In-depth

Chiellini Cedera Parah, Bahaya Bonucci Menanti Juventus

Sabtu, 31 Agustus 2019 16:29 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Alessandro Sabattini/Getty Images
Selebrasi dua pemain Juventus, Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci usai mencetak gol pada pertandingan Serie A Italia. Copyright: © Alessandro Sabattini/Getty Images
Selebrasi dua pemain Juventus, Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci usai mencetak gol pada pertandingan Serie A Italia.

INDOSPORT. COM - Juventus sepertinya harus bersiap terkena dampak serius dari cederanya Giorgio Chiellini. Tanpa sang kapten, Juventus bukan mustahil akan hancur lebur diserang bahaya Leonardo Bonucci.

Sebuah kabar buruk tiba-tiba datang menghampiri Juventus di awal musim 2019/20. Kapten Juventus, Giorgio Chiellini harus menepi cukup lama akibat dibekap cedera parah.

Chiellini mendapatkan cederanya ketika menjalani latihan bersama Juventus, Jumat (30/08/19) kemarin. Bek berusia 35 tahun itu disebutkan menderita cedera anterior cruciate ligament (ACL) pada bagian lutut kanannya.

Cedera ini mau tidak mau harus membuat Chiellini menepi. Sayangnya, menurut hasil pemeriksaan tim medis, Chiellini membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk menjalani masa penyembuhan.

Kalau diterka secara teknis, cederanya Chiellini memang tak akan banyak memengaruhi kekuatan lini belakang Juventus. Toh, skuat asuhan Maurizio Sarri masih punya tiga bek yang kualitasnya cukup bersaing, yakni Leonardo Bonucci, Matthijs de Ligt, dan Merih Demiral.

Bonucci sudah kenyang pengalaman sebagai seorang bek tengah. Usianya kini menginjak 32 tahun, dan tetap mampu mendapatkan menit bermain reguler bersama Juventus.

Sementara dua nama terakhir, De Ligt dan Demiral, merupakan sosok bek muda potensial. Musim lalu, De Ligt begitu bersinar bersama Ajax Amsterdam, dan Demiral menjadi tumpuan klub Serie A Italia, Sassuolo.

Juventus sejatinya masih punya sosok Daniele Rugani. Akan tetapi, jebolan akademi Juventus itu tak kunjung memperlihatkan performa apik sejak debut di tim senior pada 2015. Dia pun digosipkan akan dijual pada tenggat transfer musim panas 2019.

Masalah yang mungkin mendera Juventus akibat absennya Chiellini lantas lebih tertuju kepada persoalan jabatan kapten tim. Juventus akan kehilangan sosok pemimpin yang sesungguhnya selama kurang lebih enam bulan ke depan.

Kalau berdasarkan keputusan pelatih Juventus, Maurizio Sarri, dirinya memilih Bonucci untuk mengemban jabatan kapten tim setelah Chiellini. Sarri menilai, bahwa Bonucci punya pengalaman yang cukup untuk dipercaya memegang tahta wakil kapten Juventus.

"Kalau Giorgio (Chiellini) tidak ada, kami akan menggunakan pemain lainnya yang punya jam terbang tinggi, dan Bonnuci adalah sosok tepat," ungkap Sarri seperti dikutip dari Football Italia.

Pertanyaannya sekarang, apakah Bonucci layak untuk mengembang jabatan kapten Juventus? Jika melihat rekam jejak Bonucci, mungkin banyak pihak yang akan meragukannya.

Kala Membela AC Milan

© Getty Images
Leonardo Bonucci saat melakukan selebrasi usai mencetak gol untuk Milan ke gawang Juventus. Copyright: Getty ImagesLeonardo Bonucci saat melakukan selebrasi usai mencetak gol untuk Milan ke gawang Juventus.

Jabatan kapten bukan hanya sekedar tentang lambang di lengan kiri. Bertindak sebagai kapten, berarti juga harus siap menjadi sosok teladan bagi para pemain lainnya.

Sarri pun turut menyadari akan arti penting jabatan kapten di timnya. Eks juru taktik Chelsea itu bahkan sedari awal sudah menjelaskan secara rinci terkait tugas dari seorang kapten Juventus.

"Ban kapten yang melingkar di lengan kiri hanyalah simbol. Tapi, makna kapten yang sesungguhnya haruslah mampu memberikan teladan kepada pemain lainnya," ujar Sarri.

