Terkait aksi keprihatinan fans Cilegon United yang dilakukan hingga kini lewat spanduk-spanduk mereka, dan menyeret pemerintah kota Cilegon, akhirnya Plt Walikota Cilegon, Edi Ariadi angkat bicara soal hal tersebut.
Seperti dilansir Banten News, Edi sendiri menampik kabar bahwa pemerintah kota Cilegon seakan menutup mata soal kasus yang tengah menimpa klub sepakbola yang mereka miliki itu. Ia mengungkapkan bahwa kini pemkot sendiri masih mempelajari kasus tersebut.
Yudhi Apriyanto bersama tim Cilegon United."Sebenarnya kita juga lagi mempelajari. CUFC (Cilegon United) itu kan sebenarnya adalah badan usaha, jadi seharusnya dia dong yang lebih banyak bergerak (mencari sumber pendanaan). Aturannya kan Pemda itu cuma pembina, jadi nggak boleh langsung mengelola CU. Marketingnya harus jalan dong," kata Edi.
Spanduk protes yang terpampang di JPO terkait Cilegon United itu sendiri sebenarnya berisikan tentang keinginan para fans agar pemerintah kota tidak menutup mata dan bertindak menyelamatkan klub asal kota Cilegon tersebut.
Namun, ketika Edi menjelaskan terkait larangan untuk adanya intervensi Pemda dalam aturan yang ada, ia sendiri menilai seharusnya pemasangan spanduk protes tersebut ditujukan pada pihak manajemen Cilegon United.
"Spanduk itu ditujukan ke manajemen Cu lho, bukan Pemda. Nah, manajemen CU siapa, kan Yudi (Yudi Aprianto). Saya setuju save CU, cuma ketika Pemda harus di depan, itu menyalahi aturan," ungkap Edi lagi.
Spanduk protes untuk Cilegon UnitedKasus dugaan korupsi memang mewarnai kiprah Cilegon United di pentas Liga 2 musim ini. Wali Kota Cilegon, Tubagus Imam Aryadi, bahkan menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan menggunakan klub Liga 2 ini sebagai alat penambah kekayaan pribadi.
Yudhi Aprianto, CEO Cilegon United ikut diciduk KPK karena disinyalir ikut andil dalam kasus ini. Hal ini buntut dari dugaan penerimaan suap sebesar Rp1,5 miliar, terkait proses perizinan Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Cilegon.