Liga 2

Mahruzar Juru Taktik PSMS yang Mengabdi untuk Sepakbola

Kamis, 4 Mei 2017 08:59 WIB
Editor: Ahmad Priobudiyono
© Kesuma Ramadhan/Indosport
Pelatih PSMS Medan, Mahruzar Nasution. Copyright: © Kesuma Ramadhan/Indosport
Pelatih PSMS Medan, Mahruzar Nasution.

Bagi sebagian orang, sepakbola adalah olahraga yang ditekuni sebagai hobi dan pengisi waktu luang. Tapi tidak untuk Mahruzar Nasution. Juru taktik PSMS Medan yang lahir di Pangkalan Brandan, 5 Oktober 1973 silam ini menganggap sepakbola sebagai profesi dan pilihan hidup.

Bagaimana tidak, dari kulit bundar inilah Mahruzar menapaki karier. Berangkat dari pemain bola tingkat pelajar, mahasiswa hingga liga profesional, lalu meneruskannya ke kursi kepelatihan.

Bagaimanakah perjalanannya? Berikut penuturan Mahruzar saat disambangi INDOSPORT di Mess Kebun Bunga, Rabu (03/05/17) sore. Dalam kesempatan itu, sulung dari tiga bersaudara ini memulai dengan mengisahkan awal perjalanan kariernya.

© Kesuma Ramadhan/Indosport
Mahruzar Nasution pelatih PSMS Medan Copyright: Kesuma Ramadhan/IndosportPelatih PSMS Medan, Mahruzar Nasution (tengah) saat memberi arahan kepada anak asuhnya.

Saat itu, Mahruzar tercatat sebagai pemain Pusat Pembinaan dan Olahraga Pelajar (PPLP) Sumut tahun 1990-1991. Berkat konsistensi dan keseriusannya di dunia bola, Mahruzar lalu mendapatkan beasiswa di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta dan ikut bergabung di Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Mahasiswa (PPLM). 

Sebagai pemain belakang bertalenta, tak sulit bagi Mahruzar untuk mendapatkan klub profesional. Bahkan, klub papan atas seperti Persija Jakarta terpincut dan menjadikannya pemain pilihan utama selama enam tahun yakni 1994-2000. 

Tak sampai di situ, Mahruzar juga sempat menjadi pemain inti di klub besar lain yakni Persikota dan Persita Tanggerang. Hal ini jugalah yang menjadi alasan dirinya tak sempat menamatkan bangku kuliah. 

"Sayang juga sebenarnya kuliah gak sempat tamat karena harus intens di dunia bola. Tapi itulah konsekuensi, karena bola sudah menjadi pilihan hidup saya," sebut buah hati Nazarudin Nasution dan Rismaniar ini.

© Kesuma Ramadhan/Indosport
Mahruzar Nasution pelatih PSMS Medan. Copyright: Kesuma Ramadhan/IndosportPelatih PSMS Medan, Mahruzar Nasution (tengah) saat memberi arahan kepada anak asuhnya.

Keseriusannya di olahraga yang cukup digandrungi kaum Adam ini turut mengantarkan dirinya masuk dalam kesatuan Angkatan Darat. Bahkan, prajurit TNI AD berpangkat Kapten Infanteri (Inf) ini juga dipercaya bertugas di dinas DENMA Mabes AD.

"Sebagai seorang prajurit saya memiliki tanggung jawab tugas di DENMA Mabes AD. Sebagai seorang pemain dan pelatih bola saya juga memiliki tanggung jawab di klub. Dua hal inilah yang saya jalani secara beriringan," sebut ayah kandung Khalil Fatan Perkasa Nasution ini.

Tak ingin mengakhiri karier bolanya sebagai pemain, Mahruzar lalu memutuskan menekuni dunia kepelatihan. 

Berangkat dari lisensi D di Akademi Asiop Apac Inti Mahruzar terus melanjutkannya hingga mendapatkan lisensi B AFC. Sejumlah klub pun pernah dilatihnya. Dari PSAD,PS TNI, asisten pelatih U-16 dan U-19 dan teranyar menjadi pelatih Ayam Kinantan julukan PSMS Medan.

© Kesuma Ramadhan/Indosport
Mahruzar Nasution pelatih PSMS Medan Copyright: Kesuma Ramadhan/IndosportPelatih PSMS Medan, Mahruzar Nasution (tengah) saat memberi arahan kepada anak asuhnya.

Kini tantangan berat itu berada di pundaknya. Mendapat perintah sekaligus amanah dari Pembina PSMS, Edi Rahmayadi yang juga menjabat Pangkostrad, Mahruzar harus bisa mengembalikan kejayaan PSMS apalagi kalau bukan mengantarkannya ke liga kasta tertinggi di tanah air.

"Tentu saja ada tantangan berat melatih PSMS ini. Target utama yang harus didapat yakni naik ke liga satu. Tapi saya yakin ini bisa kita peroleh lewat kerja keras semua pihak termasuk pemain. Intinya, kami tetap fokus untuk target itu, apapun kendalanya akan dihadapi," tegas Mahruzar.

Ternyata ada sisi lain Mahruzar memilih PSMS di balik banyaknya tawaran klub yang datang menghampiri. Apalagi kalau bukan keinginan mengharumkan nama besar daerah kelahirannya.

Ya, tanggung jawab besar dan keinginan mulia itu kini berbaur, menyatu dan berjibaku di lapangan hijau. Bagaimana hasil akhir menjadi penentu? Tentu tekad besar dan kerja keraslah yang nantinya menjawab lika-liku perjalanan si kulit bundar di depan ribuan mata yang setia menyaksikannya.

104