Lewat Buku Sanggraha, Nugroho Ingin Sentil Pemerintah DKI

Minggu, 30 April 2017 05:39 WIB
Penulis: Muhammad Adiyaksa | Editor: Ahmad Priobudiyono
© Muhammad Adiyaksa/INDOSPORT
Seorang pewarta foto Nugroho Sejati, yang menuliskan buku kisah penggusuran Stadion Lebak Bulus. Copyright: © Muhammad Adiyaksa/INDOSPORT
Seorang pewarta foto Nugroho Sejati, yang menuliskan buku kisah penggusuran Stadion Lebak Bulus.

Pewarta foto yang juga suporter Persija Jakarta, Nugroho Sejati mengungkapkan alasan dirinya menulis buku fotografi yang berjudul 'Sanggraha'. Buku tersebut mengisahkan peristiwa tergusurnya Stadion Lebak Bulus oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Nugroho menerangkan, selain karena dirinya merupakan pendukung Macan Kemayoran, buku tersebut juga terselip makna kritikan terhadap Pemprov DKI. Menurutnya, klub ibu kota sekelas Persija tidak harus terusir dari rumahnya karena tidak memiliki stadion.

Mulai dari Stadion Ikada, Menteng, dan Lebak Bulus, dihancurkan Pemprov DKI Jakarta. Nahasnya, Pemprov DKI tidak memberikan pengganti terhadap penggusuran stadion-stadion tersebut.

© Muhammad Adiyaksa/INDOSPORT
Buku karya pewarta foto Nugroho Sejati. Copyright: Muhammad Adiyaksa/INDOSPORTBuku karya pewarta foto Nugroho Sejati, berjudul Sanggraha.

"Basic saya sendiri kan fotografer, kebetulan juga suporter Persija, sudah lama memikirkan sebuah project tentang stadion," ucap Nugroho ditemui di peluncuran buku 'Pessanggraha' di Pasar Santa, Jakarta Selatan., Sabtu (29/04/17).

"Dalam perjalanannya, dipilih tema Stadion Lebak Bulus menjadi project yang akan saya kerjakan," tambahnya.

Lewat buku ini, Nugroho berharap suporter Persija tak pernah lupa bahwa mereka pernah eksis dan berasal dari Stadion Lebak Bulus.

"Lebak Bulus itu unik, mungkin satu-satunya di Indonesia, tribunnya langsung berhadapan dengan lapangan, tanpa dipisahkan trek lari," kata Nugroho.

Di sisi lain, Nugroho tak menampik bahwa kebijakan Pemprov DKI yang hobi menggusur tersebut bakal sadar dengan dimuatnya kisah pilu dalam buku karyanya itu.

"Ini bentuk kritik kami kepada pemerintah Jakarta, sedikit atau besarnya pengaruh buku ini, mudah-mudahan sampai di telinga mereka," pungkasnya.

400