Liga Indonesia

Piala Presiden 2018: Hapus Masa Lalu Kelam dan Kejutan Tim dengan Pemain Buangan

Minggu, 18 Februari 2018 17:53 WIB
Editor: Lanjar Wiratri
 Copyright:

Sebagaimana hakikat utamanya menaikan kembali harkat sportifitas olahraga sepakbola, kehadiran Piala Presiden 2018 merupakan hiburan bagi banyak rakyat Indonesia. Selain tentunya sebagai penanda untu menghapus kisah kelam masa lalu sepakbola Indonesia yang kerap dibumbui kepentingan politik dan berujung dualisme di tubuh PSSI selaku federasi sepakbola tertinggi di Tanah Air.

Masih lekat dalam ingatan pada 2003 silam. Saat itu, kesucian PSSI tercoreng dan ternoda di mata dunia. Eksistensi sang ketua umum, Nurdin Halid, yang kala itu berada di jeruji besi namun tetap menyetir kebijakan hingga mengeluarkan beragam keputusan kontroversial tentu tak akan terlupakan.

Beruntung, 1 April 2011, rezim Nurdin Halid, namun hal tersebut tak membuat kondisi sepakbola Indonesia semakin membaik. Rezim penguasa PSSI berganti, namun dualisme di tubuh PSSI tak kunjung berakhir, hingga puncaknya di bawah kepempinan La Nyalla Mataliti, sepakbola Indonesia dibekukan FIFA.

Kekosongan kompetisi akibat pembekuan pada 2015 membuat Mahaka Sports and Entertainment hadir dengan menggagas Piala Presiden. Turnamen yang digagas sebagai pengganti Liga Super Indonesia ini coba menghapus dahaga pencinta bola tanah air.

© Istimewa
Bobotoh arak Persib Bandung juara Piala Presiden 2015. Copyright: IstimewaBobotoh arak Persib Bandung juara Piala Presiden 2015.

Stadion Gelora Bung Karno (GBK) yang kala itu seperti mati suri karena tak ada lagi pertandingan yang dimainkan baik oleh klub maupun Tim Nasional (Timnas Indonesia), menggema lagi. Rumput stadion turut menjadi saksi bisu di balik kerinduan para pencinta sepakbola yang tak tahan melihat kaki-kaki kokoh berlari di atas tubuh mereka.

Pada tahun itu, Persib Bandung keluar sebagai kampiun dan meraih trofi Piala Presiden perdana. Maung Bandung berjaya di bawah tangan dingin pelatih Djajang Nurjaman alias Djanur, sosok pelatih kharismatik yang menjadi idola Bobotoh.

Dua tahun berikutnya atau tepatnya 2017, Piala Presiden kembali digelar dan kado manis menyertai usai FIFA memutuskan menghapus sanksi kepada PSSI.  Namun, ada yang berbeda pada gelaran Piala Presiden kedua, selain tahta juara yang berpindah ke Kota Malang usai Arema berhasil mengukuhkan dirinya sebagai tim terbaik, pelaksana turnamen saat itu tak lagi melibatkan Mahaka Sports and Entertainment dalam perhelatannya.

Tahun ini, Piala Presiden kembali digelar untuk ketiga kalinya. Masih menjadi salah satu turnamen bergengsi karena 20 tim yang mengikuti ajang tersebut nyaris menurunkan kekuatan penuh meski banyak yang menyebut ajang Piala Presiden hanya pemanasan jelang bergulirnya Liga 1.

Keunikan dari Piala Presiden tahun ini, yakni melibatkan seluruh tim yang ada di Indonesia, dari tim kasta atas, tim promosi, tim debutan hingga tim kasta kedua yang saling berlomba demi prestasi dan nama baik klub. Satu di antara puluhan tim yang turut andil dan menarik untuk diulas ialah PSMS Medan.

Sebagai tim promosi, tim berjuluk Ayam Kinantian tersebut menghadirkan beragam kejutan dalam debutnya di Piala Presiden. Mengawali langkahnya, PSMS Medan harus menerima kenyataan pahit tergabung dalam grup maut bersama tim papan atas Liga 1 musim lalu, yakni PSM Makassar, Sriwijaya FC dan tuan rumah Persib Bandung. 

