Perjuangan Mulia Aliyudin Damaikan Bobotoh dan Jakmania

Jumat, 4 Agustus 2017 14:15 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Ramadhan
© Muhammad Ginanjar/Indosport.com
Almarhum Ricko Andrean yang merupakan korban pemukulan oknum bobotoh hingga meninggal dunia di laga Persib kontra Persija, Sabtu (22/7/2017) lalu, terus mendapatkan simpati termasuk dari Aliyudin. Copyright: © Muhammad Ginanjar/Indosport.com
Almarhum Ricko Andrean yang merupakan korban pemukulan oknum bobotoh hingga meninggal dunia di laga Persib kontra Persija, Sabtu (22/7/2017) lalu, terus mendapatkan simpati termasuk dari Aliyudin.

Rivalitas antara Bobotoh dan Jakmania saat ini tengah menuju ke jalan yang lebih baik. Mantan pemain Persib Bandung dan Persija Jakarta, Aliyudin, ikut angkat bicara soal gesekan kedua kelompok suporter tersebut dan ingin menebar virus perdamaian.

Aliyudin sendiri menyempatkan diri mengunjungi rumah almarhum Ricko Andrean, Kamis (03/08/17) kemarin di Cicadas, Kota Bandung. Ricko sendiri merupakan Bobotoh yang meninggal dunia akibat dikeroyok sesama Bobotoh pada laga Liga 1 antara Persib vs Persija di Stadion GBLA, beberapa waktu lalu.

Aliyudin sendiri berharap perdamaian bisa dicapai antara Bobotoh dan Jakmania. Ia ingin hal itu tak hanya sekedar wacana saja dan harus diwujudkan segera.

“Perdamaian antara teman-teman Bobotoh dan Jakmania jangan hanya menjadi wacana dan harus terwujud menjadi nyata,” ujar mantan pemain Persija dan Persib, Aliyudin.

©
Caption Copyright: Mantan pemain Persib Bandung dan Persija Jakarta, Aliyudin.

“Saya sangat mengapresiasi besar kepada kedua pihak yang sepakat dan berkomitmen akan berjuang mewujudkan perdamaian, serta mengakhiri perseteruan yang sudah berlangsung cukup lama.”

Aliyudin yang pernah berseragam Persib dan Persija itu tahu betul tensi panas persaingan kedua suporter. Maka dari itu, mantan pemain Sriwijaya FC itu berharap perdamaian bisa mulai diwujudkan dari wilayah perbatasan, di mana kelompok suporter kedua tim rentan mengalami gesekan.

“Saya berharap niat baik ini dapat dipahami dan dijalani para kader atau simpatisan kedua kelompok hingga tingkatan akar rumput di bawah. Terlebih dapat dilakukan oleh mereka yang berada di kawasan perbatasan seperti di Bogor, Bekasi, Depok dan sekitarnya.”

© INDOSPORT/Istimewa
Bobotoh dan Jakmania. Copyright: INDOSPORT/IstimewaBobotoh dan Jakmania.

“Kenapa harus dilakukan oleh mereka yang berada di perbatasan? Karena intensitas pertemuan mereka cukup sering dan selalu berpotensi terjadi gesekan. Para pengurus kedua kelompok yang berada di perbatasan harus lebih intens menjalin komunikasi demi terciptanya perdamaian.”

Misi mulia Aliyudin untuk memulai perdamaian dari wilayah perbatasan pun tak lepas dari tempat tinggalnya yang berada di Bogor. Pemain berusia 37 tahun itu mengenal kultur dan karakter orang-orang perbatasan, terutama dari kalangan Bobotoh dan Jakmania.

“Saya tinggal dan beraktifitas di Bogor. Saya tahu persis kondisi mereka yang berada di kawasan perbatasan. Mereka semua teman saya. Karena itu, sebagai wujud dukungan perdamaian dan tanggung jawab moril sebagai mantan pemain Persija dan Persib, saya akan berusaha aktif memfasilitasi keduanya untuk melakukan komunikasi agar tidak buntu.”

© Twitter@detikcom
Situasi adu mulut pemain Persib Bandung vs Persija Jakarta. Copyright: Twitter@detikcomSituasi adu mulut pemain Persib Bandung vs Persija Jakarta.

“Semoga, gelombang dukungan perdamaian yang saat ini sedang digaungkan dapat terus membesar dan menyebar ke seluruh lapisan. Sudah saatnya kita mengembalikan marwah sepakbola sebagai alat persatuan, bukan perpecahan.”

Aliyudin pun tak main-main dengan misinya untuk mendamaikan Bobotoh dan Jakmania. Terakhir, pemilik total sembilan caps bersama Timnas Indonesia itu menegaskan kembali bahwa hakikat sebagai manusia lah yang harusnya dijunjung tinggi setiap suporter sepakbola, agar sama-sama merasa sebagai saudara, meski berbeda pilihan klub.

“Bila sepakbola hanya akan melahirkan perpecahan dan hilangnya nyawa seseorang, untuk apa ada sepakbola? Sebelum menjadi pecinta sepakbola, kita sudah lebih dulu menjadi manusia. Karena itu, mari kita tanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam sepakbola.”

3.3K