In-depth

Main di Luar Negeri Jadi Jaminan Karier Para Pesepakbola Indonesia?

Senin, 21 Oktober 2019 17:00 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Ilustrasi/INDOSPORT
Main di luar negeri jadi jaminan karier para pesepak bola Indonesia? Copyright: © Ilustrasi/INDOSPORT
Main di luar negeri jadi jaminan karier para pesepak bola Indonesia?

INDOSPORT.COM - Menilik alasan pemain Indonesia memutuskan bermain di luar negeri, benarkah jika tampil di kompetisi asing bisa memberikan jaminan karier para pesepakbola Tanah Air ke depannya?

Dalam beberapa tahun terakhir memang cukup banyak bakat muda dan pemain asli Indonesia bermain di luar negeri, khususnya pemain muda yang usianya di bawah 20 tahun lebih memilih mentas di liga asing ketimbang liga Indonesia.

Beragam alasan pun muncul dari para pemain yang memutuskan mentas di liga asing tersebut, mulai dari ikut orang tua hingga menginginkan pengalaman lebih baik.

Seperti yang diutarakan Yussa Nugraha. Pemain dari klub HBS Craeyenhout di Derde Divisie atau kasta keempat Liga Belanda tersebut mengaku tampil di Liga Belanda lantaran mengikuti kedua orang tuanya yang bekerja di sana.

"Bermain di luar negeri awal mulanya ya karena ikut ortu (orang tua) yang kerja dan pindah ke Belanda," ucap Yussa Nugraha kepada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT.

Selama berkarier di Belanda, pemain yang kini masih berusia 18 tahun tersebut mengaku merasakan perbedaan cukup besar antara sepak bola Eropa dan Indonesia.

Menurut Yussa Nugraha perbedaan besar sepak bola Eropa dan Indonesia terletak pada iklim serta gaya bermain. Sepak bola di Indonesia lebih mengandalkan fisik dan kecepatan, sementara negara Eropa lainnya lebih mementingkan teknik.

"Perbedaan main bola di Belanda dan Indonesia yang utama Iklim, lalu gaya bermain atau permainan dengan teknik dan taktik yang berbeda. Di Indonesia unggul di fisik dan kecepatan, sementara Belanda unggul di teknik dan taktik," tutupnya.

Modal Sampai Akhir Hayat

Dengan memutuskan tampil di liga asing, sejatinya para pemain Indonesia tersebut telah mendapat modal cukup besar untuk masa depan serta karier sepak bola mereka.

Pasalnya dengan pengalaman yang mereka dapatkan selama di luar negeri, dapat meningkatkan potensi mereka baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih yang mungkin bisa menguntungkan saat mereka pensiun nanti.

Hal senada yang juga diutarakan oleh Timo Scheunemann, di mana pemain jebolan pelatihan luar negeri menjadi bintang ataupun menembus Timnas Senior memang sangatlah kecil.

Namun dengan pengalaman yang pernah didapat saat bermain ataupun berlatih di luar negeri sebelumnya, mereka memiliki  modal berharga khususnya di dunia sepak bola di masa depan nanti.

“Yang jadi pemain pro (hasil pelatihan Garuda Select) 1 dari 1.000. Ini bukan kiasan tapi statistik. Jadi yang ikut pelatihan di luar pun belum tentu jadi pemain pro apalagi pemain timnas,” ucap mantan pelatih Persema Malang ini.

“Tapi bagaimanapun, apapun yang terjadi ke depan, mereka semua dapat pengalaman yang membuka wawasan mereka tentang bola dan kehidupan pada umumnya,” tutup Timo.

Fasilitas Mewah Berlimpah

Selain pengalaman, bayaran serta fasilitas yang cukup lumayan ketika bermain di luar pun bisa membuat kehidupan pemain jadi lebih baik, seperti yang dirasakan bintang asal Papua, Naftali Heluka yang musim ini memperkuat Karketu Dili FC.

Hanya tampil di Liga Futebol Amadora Primeira Divisao atau kasta teratas Liga Timor Leste, pemain yang berposisi sebagai gelandang tersebut mendapat fasilitas bak bintang asing ternama di sana.

Jika di dalam negeri mantan pemain Yahukimo FC tersebut kurang begitu terkenal bahkan namanya jarang terdengar di berbagai laman berita olahraga nasional, namun saat di Timor Leste ia mendapat perhatian khusus lantaran berstatus pemain asing.

Untuk ukuran mantan pemain Liga 3 Indonesia, Naftali Heluka mendapat fasilitas mewah berupa tempat tinggal apartemen selama di Timor Leste. Hal yang jarang didapatkan bagi pemain Papua jika mentas di Indonesia.

"Saya main klub Karketu Dili FC, saya lebih suka di sana karena saya anggap suasana di sana macam sama kayak di Papua. Di sana saya dikasih tempat tinggal di apartemen, pokoknya di sana enak," ucap Naftali Heluka.

"Itu tergantung manajernya (pemberian fasilitas kepada para pemain). Dia (manajemen Karketu Dili FC) siapkan gitu (fasilitas tempat tinggal)," tambahnya.

Dengan melihat situasi Liga Indonesia saat ini, keputusan tampil di liga asing mungkin pilihan tepat apalagi jika fasilitas serta pendapatan yang didapat lebih mewah ketimbang kompetisi lokal.

Belum lagi metode pelatihan yang dirasakan bisa membuat kemampuan individu pemain semakin meningkat, meskipun jarang dipanggil Timnas Indonesia namun pengalaman tersebut bisa digunakan jika para pemain memutuskan menjadi pelatih saat pensiun nanti.