9 September 1933 bersama VIJ dan MOSVIA, dikutip dari buku Persib Juara karangan Endan Suhendra.

Mantan pemain Persib Bandung era 1960-an, Max Timisela.

"Tanggal 14 Maret 1933 memang diambil sebagai lahirnya Persib Bandung," tegas mantan pemain Persib Bandung era 1960-an, Max Timisela kepada INDOSPORT yang diceritakan para leluhur Persib.

Di sisi lain, perkembangan bond Belanda menjadi runyam. BVB pecah menjadi dualisme dengan terbentuknya Bandoengsche Voetbal Unie (BVU) pada tahun 1934. Namun keduanya sepakat menghentikan pertikaian dengan membentuk Bandoeng Voetbal Bond yang kemudian berganti nama menjadi Voetbal Bond Bandoeng en Omstreken (VBBO) pada tanggal 15 Desember 1935.

Terpinggirkannya Persib dan Bersaing dengan VBBO

Persib dan VBBO bersaing di kancah sepakbola Bandung pada tahun 1935. Kedua tim saling unjuk gigi memperlihatkan kekuatannya.

Tim Maung Bandung masih menggunakan lapangan Tegallega dan Ciroyom warisan BIVB dengan menggelar kompetisi antar klub anggota yang dihuni oleh SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, Malta, dan Merapi.

Sementara itu, VBBO mempunyai kompetisi klub anggota yang dihuni UNI, SIDOLIG, Jong Ambon, Sparta, dan masih banyak lagi. Semua klub anggota VVBO juga masih menjalankan kompetisi warisan BVB.

Arsip pemberitaan Persib Bandung raih gelar juara Perserikatan 1937 di koran Olahraga. (Sumber: Istimewa).

"Di awal berdirinya, Persib cuma 11 anggota. UNI dan SIDOLIG masih masuk Belanda. Para anggota Persib bermain di Tegallega dan Ciroyom. Belanda main di alun-alun. Dulu 11 anggota mempunyai tiga kelas kompetisi, Divisi Utama, satu, dan dua. Tidak berdasarkan umur dan hanya kelas," kata wartawan senior Bandung, Endan Suhendra.

"Mereka berkompetisi. Bond itu tidak punya pemain. Persib dan VBBO mencari pemain dari klub-klub anggotanya. Dulu klub anggota Persib iuran untuk membiayai tim. Di awal-awal berdiri begitu," lanjut Endan.

Arsip soal kompetisi internal Persib di koran Olahraga 1937. (Sumber: Istimewa).

Memasuki era penjajahan Jepang, bond-bond di daerah Indonesia mengalami perubahan nama menjadi Persatuan Olah Raga Indonesia (PORI).

"Tahun 1942 kegiatan olahraga seizin Jepang. Sebenarnya sepakbola masih ada. Namun, atas penguasaan Jepang. Sesudah kemerdekaan, baru di tahun 1948, sepakbola ada lagi, Persib ada laga melawan Persija ketika itu," ungkap Endan.

Sebelum zaman penjajahan Jepang, itu Persib dapat menjadi juara Perserikatan tahun 1937 usai mengalahkan Persis Solo dengan skor 2-1 di lapangan Sriwedari, Mei 1937. Persib kala itu diperkuat Jasin, Arifin, Koetjid, Edang, Ibrahim Iskandar, Saban, Soegondo, Dimjati, Adang, Ana, dan Djadja, dikutip dari buku Persib Juara karangan Endan Suhendra.

Gelar Perserikatan 1937 menjadi bukti bahwa Persib mampu mengimbangi VBBO. Rasa nasionalisme menggelora jiwa kaum pribumi.

Koran Olahraga pada Maret 1937 yang membahas soal Persib Bandung.

Setelah itu, Persib gagal lolos ke putaran final usai kalah bersaing dengan Persija di tingkat distrik pada musim 1937/38. Sementara itu, VBBO mampu menjadi runner up NIVU (Federasi Sepakbola Kolonial Belanda) pada tahun 1938 dan 1939.

"Persaingan lebih nasionalis, saya pribumi dan setara dengan mereka. Walaupun sempat terpinggirkan mainnya," kata Endan yang juga merupakan pengepul arsip sejarah Persib.

