In-depth

Tak Ada Lagi Megatransfer, Bagaimana Corona Ubah Peta Transfer Pemain?

Rabu, 1 April 2020 13:42 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Xavier Laine/Getty Images
Pandemi virus corona yang memporakporandakan kompetisi sepak bola ternyata juga memiliki dampak besar pada nilai transfer pemain-pemain di liga top Eropa. Copyright: © Xavier Laine/Getty Images
Pandemi virus corona yang memporakporandakan kompetisi sepak bola ternyata juga memiliki dampak besar pada nilai transfer pemain-pemain di liga top Eropa.

INDOSPORT.COM - Pandemi virus corona yang memporakporandakan kompetisi sepak bola ternyata juga memiliki dampak besar pada nilai transfer pemain-pemain di liga top Eropa. 

Berdasarkan hasil penelitian Football Observatory di International Centre for Sports Studies, total nilai pasar pemain di lima liga top Eropa (Inggris, Spanyol, Jerman, Italia, dan Prancis) akan menderita penurunan 28 persen. 

Itu artinya, dari total 32 miliar euro (Rp58 triliun), nilai pasar pemain akan turun ke angka total 23 miliar euro (Rp41,7 triliun). Estimasi ini dengan catatan tak ada lagi pertandingan yang dimainkan di sisa musim dan kontrak pemain yang berakhir di Juni tidak diperpanjang. 

"Tingkat penurunan bervariasi sesuai dengan beberapa faktor seperti usia pemain, durasi kontrak, jalur karer dan kinerja baru-baru ini," tambah pernyataan studi tersebut. 

Dengan perhitungan studi ini, itu artinya bintang seperti Paul Pogba akan mengalami penyusutan nilai hingga akhirnya hanya menyentuh angka 35 juta euro saja. 

Studi yang berbasis di Swiss ini juga menjelaskan penyusutan nilai pasar klub Manchester City yang menyentuh angka 412 juta euro melebihi penyusutan nilai pemain klub mana pun di lima liga top Eropa. 

Tepat di belakang Man City ada Barcelona yang bakal mengalami penyusutan nilai pemain sebesar 366 juta euro, Di Inggris, Liverpool menjadi tim dengan penyusutan nilai pasar terbesar yakni 353 juta euro. 

Dampak pandemi COVID-19 memang sangat masif bagi industri sepak bola Eropa dan seluruh dunia. Menurut Sekjen FIFpro (Serikat Pemain Eropa), Jonas Baer-Hoffman, wabah virus corona bisa merubah citra industri sepak bola yang berdampak pada perekonomian.

"Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, kita menghadapi krisis ekonomi yang nyata dan konsisten dalam industri (sepak bola) ini," kata Jonas, dikutip dari BBC.

Tak cuma gaji pemain yang dipangkas, staf dan pegawai klub pun bakal mengalami pemotongan upah dan bahkan PHK. Klub mengalami kerugian besar sampai-sampai memotong gaji pemain. Klub-klub kecil bahkan di ambang kebangkrutan. 

Apabila industri sepak bola tak segera merespons dengan cepat tren ini, mereka berpeluang akan terjadi redudansi masal dan PHK masal dari pemain, dan staf ofisial.

Untuk jangka waktu cukup lama diperkirakan tak akan ada lagi megatransfer yang menyentuh angka triliunan rupiah. Klub-klub akan lebih menghemat pengeluaran, otomatis agen-agen pemain pun akan banting harga. 

UEFA tentunya tak tinggal diam dan mengambil sejumlah langkah untuk menyiasati hal ini. Selain mengizinkan klub-klub untuk melakukan pemotongan gaji, UEFA juga setuju untuk menunda penyelenggaraan Euro 2020 sampai tahun depan. 

Waktu yang kosong diharapkan dapat dimanfaatkan liga-liga Eropa untuk menyelesaikan sisa kompetisi. Sejauh ini, rencana yang tersusun adalah meminta federasi tiap anggota menyelesaikan liga maksimal sampai akhir Juli 2020. 

UEFA tentu tak ingin kompetisi berhenti begitu saja. Demi menyiasati transfer pemain, FA dan UEFA bahkan sudah berencana memperpanjang jeda bursa transfer musim panas sampai Januari untuk memberikan kesempatan klub-klub 'bernafas' menata keuangan mereka. 

Aturan Financial Fair Play untuk tahun ini juga akan dibekukan sementara. Itu artinya, kerugian yang didapat karena force majeur seperti pandemi corona tidak akan masuk hitungan. 

Sepak Bola Lebih Sehat?

Pendapat yang cukup melawan arus dikeluarkan oleh pelatih Everton, Carlo Ancelotti. Pelatih kawakan Italia ini dampak positif akan datang untuk sepak bola usai kesulitan ekonomi datang. 

Don Carlo menilai sepak bola akan lebih 'merakyat'. Sepak bola berpeluang tak lagi menjadi ladang bisnis yang sekadar mengeruk uang besar semata. 

"Ekonomi akan segera berubah di semua tingkatan. Harga tiket akan turun dan hak (siar) TV akan lebih murah. Pesepak bola dan pelatih akan mendapat gaji lebih sedikit. Akan ada perampingan keuangan secara umum," ujarnya dikutip dari Liverpool Echo.

"Ini akan menjadi sepak bola yang lebih benar. Mungkin semuanya akan lebih baik," tambahnya. 

Mungkin pendapat Ancelotti ada benarnya. Selama ini kesenjangan besar makin terlihat di sepak bola. Klub-klub kaya akan terus semakin kuat yang membuat persaingan di liga terasa hambar. 

Uang akan menyulap sebuah klub biasa-biasa saja menjadi besar tanpa perlu sejarah panjang dan reputasi. Agen-agen pemain akan 'seenaknya' memasang banderol tinggi untuk pemainnya karena ada klub yang bersedia membayar triliunan rupiah. 

Klub-klub sekarang mulai pikir-pikir membeli pemain dengan harga super mahal karena tak ingin memperparah kerugian. Strategi transfer akan menjadi primadona ketimbang menggelontorkan fulus secara jor-joran.