Chiellini menepi selama enam bulan, Juventus akan mengandalkan Bonucci sebagai kapten tim. Secara sikap, mungkin banyak yang masih ingat dengan kelakukan Bonucci semasa masih membela AC Milan dahulu.

Musim 2017/18, Bonucci sempat membelot sebentar dengan hijrah ke AC Milan. Tepat pada tanggal 1 April 2018, tersaji laga antara Juventus vs AC Milan di Stadion Allianz, yang mana ini jadi momen emosional bagi Bonucci.

Bagaimana tidak. Bonucci untuk pertama kalinya datang ke hadapan publik Juventus dengan seragam AC Milan. Bonucci, yang namanya telah dibesarkan oleh Juventus, seharusnya memberikan respek lebih kepada eks klubnya tersebut.

Namun, yang dilakukan Bonucci malah jauh dari ekspektasi. Pada menit ke-28, Bonucci mampu mencetak gol bagi AC Milan dan tetap merayakannya di hadapan puluhan ribu pendukung Juventus.

Bonucci mengaku keputusannya melakukan selebrasi adalah sesuatu yang spontan. Ia tetap merayakan gol lantaran jengah dengan sambutan fans Juventus yang banyak mencemoohnya.

“Ini benar-benar suatu peristiwa emosional. saya pikir sambutan mereka cukup seimbang, namun mereka lebih suka mencemooh saya". 

"Ini adalah pertandingan yang intens dan emosional. Saya tidak berencana merayakan gol saya, tetapi cemoohan itu membuat saya berpikir ulang," kata Bonucci seperti dikutip dari Sky Sport Italia.

Sikap Bonucci yang tetap merayakan gol, seakan melambangkan bahwa dirinya tak memiliki mental cukup tangguh untuk menghadapi tekanan suporter lawan. Padahal, kala itu Bonucci juga sedang mengemban jabatan kapten di AC Milan.

Tak hanya faktor selebrasi saja tadi saja, kiprah Bonucci selama menjadi kapten utama di AC Milan terbilang tak terlalu cemerlang. Bonucci yang diberi ekspektasi tinggi bisa membangkitkan AC Milan, hanya bisa mengantarkan klubnya mengakhiri musim di peringkat enam klasemen.

Kedisiplinan Bermain

© Photo by VI Images,Getty Image
Leonardo Bonucci saat sedang berusaha menghentikan pemain Ajax. Copyright: Photo by VI Images,Getty ImageLeonardo Bonucci saat sedang berusaha menghentikan pemain Ajax.

Sarri sudah menyebut, kalau seorang kapten di Juventus harus bisa memberikan teladan kepada para pemain lainnya. Sayangnya, Bonucci tampak sulit untuk dijadikan teladan bila melihat dari cara bermainnya.

Bonucci kerap tidak disiplin ketika melakoni tugasnya sebagai pemain belakang. Ia cukup sering dengan berani maju ke barisan depan, menggiring bola, dan membantu serangan.

Bahkan, Bonucci mengakuinya sendiri bahwa hal itu telah menjadi kebiasaannya sejak dulu. Dia sudah melatih kemampuan menyerangnya dan turut menerapkannya ketika turun merumput.

"Sejak masih muda, saya sering melatih kemampuan menggiring bola saya. Kemampuan ini makin meningkat ketika diasuh Giampiero Ventura di Bari, kami (pemain belakang) tak pernah berpikir untuk membuang bola.

"Keinginan untuk mengeluarkan trik melewati pemain lawan datang secara alami, saya tidak terlalu memikirkannya, dan ini menjadi karakteristik gaya bermain saya," terang Bonucci seperti dikutip The Guardian.

Jika nafsu Bonucci untuk membantu serangan tidak ditahan, bukan mustahil akan menimbulkan kekacauan bagi pemain lainnya.

Sebab, tanpa Chiellini, figurnya akan lebih dibutuhkan dalam mengatur pertahanan dan, terutama, memimpin duetnya di bek tengah, De Ligt ataupun Demiral, yang tak hanya masih muda, tapi juga berstatus pemain baru yang masih butuh bimbingan untuk adaptasi dengan permainan khas Juventus.

Tanpa Chiellini, Sarri akan berharap banyak pada sosok Bonucci sebagai bek dan salah satu pemain senior untuk memimpin tim dan lini pertahanan. Lantas, siapkah dirinya menanggung beban tersebut? Jika tidak, Juventus bisa dalam bahaya dalam mengarungi awal musim ini baik di kompetisi domestik macam Serie A Italia maupun Liga Champions.