Persib Hapus Hegemoni Belanda

Memasuki era kemerdekaan, VBBO mulai goyang. Rasa nasionalisme membuat Persib semakin berkembang memiliki banyak penonton.

"Sepakbola Belanda yang tergabung dalam VBBO mulai kalah bersaing. Mula-mula kekurangan penonton yang 'karena alasan politis' memilih nonton di pinggiran (Persib)," kata Alm Rachmatullah Ading Affandie (RAF) dalam buku Lintasan Sejarah Persib karangan R. Risnandar Soendoro.

Arsip VBBO menjadi PSBS. (Sumber: Istimewa)

Meski begitu, Persib kembali mendapatkan perlawanan dari Belanda saat Agresi Militer I dan II (1947-1948). Sepakbola Belanda hidup kembali di Kota Bandung dengan nama PSBS (Persatuan Sepak Bola Bandung dan Sekitarnya) yang merupakan taktik agar bisa disukai kaum pribumi (tidak mengenakan nama Belanda).

"Sepakbola Sinyo (Belanda) telah hidup kembali dengan lapangan elite, UNI, SIDOLIG, dan Sparta," kata Alm RAF dalam buku Persib Juara karangan Endan Suhendra.

Arsip pertandingan Persib-Persija tahun 1949. (Sumber: Istimewa).

Seiring berjalannya waktu, Persib tetap menunjukkan kekuatannya. Tim Maung Bandung mampu menghapus hegemoni Belanda. UNI, SIDOLIG, dan Sparta bergabung bersama Persib. Begitu pun beberapa klub Belanda macam Jong Ambon juga ikut bergabung pada tahun 1950-an.

"Kemudian para pemainnya tergabung dengan Persib. Sampai akhirnya bertekuk lutut mengajak fusi dengan PSSI," ujar Alm RAF dalam buku Lintasan Sejarah Persib karangan R. Risnandar Soendoro.

"Ada perbedaan antara kota-kota dalam proses fusi dengan perkumpulan Belanda. Kalau di Jakarta, Medan, Surabaya, fusi terasa benar hingga Persija, Persebaya, Medan, pemain dan pengurusnya 90 persen berasal dari tim Belanda. Tapi di Bandung, tidak ada fusi. VBBO praktis membubarkan diri dan perkumpulan-perkumpulannya mendaftarkan diri ke Persib. Dalam tim Persib sedikit sekali pemain yang berasal dari VBBO. Barangkali pada permulaannya hanya Freddy, Wagiman, Ong Boen Jin, Lepel. Yang lainnya pemain asli Persib, sehingga orang-orang lapangan Cilentah, Tegallega, atau Cibuntu tidak pangling," tambahnya.

Arsip para klub-klub bond Belanda gabung ke Persib. (Sumber: Istimewa).

Bergabungnya UNI dan kawan-kawan, lantas secara tidak langsung membuat Persib yang tadinya menjadi klub terpinggirkan mulai bermain di Kota Bandung. Persib berhak menggunakan lapangan SIDOLIG dan alun-alun.

"Dahulu memang setelah pasca kemerdekaan ada keharusan satu kota hanya punya satu bond sepakbola. Maka dari itu namanya Perserikatan," ujar Endan.

"Mereka gabung ke Persib. Ada Uni, Sidolig, Jong Ambon, dan yang lainnya bubar. Pemainnya masih campuran, Persib main di Kerjurnas 1950 masih ada Belanda. Persib masih bermain di Tegallega dan Ciroyom. Setelah UNI dan Sidolig gabung, ada andilnya Persib main di kota. Itu dua klub besar di dua kompetisi Belanda. Persib menang persaingan dengan klub Belanda," kata Endan.

Persib Mulai Jadi Kebanggaan Kota Bandung dan Jawa Barat

Persib menjadi satu-satunya klub sepakbola besar di Kota Bandung. Kompetisi internal Maung Bandung terus berjalan. Masyarakat Kota Bandung dan sekitarnya makin banyak yang datang ke lapangan.

"Kita dari UNI dulu melalui kompetisi, baru masuk Persib dari 1962-79. UNI lahirnya 1903, waktu itu masih Belanda, kita akhirnya masuk Persib," kata Max Timisela.

