In-depth

Melihat Masa Pensiun Alexander Pulalo: Menjadi Supir Hingga Hidup Pas-pasan

Senin, 7 Oktober 2019 16:34 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© ilustrasi/bola.com
Melihat masa pensiun Alexander Pulalo, menjadi supir hingga hidup pas-pasan. Copyright: © ilustrasi/bola.com
Melihat masa pensiun Alexander Pulalo, menjadi supir hingga hidup pas-pasan.

INDOSPORT.COM - Alexander Pulalo, namanya tentu tak akan lepas dari sejarah klub sepak bola Indonesia, Arema Malang.

Semasa masih aktif bermain, Pulalo merupakan andalan Arema Malang di posisi bek kiri. Kecepatan dan sifat lugasnya, membuat pertahanan Arema Malang dari sektor sayap kerap sulit ditembus.

Peran Pulalo bahkan pernah mengantarkan Arema meraih prestasi luar biasa. Pada medio 2005 dan 2006, Pulalo menjadi bagian penting dalam keberhasilan Arema secara beruntun menjuarai Copa Indonesia.

Pulalo sendiri menghabiskan kurang lebih lima tahun kariernya bersama Arema, yakni dari 2004 hingga 2009. Selepas meninggalkan Arema, Pulalo hijrah menuju Semen Padang, berlanjut ke Mitra Kukar, lalu pensiun pada 2011.

Sayangnya, kejayaan Pulalo bersama Arema tak semanis kisahnya setelah gantung sepatu. Ya, Pulalo harus menjalani masa tuanya dengan penuh perjuangan.

Bayangkan saja, dulu Pulalo yang gahar di lapangan, tiba-tiba alih profesi menjadi seorang supir. Ia bekerja sebagai supir dari salah satu perusahaan televisi swasta nasional. 

"Ketika berhenti main bola dulu pernah jadi supir di situ, dari 2011 sampai 2016 kalau tidak salah," ungkap Pulalo.

Berhenti dari pekerjaan supir, Pulalo hingga kini belum mendapatkan pekerjaan lagi. Usia yang sudah kian menua, membuatnya kesulitan mendapatkan lowongan kerja.

Pulalo pun sekarang hanya mengandalkan hidup dari melatih Sekolah Sepak Bola Bintang Fajar di daerah Sawangan, Depok. Ia juga sesekali mendapat pemasukan dari kancah sepak bola Tarkam (Antar Kampung).

"Saya paling SSB Bintang Fajar di daerah Sawangan Depok. Satu dua kali juga masih ada tawaran Tarkam," ucap Pulalo

"Saya mikirnya yang penting ada pemasukan dikit-dikit. Apalagi kan zaman sekarang cari kerjaan susah," lanjutnya.

Pulalo sendiri merasa pemasukannya sangat pas-pasan untuk hidup. Belum lagi Pulalo masih harus membiayai dua anaknya yang masih sekolah.

Demi menyiasati pengeluaran biaya sekolah anaknya, Pulalo mengandalkan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Kebetulan, Pulalo dan keluarganya memang masuk dan tercatat sebagai warga DKI Jakarta.

"Sekarang ya dicukup-cukupin. Anak juga masih ada dua yang sekolah, yang satu SMA, yang satu kelas lima SD. Paling mengandalkan KJP dari pemerintah," tutur Pulalo.

Kesempatan Emas Masa Lalu

Pulalo sebenarnya memiliki kesempatan untuk mendapatkan masa tua yang lebih baik. Dahulu ketika masih aktif bermain, Pulalo pernah ditawari bekerja menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Namun tawaran itu datang di saat Pulalo masih sangat muda. Pulalo pun lantas menolaknya lantaran ingin fokus kepada karier sepak bola.

"Waktu usia 20-21 banyak tawaran (jadi PNS), tapi saya milihnya ke karier sepak bola. saya dulu mikirnya kalau saya ambil nanti karier saya terhambat, makannya kan nyeselnya baru sekarang," ucap Pulalo.

Soal gaji ketika masih bermain, Pulalo mengatakan jumlahnya lebih dari cukup. Ia tak pernah yang namanya mengalami keterlambatan gaji, dan bonus dari klub juga mengalir lancar.

Pulalo bahkan bisa menggunakan jerih payahnya bermain sepak bola untuk membeli tanah dan membangun rumah. Ia sempat pula membuka bisnis kecil-kecilan, namun kini usahanya tersebut sudah bangkrut.

"Selama saya berkarier di sepak bola belum pernah telat gajinya. Dulu ketika masih aktif gaji sudah cukup banget," kata Pulalo.
 
"Hasil kontrak dari klub saya pakai beli tanah dan bikin rumah. Dulu pernah usaha dikit-dikit akhirnya bangkrut juga," imbuhnya.

Pulalo sendiri menyadari kelalaiannya hingga harus hidup pas-pasan seperti sekarang. Pria berusia 45 tahun itu mengaku bahwa dahulu kurang mempersiapkan masa depannya dengan baik.

"Ya dulu kan tidak terlalu kepikiran ke mempersiapkan masa depan, dulu pikirannya prestasi doang," ujar Pulalo.

Persiapan Matang untuk Masa Depan

Padahal kalau mau dibandingkan dengan kisah pemain sepak bola lainnya, masa pensiun tidak harus begitu berjuang seperti Pulalo. Misalnya Wahyu Wijiastanto, eks Persiba Bantul yang memutuskan pensiun pada 2015 lalu.

Wahyu gantung sepatu di saat PSSI sedang dibekukan dan mendapat sanksi FIFA. Sosok yang terbiasa menempati posisi bek ini, lantas alih profesi menjadi seorang pebisnis.

Menggunakan tabungan hasil jerih payah bermain sepak bola, Wahyu membuka bisnis ternak ikan dan burung. Hasilnya pun lumayan, ternak ikan Wahyu kini sudah memiliki omset sekitar Rp22 juta per bulan.

"Ternak ikan lumayan, ada 11 kolam satu bulan bisa dapat sekitar 22 juta," ucap Wahyu.

Cerita Wahyu, sama halnya dengan yang dialami eks Persib Bandung, Sujana. Mendapat tawaran jadi PNS dari manajer Persib ketika masih muda, Sujana langsung menerimanya tanpa pikir panjang.

Sujana merasa PNS sangat baik untuk masa depannya kelak. Benar saja, Sujana pun kini terjamin masa pensiunnya dengan mengabdi menjadi PNS di Badan Pengelolaan Pajak Daerah kota Bandung.

"Tidak selamanya saya bisa main bola. Jadi saya pasang target, kira-kira di umur 32 pensiun sudah punya pegangan, dapat tawaran kerja PNS ya saya ambil," ungkap Sujana.

Persiapan akan masa depan, khususnya untuk pensiun nanti, memang sangat krusial bagi seorang pemain sepak bola. Jika tidak direncanakan dengan matang, kisah seperti Pulalo tadi kemungkinan besar yang akan dihadapi.