© INDOSPORT
PSMS Medan Copyright: INDOSPORTPSMS Medan

Siapa sangka, PSMS yang dicap sebagai tim underdog justru lolos secara meyakinkan menemani Sriwijaya. Tak cuma lolos, tim kebanggaan masyarakat Sumatera Utara (Sumut), khususnya Medan itu mampu memenuhi target yang dibebankan manajemen klub. 

Dua kemenangan dari PSM dan Persib cukup menghantarkan mereka ke babak perempatfinal dengan status satu di antara tiga runner up terbaik. 

Perjuangan heroik, pantang menyerah dan tak kenal lelah yang selalu diperagakan penggawa PSMS di setiap laga membuat tim ini kian diperhitungkan. Ditambah lagi, pelatih kurus yang jeli dan pernah membawa Persib menjuarai Piala Presiden pertama,  yakni Djajang Nurjaman, menjadi sosok penting di balik hasil positif yang diraih PSMS. 

Lewat tangan dinginnya, Coach Djanur, sapaan akrab Djajang Nurjaman, mampu menyulap pemain biasa menjadi luar biasa. 

© Harry Ibrahim/INDOSPORT
Pelatih PSMS Medan, Jajang Nurdjaman. Harry Ibrahim Copyright: Harry Ibrahim/INDOSPORTPelatih PSMS Medan, Jajang Nurdjaman. Harry Ibrahim

Sejumlah nama yang pemain yang tak lagi dipertahankan klub asalnya seperti M Roby dan Amarzukih yang didepak Persij hingga Jajang Sukmara yang meninggalkan Persib karena tak lagi mendapatkan kesempatan bermain mampu berkontribusi besar dan mengantarkan PSMS menembus semifinal. Meski pada akhirnya, Ayam Kinantan harus melihat persaingan sesungguhnya usai berturut-turut ditumbangkan Persija dengan skor 3-1 di leg pertama dan 1-0  di leg kedua semifinal.

"Mungkin di sana tidak dipakai, tapi di sini kita butuhkan," ujar Djanur saat disinggung mengenai alasannya memilih banyak pemain 'buangan'.

Hingga puncaknya, PSMS Medan berhasil mengunci peringkat empat Piala Presiden 2018 setelah di perebutan tempat ketiga mereka harus mengakui keunggulan Sriwijaya FC yang menang dengan skor telak, 4-0.Namun kiprah PSMS sebagai tim promosi dengan banyak kekurangan namun mampu menembus empat besar Piala Presiden 2018 tentunya harus diapresiasi.

"Pertandingan tadi, meski kalah namun bisa memberi yang terbaik. Kami tim promosi dan bisa sampai di semifinal dan jadi juara empat. Kami harus banyak belajar dan konsisen di setiap pertandingan," ungkap mantan pelatih Persib Bandung tersebut usai laga. 

© Harry Ibrahim/INDOSPORT
Striker Sriwijaya FC, Alberto Goncalves (kedua kiri) mencoba membobol gawang PSMS Medan yang dikawal Abdul Rohim. Harry Ibrahim Copyright: Harry Ibrahim/INDOSPORTStriker Sriwijaya FC, Alberto Goncalves (kedua kiri) mencoba membobol gawang PSMS Medan yang dikawal Abdul Rohim. Harry Ibrahim

Meski begitu, sejak jauh hari Djanur berkeyakinan dengan menggabungkan pemain berpengalaman dan pemain muda PSMS yang minim pengalaman di Liga 1 akan  membuat klub PSMS menjadi lebih kuat. Apa yang diungkap Djanur cukup terbukti dan membuat klub ini kian diperhitungkan dan sihirnya seakan tak pernah berhenti dan terus membawa aura positif di dalam tim.

Meski ekspektasi menggenggam trofi Piala Presiden 2018 belum terwujud, namun Ayam Kinantan telah berhasil membuktikan jika mereka bukanlah tim yang pantas dipandang sebelah mata. Djanur akan melanjutkan kiprahnya di Liga 1 dan tentunya masih banyak kejutan yang mungkin akan terjadi di kompetisi Liga 1 musim baru nanti. 

536