"Saya mainnya di alun-alun. Suasana ramai, di alun-alun pusat kota jadi banyak yang nonton. Fanatisme daerah besar sekali. Sudah mulai terasa fanatisme kebanggaan Persib sebagai klub kebanggan Jawa Barat, masyarakat datang dari daerah-daerah di Jawa Barat hanya untuk menonton Persib," tambah Max.

Arsip sejarah Persib Bandung di era 1963-1970-an. (Sumber: Istimewa).

Persib mulai dikenal banyak orang Jawa Barat dan menjadi klub kebanggaan. Hal itu tidak terlepas dari juara Perserikatan tahun 1961. Lapangan SIDOLIG sudah tidak mampu menampung banyaknya penonton.

Persib kemudian pindah ke Stadion Siliwangi (lapangan Sparta dahulunya). Pindahnya tim Maung Bandung tidak terlepas dari pengurus Persib yang dihuni beberapa anggota Kodam Siliwangi ketika itu.

"Kalau Siliwangi baru tahun 1960-an. Banyak pengurus dari Kodam Siliwangi. Termasuk bapaknya Risnandar, veteran tentara (R. Soendoro), pernah jadi Ketua Umum Persib," kata Endan.

Djajang Nurdjaman menjadi salah satu pemain emas yang pernah dimiliki Persib Bandung.

Persib semakin mengguncang Jawa Barat seiring mendapatkan gelar Perserikatan tahun 1986, 1990, dan 1994, serta juara Liga Indonesia 1995. Tim Maung Bandung seiring berjalannya waktu melahirkan pemain-pemain hebat macam Aang Witarsa, Omo Suratmo, Robby Darwis, Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Yana Rodiana, Subangkit, Djajang Nurdjaman, dan Dede Rosadi. 

"Fanatisme kedaerahan juga mewakili kebesaran Persib, karena rasa memiliki local hero atau putra daerah sudah ada sejak dulu dari rasa nasionalisme. Kebanggaan daerahnya, dan itu masih dirasakan sampai sekarang. Masyarakat lebih senang melihat putra daerah main ketimbang pemain non-daerah," ujar Endan.

"Bobotoh di era saya main dan sekarang sangat berbeda. Dulu, komunitasnya satu keluarga nonton bola tanpa dikoordinasi atau tanpa diajak. Mereka semua pecinta Persib yang luar biasa. Saat saya bersama Persib mau main di final Perserikatan tahun 1986, Bobotoh ke Jakarta. Di setiap jalan ke Jakarta, para Bobotoh yang tidak ikut menggelar nonton bareng di jalan. Ini sangat luar biasa," ujar pelatih Persib Bandung saat ini, Djajang Nurdjaman, menggambarkan fanatisme warga Jawa Barat tergabung dalam Bobotoh.

Bobotoh Persib Bandung.

Berkembangnya sepakbola nasional ke arah profesional, membuat klub-klub harus melepas ketergantungannya pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Klub-klub sepakbola mulai ke arah profesionalisme dari segi administrasi dengan membangun perusahaan terbatas. Infrastruktur termasuk daya tampung penonton menjadi syarat ketat untuk sebuah klub melakoni kompetisi resmi PSSI. Hal tersebut membuat Persib harus mencari stadion yang kapasitasnya lebih besar.

"Kalau di Si Jalak Harupat dan Gelora Bandung Lautan Api ketika era APBD dihapus. Saya tahu Persib ke Jalak di era Indonesia Super League (ISL). Karena PSSI ketat soal infrastruktur. Tahun 2005 Jalak Harupat jadi, tahun 2010 mulai pindah ke sana sepenuhnya. Tahun 2008 dan 2009, Persib hanya menggunakan Jalak Harupat saat pertandingan besar saja," kata Endan.

Para pemain Persib Bandung saat ini.

Persib pun makin menjadi salah satu klub papan atas Tanah Air usai menjadi juara ISL 2014. Kini, Persib dikenal sebagai klub kebanggaan Kota Bandung hingga Jawa Barat, bahkan seluruh Indonesia. Tim Maung Bandung merupakan salah satu klub dengan basis suporter terbanyak di Indonesia.

"Persib harus kami jaga karena merupakan budaya di Jawa Barat, khususnya di Bandung," ungkap salah satu dedengkot Bobotoh yang juga merupakan Dirigen Viking, Yana Umar.

Selamat ulang tahun yang ke-84 untuk Persib Bandung. Jayalah Persib !!!

720