In-depth

Frank Lampard yang Sukses Ubah Filosofi Chelsea di Dalam dan Luar Lapangan

Senin, 9 Maret 2020 16:04 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Christoper Lee/GettyImages
Datang sebagai pelatih debutan di Liga Inggris, Frank Lampard sukses merubah filosofi Chelsea baik di dalam maupun luar lapangan. Copyright: © Christoper Lee/GettyImages
Datang sebagai pelatih debutan di Liga Inggris, Frank Lampard sukses merubah filosofi Chelsea baik di dalam maupun luar lapangan.

INDOSPORT.COM - Datang sebagai pelatih debutan di Liga Inggris, Frank Lampard sukses merubah filosofi Chelsea baik di dalam maupun luar lapangan. 

Chelsea sukses membantai tamunya Everton dengan skor telak 4-0 dalam laga pekan ke-29 Liga Inggris di Stamford Bridge, Minggu (08/03/20) malam WIB. 

Bertindak sebagai tuan rumah, Chelsea langsung tampil menyerang sejak awal laga. Empat gol The Blues dicetak oleh Mason Mount (14'), Pedro Rodriguez (21'), Willian (51'), dan Olivier Giroud (54'). 

Kemenangan telak ini sangat penting bagi Chelsea karena mampu mengamankan posisi mereka di empat besar. Namun, bukan perkara skor telak dan kemenangan, ada hal penting lain yang patut disoroti dari penampilan skuad asuhan frank Lampard.

Pada laga penting itu Lampard memainkan dua pemain debutan akademi Chelsea, yakni Armando Broja (striker) dan Faustino Anjorin (gelandang). Keduanya menggantikan Olivier Giroud dan Willian di 20 menit terakhir laga. 

Dengan masuknya dua pemain muda itu, artinya Frank Lampard telah memainkan delapan pemain debutan dari akademi di musim 2019-2020 ini. Sebelum Broja dan Anjorin, ada nama-nama seperti Mason Mount, Billy Gilmour, Reece James, Marc Guehi, Ian Maatsen, dan Tariq Lamptey yang terlebih dahulu debut. 

Keberanian Lampard itu pun tak sia-sia. Dari 8 nama, dua di antaranya telah mencuri perhatian sepak bola Inggris dan dunia. 

Mereka adalah Mason Mount dan Billy Gilmour. Mason Mount yang beroperasi di sektor gelandang serang sudah mencatatkan 6 gol dan 5 assist dari 29 laga. 

Sementara Billy Gilmour menjadi man of the match di dua laga terakhir Chelsea. Keduanya mengikuti jejak Tammy Abraham yang sebelumnya sudah mengejutkan Liga Inggris dengan koleksi 13 gol dan 4 assist dari 25 laga. 

Berkah Sanksi FIFA

Siapa sangka, sanksi dari FIFA berupa larangan transfer di musim panas 2019 ternyata jadi berkah tersendiri bagi Chelsea. 

Chelsea mendapat hukuman larangan transfer dari FIFA sebagai buntut persoalan transfer pemain di bawah usia 18 tahun. Atas sanksi ini, Chelsea tak bisa berbelanja di musim panas tahun lalu. 

Dengan kondisi terjepit, Frank Lampard yang baru datang menukangi Chelsea terpaksa memaksimalkan potensi yang ada dengan mempromosikan sejumlah pemain akademi. 

Namun, meski hukuman ini sudah dicabut pada Januari 2020 lalu, ternyata kebijakan transfer Chelsea tak berubah. Frank Lampard masih memercayakan para pemain muda tersebut. 

Dengan bantuan 8 pemain akademi, Chelsea nyaman di posisi empat besar Liga Inggris. Tentu capaian ini terbilang sangat impresif. 

Lampard Ubah Filosofi Chelsea

Pemilihan pemain yang dilakukan Frank Lampard di skuad Chelsea terbilang sebuah anomali di Stamford Bridge. Sebab, selama ini The Blues era Roman Abramovich terkenal sebagai klub yang jor-joran belanja pemain-pemain top dunia. 

Maka, bisa dikatakan Frank Lampard telah mengubah filosofi Chelsea. Legenda Chelsea tersebut telah mengubah filosofi klub dengan memercayakan kepada para pemain muda. 

Di bawah Lampard, Chelsea menjadi tim pertama di Liga Inggris yang memainkan tiga pemain usia 18 tahun dalam waktu bersamaan alias di satu laga. Luar biasa bukan?

Sebagian pihak pun meyakini sanksi transfer FIFA bukanlah satu-satunya alasan utama Lampard memilih memercayakan kepada pemain muda. Nyatanya, pelatih 41 tahun ini memiliki misi mulia untuk mengorbitkan pemain-pemain muda Chelsea. 

"Chelsea adalah klub yang kompetitif, dan saya ingin tetap kompetitif. Saya ingin membantu para pemain muda memasukkan mereka ke dalam skuad dan melihat mereka karena saya tahu para fans sangat berhubungan dengan para pemain yang berasal dari akademi," ujar Lampard.

Bisa jadi Lampard belajar dari kesalahan masa lalu ketika Chelsea membuang Kevin de Bruyne dan Mohamed Salah. Kedua pemain ini malah suskes besar di klub Manchester City dan Liverpool. 

Lampard bukan hanya mengubah filosofi transfer Chelsea. Nyatanya, dalam lingkup permainan di lapangan Lampard membawa revolusi cukup besar. 

Lampard mungkin satu-satunya pelatih era Roman Abramovich yang tak memiliki filosofi bermain. Jika Jurgen Klopp identik dengan sepak bola pressing atau Guardiola dengan dominasi operan-operan pendek, Lampard justru tak memiliki gaya permainan tertentu. 

Frank Lampard jarang menitikberatkan permainan timnya pada menyerang, bertahan, atau pada penguasaan bola. Lampard selalu menyesuaikan gaya main timnya dengan lawan yang dihadapi. 

Tak heran dirinya bingung ketika ditanya soal filosofi bermain. Sepanjang Liga Inggris musim 2019-2020 ini, Lampard tercatat sudah menggunakan 5 formasi berbeda. 

Mulai dari 4-3-3. 4-2-3-1. 5-4-1, 3-4-2-1, sampai 4-1-4-1. Dalam lima pertandingan terakhir Liga Inggris saja Lampard sudah menggunakan tiga formasi berbeda, yakni melawan Leicester City (4-2-3-1), Man United (4-3-3), Spurs (3-4-2-1), Bournemouth (3-4-2-1), dan Everton (4-3-3). 

Dalam sebuah laga, Lampard bisa menggunakan formasi tiga bek lalu menggantinya menjadi empat bek di laga berikutnya. Chelsea juga bisa menjadi tim yang sangat dominan sekaligus mengandalkan serangan balik dalam dua laga berbeda. 

Menarik untuk menyaksikan bakal sejauh mana perjalanan Lampard dengan Chelsea-nya musim ini. Finis di posisi empat besar tentunya jadi prestasi tersendiri bagi pelatih debutan Liga Inggris tersebut.